I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Air
adalah unsur alami semua bagian suatu pohon yang hidup. Dalam bagian xylem, air
(lengas) umumnya berjumlah lebih dari separuh berat total; artinya berat air
dalam kayu segar umumnya sama atau lebih besar daripada berat kayu kering.
Sejumlah air akan segera hilang apabila pohon mati atau suatu kayu gelondongan diolah
menjadi kayu gergajian, finir atau serpih kayu. Keadaan yang demikian bila
berlangsung cukup lama akan mempengaruhi dimensi dan sifat-sifat kayu tersebut.
Kadar
air kayu berturut-turut dimulai dari kondisi segar, basah, titik jenuh serat,
kadar air tertentu, kering udara dan kering tanur. Kayu pada kondisi basah
paling rawan terhadap serangan organisme perusak misalnya serangga dan jamur.
Kondisi kadar air tertentu (di bawah titik jenuh serat) kayu rawan terhadap
efek penyusutan yang tidak terkendali, sedangkan kayu kering udara (disebut
juga kering angin, seimbang, siap pakai atau stabil) sangat penting untuk
diterapkan di dalam penggunaan kayu sebagai bahan baku produk tertentu.
Kadar
air kayu siap pakai di Indonesia untuk penggunaan kayu (produk kayu) di dalam
ruangan sebaiknya kurang dari 15% dan di luar ruangan bias sampai 18%,
sedangkan di dalam ruangan (AC, pemanas/heater) harus lebih rendah lagi.
Apabila kayu atau produk kayu digunakan di daerah sub tropis (jepang, eropa,
amerika), kadar air di dalam ruangan berkisar 6-10% dan di luar ruangan di atas
18%. Di ruangan ber AC atau
pemanas/heater kadar air kayu/produk kayu harus di bawah 10%.
Kayu
mengalami kondisi kritis untuk stabilitas dimensinya adalah pada kisaran
25-30%, yang biasa disebut titik jenuh serat (TJS). Yaitu, titik dimana keadaan
semua air cair di dalam rongga sek telah dikeluarkan tetapi dinding sel masih
jenuh. Keadaan kayu dapat terganggu oleh perubahan-perubahan dalam besarnya
fluktuasi kandungan air. Banyaknya air yang terdapat di dalam kayu apabila
digunakan di dalam kondisi lingkungan yang tidak berhubungan langsung dengan
air akan selalu lebih daripada TJS. Kadar air kayu ini sebetulnya bias kita
atur dan kita hitung, melalui teknik pengeringan yang tepat tentunya.
1.
2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa
konsep dasar dari kadar air?
2. Apa
konsep dasar dari kadar air kayu?
3. Bagaimana
penentuan kadar air kayu?
4. Bagaimana
air dalam kayu tersebut?
5. Bagaimana
kadar air di dalam kayu?
6. Bagaimana
gerakan air dalam kayu?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui pengertian dari kadar air, kadar air dalam kayu ; mengetahui
penentuan kadar air kayu, bagaiamana air dalam kayu, kadar air di dalam kayu
dan gerakan air dalam kayu.
II.
PEMBAHASAN
2.1
Kadar
Air
Haygreen
dan Bowyer (1996) mendefinisikan Kadar Air sebagai berat air yang dinyatakan
sebagai persen terhadap berat kayu bebas air atau berat kering tanur (BKT)-nya.
Di dalam kayu, KA kayu berkisar antara 40 sampai 200%. Keragaman nilai KA dapat
terjadi antar spesies, bahkan antar bagian dari pohon yang sama (Forest Product
Laboratory Technical 1999).
Air
di dalam kayu terdiri dari air bebas dan air terikat dimana keduanya secara bersama-sama
menentukan nilai kadar air kayu. Dalam satu jenis pohon, kadar air kayu kondisi
segar bervariasi tergantung pada tempat tumbuh dan umur pohon (Haygreen dan
Bowyer 1996). Brown et. al. (1952) menyatakan bahwa apabila kayu tidak
lagi melepaskan atau menyerap air, maka kayu berada dalam kondisi kesetimbangan
dengan lingkungan. KA pada kondisi tersebut dinamakan KA keseimbangan (KAK),
yang seringkali dianggap sama dengan KA kondisi kering udara (KA-KU). Besarnya
nilai KAK lebih rendah dibandingkan KA-TJS. KAK dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan dimana kayu itu digunakan, terutama suhu dan kelembaban relatif.
