Kamis, 09 Juli 2020

“How to master your habits”


Habits adalah segala sesuatu yang kita lakukan secara otomatis, bahkan kita melakukannya tanpa berfikir. Habits adalah suatu aktivitas yang dilakukan terus-menerus sehingga menjadi bagian daripada seorang manusia. Dia adalah kebiasaan kita.
Mungkin kita merasa kagum dan takjub ketika seorang anak muda asli Indonesia berumur 9 tahun, tidak pernah menginjakkan sama sekali kaiknya di tanah Arab, namun bisa berbicara sama fasihnya dengan orang Arab yang memang terlahir di Arab dan fasih berbicara bahasa Arab. Padahal keduanya bisa berbicara bahasa Arab karena satu sebab yang sama. Habits.
Jadi untuk menguasai suatu hal butuh yang namanya habits, rajin dan malas pun juga habits, bahkan kaya dan miskin bisa jadi juga habits, ramah dan pemarah juga habits, sampai bersemangat dakwah juga futur adalah hasil habits.
Tidak perlu memikirkan apa posisi awal kita saat ini, karena itu penting. Kita dapat menjadi apapun atau menguasai keahlian apapun yang kita inginkan bila kita benar-benar menginginkannya, dengan cara membiasakan dan membentuk habits pada diri kita. Menjadikan yang luar biasa menjadi kebiasaan.
Maka jangan harap kita bisa berinfak dalam keadaan sulit apabila kita tidak melatihnya dalam keadaan lapang, jangan bermimpi kita memiliki keberanian berjihad sama seperti Mus’ab bin Umair ketika kita tidak melatih keberanian kita sekarang.
Sama seperti syahadat di waktu akhir hayat kita, insya Allah kita semua menginginkannya, maka kata-kata itu akan meluncur dengan mudah karena kita hidup, bibir kita senantiasa kita latih untuk terbiasa mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, sehingga otomatis akan terucap tatkala kita sakaratul maut.
Dalam membentuk habits, kita harus memperkuat repetisi dulu, semacam pengulangan-pengulangan yang sering dilakukan untuk membentuk habits baru yang lebih baik. Habits menyerupai spiral yang tidak terputus, setiap repetisi akan memperkuat habits, dan habits yang kuat akan menuntut repetisi. Seperti halnya, kita ingin membentuk habits kita, kita butuh learn’, setelah kita mempelajari apa-apa yang menjadi kebiasaan baik atau buruk kita, kita masuk ke tahap commit’, komitmen. Kita harus membuat keputusan dengan diri kita untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik, jika itu yang kita inginkan. Setelah itu, kita mempraktekkannya, misal, kebiasaan buruk kita adalah sholatnya molor-molor, nah, setelah kita berkomitmen untuk sholat tepat waktu, kita harus mempraktekkannya. Dan terakhir, untuk membentuk habits baru yaitu sholat tepat waktu, kita harus melakukan repetition’, pengulangan. Berulang-ulang kita harus melakukan sholat tepat waktu, sampai habits kita terbentuk, kita bisa sadari, ketika adzan berkumandang tubuh kita akan sendirinya bergerak untuk segera mengeambil wudhu. Jadi terbentuklah habits baru di diri kita.
Menginstall habits sama saja dengan menginstall program komputer, awalnya mungkin lama dan sulit, namun setelah terinstall penggunaannya akan sangat mudah dan sangat membantu kita.
Otak manusia memiliki 1.000.000.000.000 sel syaraf otak. Setiap ada aktivitas baru atau pengalaman baru yang dilakukan, maka sel syaraf itu akan terhubung satu sama lain membentuk sebuah pola. Artinya otak manusia dapat menyimpan informasi dan pengalaman yang sangat banyak sekali. Bila aktivitas atau pengalaman itu diulang kembali, maka hubungan pola antar sel syaraf itu akan bertambah tebal, itulah yang menjelaskan kenapa seseorang akan menjadi semakin mahir bila melakukan repetisi.
Banyak yang bertanya, “Bila seseorang sudah mengetahui islam itu sempurna, dakwah itu keharusan, syariah dan khilafah itu wajib, lalu mengapa kita malas berdakwah?
Jawabannya jelas, tidak ada strong why pada dirinya, atau dia belum meyakini pemikirannya. Karena seseorang harus meyakini dulu baru bertindak. Oleh karena itu, bila kita melihat pengemban dakwah yang bersungguh-sungguh dalam dakwahnya, mengerahkan segenap upaya dan daya serta harta yang dimiliknya untuk perjuangan menegakkan islam, yakinlah bahwa dia memiliki strong why yang benar-benar kuat.
Dia betul-betul menyadari kedzaliman yang ditimpakan pada ummat ketika tiada aturan islam yang menaungi mereka, dan ancaman Allah ketika dia melalaikan dakwah islam. Dia benar-benar meyakini bahwa apa yang disampaikannya benar-benar obat satu-satunya yang mujarab bagi ummat. Tidak ada keraguan sedikitpun baginya bahwa Allah akan memenangkan perjuangannya pada akhirnya.
Firman Allah Swt., “Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin.
Ketika kita bertanya “Berapa banyak dan berapa lama kita harus mengulangnya?”
Sebagian ilmuwan dan peneliti berpendapat bahwa manusia memerelukan waktu 21 hari untuk melatih satu habits baru, sebagian lagi berpendapat 28-30 hari, bahkan ada yang berependapat 40 hari.
Dalam dakwah, kita diposisikan menjadi qa’id (pimpinan dan contoh) bagi ummat. Oleh karenanya, harus ada sesuatu keahlian yang dipandang oleh ummat, yang membuatnya percaya dan yakin bahwa kita layak untuk mengarahkan perjuangan mereka, layak menyandang gelar ‘pewaris para nabi’. Bagaimana bisa kita menjadi qa’id apabila ummat pun tidak mengetahui siapa kita dan apa yang kita dapat lakukan, bahkan tidak dapat mengingat kita sama sekali.
Hampir-hampir tidak ada sesuatu hal yang mustahil untuk diraih selama Allah masih mewajibkannya kepada kita. Karena dalam keyakinan muslim, Allah mustahil mewajibkan hal yang mustahil bagi kita. Karena Allah tidak akan memberikan tugas kepada seseorang melainkan dia mampu melakukannya, sesuai dalam firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah: 268.
Nah, sekarang kita sudah membuat rencana habits yang akan kita bentuk, kita latih serta kita ulangi terus menerus. Tantangannya sekarang terletak pada konsistensi, keistiqamahan kita menjalankan apa yang sudah kita rencanakan.
Sumber : Buku Habits Ust. Felix

Tidak ada komentar:

Posting Komentar