Menurut Oey Djoen Seng (1964), besarnya KA-KU juga tergantung dari keadaan
iklim setempat. Di Indonesia berkisar antara 12 hingga 20%, dan di Bogor
sekitar 15%.
2.2
Kadar
Air Kayu
Kadar air kayu menunjukkan banyaknya air yang terdapat
pada kayu, dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya.
Kayu perlu dikeringkan sebelum dikerjakan, sampai
mencapai kadar air yang sesuai dengan tempat dimana kayu akan digunakan.
Kadar air
kayu adalah banyaknya air yang terkandung dalam kayu yang dinyatakan dalam
persen terhadap berat kering ovennya. Kadar air kering udara adalah kondisi
kayu dalam keadaan kering udara, yang mana pada kondisi ini kayu tidak menyerap
atau melepaskan air. Dengan demikian bila digunakan untuk komponen bangunan
dapat dikatakan kayu tersebut tidak mengalami pengembangan maupun penyusutan,
kalaupun terjadi sangat kecil, sehingga tidak merusak elemen bangunan secara
keseluruhan. Oleh karena itu kayu bangunan sebelum digunakan harus diketahui
terlebih dahulu kadar airnya. Kadar air kayu yang aman untuk penggunaan pada
bangunan adalah kadar air kering udara, untuk Indonesia sekitar 15% - 20%
(Budianto, 1996).
Bila kadar
air kayu tersebut tinggi, maka harus dilakukan pengeringan kayu. Pengeringan
kayu adalah proses untuk melepas sebagian air yang terkandung didalam kayu
sehingga mencapai kadar air kayu tertentu atau yang diinginkan. Pengukuran kadar air kayu dapat
dilakukan baik di lapangan maupun di laboratorium. Pengukuran kadar air kayu di lapangan dilakukan dengan menggunakan alat
moisturemeter. Pada alat tersebut akan terbaca secara langsung besaran
kadar air kayu yang diukur. Pengukuran kadar air di laboratorium dapat
dilakukan dengan cara :
1. Contoh uji kayu yang akan diukur
kadar airnya ditimbang untuk mengetahui berat awalnya (BA).
2. Contoh uji dikeringkan dalam oven
pada suhu 103o ± 2oC.
3. Setelah dikeringkan contoh uji
ditimbang. Kemudian dikeringkan lagi sampai diperoleh berat tetap (BKT).
4. Kadar air dihitung dengan rumus :
Brt awal - brt akhir / brt akhir x 100%
Pengeringan Buatan (Kiln Drying)
merupakan lanjutan hasil perkembangan pengeringan udara. Dengan kemajuan
dan perkembangan teknologi modern, meningkatnya permintaan akan kayu
berkualitas tinggi, maka timbul usaha pengeringan buatan yang lebih efektif dan
lebih efisien daripada pengeringan udara.
a.
Kebaikannya :
o Waktu pengeringan sangat singkat
o Kadar air akhir dapat diatur
sesuai dengan keinginan, disesuaikan dengan tujuan penggunaan
o Kelembaban udara (RH), temperatur
dan sirkulasi udara dapat diatur sesuai dengan jadwal pengeringan
o Terjadinya cacat kayu dapat
dihindari dan beberapa jenis kayu dapat diperbaiki
o Kontinuitas produksi tidak terganggu
dan tidak diperlukan persediaan kayu yang banyak
o Tidak membutuhkan tempat yang luas
o Kualitas hasil jauh lebih baik
b.
Kekurangannya :
o
Memerlukan investasi / modal yang besar
o
Memerlukan tenaga ahli pengalaman
o
Sortimen kayu yang akan dikeringkan tertentu
Dry Kiln tebagi
menjadi dua bagian :
1. Compartment Kiln
2. Progressive Kiln
Letak perbedaan kedua jenis ini sebagai berikut :
1. Compartment Kiln :
o
Tingkat kekeringan kayu sama
o
Pintu masuk lori sama dengan pintu keluar
o
Arah pergerakan udara melintang kiln
o
Tidak membutuhkan ruang yang besar
2. Progressive Kiln :
o
Tingkat kekeringan kayu berbeda
o
Pintu masuk dan pintu keluar tidak sama
o
Arah pergerakan udara berlawanan dengan arah lari
o
Merupakan bentuk terowongan
Pekerjaan
pengeringan kayu dengan kiln dapat dibagi dalam 4 tahap yaitu :
a. Tahap penyediaan alat – alat
b. Tahap penumpukan / penyusunan kayu
c. Tahap pengambilan contoh – contoh
kayu pengamatan
d. Tahap pekerjaan selama pengeringan
berlangsung yang mencakup: penggunaan jadwal pengeringan, pengaturan dan
pengawasan suhu serta kelembaban udara di dalam kiln
Jika kayu
yang diletakkan pada suatu atmosfer dengan kelembaban tertentu pada akhirnya
akan mencapai suatu kadar air yang tetap, disebut kadar air keseimbangan (equilibrium moisture content).
Kadar air seimbang ini tergantung pada lembab nisbi dan suhu dari udara
sekelilingnya. Perubahan-perubahan kadar air umumnya sangat besar pada
permukaan kayu dimana perubahan-perubahan kadar air berlangsung cepat.
Sebaliknya dibagian dalam kayu perubahan kadar air lebih lambat, sebab waktu
yang dibutuhkan oleh air untuk berdifusi dari atau ke bagian luar kayu lebih lama.
Oleh karena itu dalam sepotong kayu
umumnya terdapat dua kelainan kadar air kayu, yaitu kadar yang rendah (kecil)
pada permukaan kayu dan kadar air yang tinggi (besar) pada bagian dalam kayu. Diantara
kedua titik berlainan itu terdapat peralihan kadar air yang berangsur-angsur.
Di dalam kayu kecepatan gerakan air dalam berbagai arah
terhadap sumbu kayu tidak sama. Dalam arah longitudinal (arah memanjang kayu)
gerakan air dalam bentuk uap lebih mudah keluar, karena struktur sel yang
berbentuk tabung (buluh) . Titik jenuh serat berkisar antara 21 % - 30 %,
bergantung pada jenis yang dikeringkan. Kayu dikeringkan mulai dari kadar air
50 % - 60 % menjadi 21 % - 30 %. Dengan demikian, nilai gradien pengeringannya
sangat tinggi dan mempunyai resiko terjadinya tegangan dalam kayu karena air
inti kayu yang terblokir tidak dapat keluar. Penggunaan temperatur tinggi harus
dihindarkan. Kipas-kipas udara untuk mensirkulasikan udara
dalam oven harus dimanfaatkan. Temperatur maksimal yang
digunakan hendaknya berkisar 40o – 55oC (Anonim, 1994).
Temperatur dan kelembaban relative dikendalikan dengan
gradien pengeringan yang tidak terlalu besar. Kadar air 21 % - 30 % harus dapat
diturunkan lagi sampai kadar air akhir 6 % - 8 %, sesuai dengan kebutuhan.
Temperatur yang digunakan untuk kayu yang mempunyai kandungan zat ekstraktif,
sebaiknya antara 55oC – 60oC, untuk menghindarkan
noda-noda warna atau perubahan warna kayu (Anonim, 1996).
Kayu
mempunyai sifat higroskopis yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau kelembaban.
Dengan sifat ini, maka kayu dapat mengembang pada kondisi musim hujan atau pada
kelembaban tinggi dan dapat menyusut pada kondisi musim kemarau atau pada
kelembaban rendah, bila kayu tersebut belum dikeringkan pada saat penggunaan.
Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terkandung dalam
kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering ovennya. Kadar air
kering udara adalah kondisi kayu dalam keadaan kering udara, yang mana pada
kondisi ini kayu tidak menyerap atau melepaskan air. Dengan demikian bila
digunakan untuk komponen bangunan dapat dikatakan kayu tersebut tidak mengalami
pengembangan maupun penyusutan, kalaupun terjadi sangat kecil, sehingga tidak
merusak elemen bangunan secara keseluruhan. Oleh karena itu kayu bangunan
sebelum digunakan harus diketahui terlebih dahulu kadar airnya. Kadar air kayu
yang aman untuk penggunaan pada bangunan adalah kadar
air kering udara.
Pengeringan kayu dapat dilakukan dengan
cara alami maupun dengan menggunakan kiln/ tanur pengering. Pengeringan secara alami yaitu dengan menggunakan tenaga
alam/ udara (matahari), biayanya relative murah, pelaksanaannya mudah tanpa
memerlukan tenaga ahli dan kapasitasnya tidak terbatas. Namun kerugiannya
adalah waktu yang diperlukan untuk mengeringkan relatif lama, memerlukan areal
yang cukup luas, cacat pengeringan yang timbul sulit diperbaiki dan
kadar air akhir yang dicapai masih terlalu tinggi. Sedangkan
pengeringan kayu dengan kiln/ tanur pengering memerlukan waktu yang relative
singkat, cacat pengeringan dapat dihindari, kadar air akhir dapat diatur. Kekurangannya adalah memerlukan
biaya investasi yang besar, perlu tenaga ahli yang
berpengalaman, dan sortimen
kayu yang dikeringkan tertentu (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Pemukiman, 1997).
Proses pengeringan kayu secara umum ada beberapa tahap,
yaitu pemanasan awal (preheating), pengeringan sampai titik jenuh serat,
pengeringan sampai kadar air akhir, pengkondisian (conditioning),
pemerataan atau penyamaan kadar air kayu (equalizing), dan pendinginan (colling
down). Kadar air kayu di atas titik jenuh serat mempunyai kandungan air
lebih dari 30 %. Atau kayu yang akan melalui proses pengeringan buatan
mempunyai kadar air kira-kira 70 % - 40 %, sedangkan kadar air rata-rata
berkisar antara 50 % - 60 %. Pada tahap pemanasan awal, kayu dibasahi lebih
dahulu dengan jalan menyemprotkan air ke dalam oven dan temperatur diatur agak
panas, kira-kira 35o – 40oC. Air akan menguap dan
membentuk kabut uap air yang sehingga udara akan menjadi berkelembaban tinggi
(Anonim, 1994).
2.2.1
Penentuan
Kadar air Kayu
Kadar air kayu adalah banyaknya air yang dikandung pada
sepotong kayu. Banyaknya kadar air kayu bervariasi tergantung jenis
kayunya. Rumus penentuan kadar air adalah :
Dimana :
Ka =
Kadar Air (%)
Bb = Berat basah kayu (berat awal) (gr)
BKT = Berat kering tanur (berat konstan stelah
dioven pada suhu 105°C) (gr)
Untuk menentukan kadar air dalam kayu, dapat digunakan 3
cara, yaitu :
- Cara kering tanur (oven)
- Cara distilasi
- Cara moisture meter (elektrik moisture content methode)
2.3
Air
Dalam Kayu
Kadar
air yang terdapat di dalam kayu terdiri dari :
1. Air bebas adalah air yang terdapat
di dalam rongga-rongga sel, yang paling
mudah dan terlebih dahulu keluar. Air bebas ini tidak mempengaruhi sifat
dan bentuk kayu kecuali berat kayu.
2. Air terikat adalah air yang berada
dalam dinding-dinding sel kayu, sangat sulit untuk dilepas. Air terikat inilah
yang dapat mempengaruhi sifat kayu misalnya penyusutan. Bila air bebas telah keluar dan kondisi dinding sel jenuh air, maka
dapat dikatakan kayu telah mencapai kadar air titik jenuh serat (fiber
saturation point). Tingkatan titik jenuh serat untuk semua jenis kayu tidak
sama, hal ini dikarenakan adanya variasi susunan kimiawi kayu. Titik jenuh
serat kayu pada umumnya berkisar antara kadar air 25 – 30 %.
2.3.1
Kadar
Air Dalam Kayu
Didalam
pohon atau batang kayu yang baru saja ditebang maka kondisi airnya adakah
maksimum. Kadar air maksimum umumnya
diatas 40%. Kadar air dalam kayu Sangat tergantung pada volume rongga selnya serta berat
jenis kayu tersebut.
Rumus mencari kadar air maksimum adalah :

Dimana : Ga
= Berat jenis kayu kering tanur
Jika
kayu dalam kondisi kadar air maksimum ini dikeringkan, maka air bebasnya akan
menguap tetapi air terikatnya masih tetap. Kondisi kayu pada keadaan ini disebut kondisi
basah dengan kadar air antara 30 – 40%.
Apabila kayu tersebut terus dikeringkan dan sudah tidak
mengandung air bebas dan (tinggal air terikatnya saja), maka kayu dikatakan
dalam kondisi titik jenuh serat (tjs). Titik jenuh serat kayu umumnya
pada kadar air antara 25 – 30%.
Apabila
kayu tersebut terus dikeringkan, maka air terikat kayu juga mulai
hilang/menguap dan kayu mulai menyusut. Sesudah itu kondisi kayu mempunyai
kadar air yang sama dengan kadar air lingkungannya atau kadar air seimbang,
kadar airnya sekitar 10 – 18%.
2.3.2
Gerakan
Air dalam Kayu
Gerakan
air adalah bergeraknya air untuk menguap di dalam kayu sangat tergantung
letaknya. Pada arah longitudinal gerakan air sangat cepat dan air yang
akan menguap akan melewati penampang (x)-nya.
Gerakan air pada arah lain (t,r) relatif lambat atau
kira-kira seperlimabelas dari gerakan air arah longitudinal.
Pengabsorsian
kandungan air dalam kayu (proses evaporasi) merupakan proses fisik dan kimiawi
yang sangat rumit. Seperti yang telah disebutkan di muka, pelepasan air bebas
akan mempengaruhi perubahan dimensi kayu. Pelepasan air terikat akan
mempengaruhi sel pori (selulosa) kayu secara kimiawi.
Berikut
ini tahapan proses evaporasi pada kayu.
1. Kayu
Basah (Green Wood)
Semua
rongga pori dan dinding sel kayu penuh kandungan air. Kadar air dapat memcapai
200%
2. Kayu
Setelah Penebangan
Setelah
pohon ditebang, zat air dapat masuk dengan bebas lagi. Dinding sel kayu tetap
penuh kandungan air, sedangkan rongga sel sebagian berkurang kandungan airnya.
Besar kandungan kandungan air masih di atas 35%-70%.
3. Titik
jenuh serat (fibre saturation point)
Air
bebas pada rongga pori-pori kayu telah keluar semuanya. Kandungan air dalam
dinding sel tetap. Kadar air kayunya 25%-30%.
4. Kering
udara atau titik keseimbangan kadar air kayu (equilibrium moisture content)
Pada
saat ini, kayu menyesuaikan diri dengan udara sekitarnya, sehingga kandungan
air dalam dinding sel yang berlebihan mulai terevaporasi keluar. Bentuk dimensi
kayu mulai berubah (menyusut). Kadar air kayu antara 12%-20%..
5. Kering
tanur
Rongga
pori dan dinding sel tidak mengandung air lagi. Berat kayu tidak dapat turun
lebih lanjut. Kadar air kayu 0%.
III.
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kadar
air kayu adalah banyaknya air yang terkandung dalam kayu yang dinyatakan dalam
persen terhadap berat kering ovennya. Kadar air kering udara adalah kondisi
kayu dalam keadaan kering udara, yang mana pada kondisi ini kayu tidak menyerap
atau melepaskan air. Dengan demikian bila digunakan untuk komponen bangunan
dapat dikatakan kayu tersebut tidak mengalami pengembangan maupun penyusutan,
kalaupun terjadi sangat kecil, sehingga tidak merusak elemen bangunan secara
keseluruhan. Oleh karena itu kayu bangunan sebelum digunakan harus diketahui
terlebih dahulu kadar airnya. Kadar air kayu yang aman untuk penggunaan pada
bangunan adalah kadar air kering udara, untuk Indonesia sekitar 15% - 20%.
3.2
Saran
Sebaiknya dapat
menjadi bahan acuan dalam pembelajaran mata kuliah struktur dan sifat kayu.
DAFTAR PUSTAKA
Hut –do –pi .2012. HUBUNGAN KADAR AIR DENGAN PENGERINGAN KAYU. http://hutdopi08.blogspot.com/2012/05/hubungan-ka-dengan-pengeringan-kayu.html diakses pada tanggal 06 mei 2013
_________.
1995. Diktat Tenaga Teknis Kehutanan Bidang Pengeringan, Pengawetan, dan
Pengolahan Kayu. Kerjasama Fakultas Kehutanan IPB dengan Dinas Kehutanan
DKI Jakarta.
BalasHapusTerimakasih atas informasinya, Silahkan Kunjungi website kami ^^
http://mitoha-goldengamat.com/cara-mengobati-prostatitis/
Thanks ilmunya.... ^^
BalasHapusTrimakasih bnyk ilmu nya..sngat membantu
BalasHapus