Habits adalah segala sesuatu yang kita
lakukan secara otomatis, bahkan kita melakukannya tanpa berfikir. Habits adalah
suatu aktivitas yang dilakukan terus-menerus sehingga menjadi bagian daripada
seorang manusia. Dia adalah kebiasaan kita.
Mungkin kita merasa kagum dan takjub
ketika seorang anak muda asli Indonesia berumur 9 tahun, tidak pernah
menginjakkan sama sekali kaiknya di tanah Arab, namun bisa berbicara sama
fasihnya dengan orang Arab yang memang terlahir di Arab dan fasih berbicara
bahasa Arab. Padahal keduanya bisa berbicara bahasa Arab karena satu sebab yang
sama. Habits.
Jadi untuk menguasai suatu hal butuh
yang namanya habits, rajin dan malas pun juga habits, bahkan kaya dan miskin
bisa jadi juga habits, ramah dan pemarah juga habits, sampai bersemangat dakwah
juga futur adalah hasil habits.
Tidak perlu memikirkan apa posisi awal
kita saat ini, karena itu penting. Kita dapat menjadi apapun atau menguasai
keahlian apapun yang kita inginkan bila kita benar-benar menginginkannya,
dengan cara membiasakan dan membentuk habits pada diri kita. Menjadikan yang
luar biasa menjadi kebiasaan.
Maka jangan harap kita bisa berinfak
dalam keadaan sulit apabila kita tidak melatihnya dalam keadaan lapang, jangan
bermimpi kita memiliki keberanian berjihad sama seperti Mus’ab bin Umair ketika
kita tidak melatih keberanian kita sekarang.
Sama seperti syahadat di waktu akhir
hayat kita, insya Allah kita semua menginginkannya, maka kata-kata itu akan
meluncur dengan mudah karena kita hidup, bibir kita senantiasa kita latih untuk
terbiasa mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah, sehingga otomatis akan terucap
tatkala kita sakaratul maut.
Dalam membentuk habits, kita harus
memperkuat repetisi dulu, semacam pengulangan-pengulangan yang sering dilakukan
untuk membentuk habits baru yang lebih baik. Habits menyerupai spiral yang
tidak terputus, setiap repetisi akan memperkuat habits, dan habits yang kuat
akan menuntut repetisi. Seperti halnya, kita ingin membentuk habits kita, kita
butuh learn’, setelah kita mempelajari apa-apa yang menjadi kebiasaan baik atau
buruk kita, kita masuk ke tahap commit’, komitmen. Kita harus membuat keputusan
dengan diri kita untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan yang baik,
jika itu yang kita inginkan. Setelah itu, kita mempraktekkannya, misal,
kebiasaan buruk
kita adalah sholatnya molor-molor, nah, setelah kita berkomitmen untuk sholat
tepat waktu, kita harus mempraktekkannya. Dan terakhir, untuk membentuk habits
baru yaitu sholat tepat waktu, kita harus melakukan repetition’, pengulangan.
Berulang-ulang kita harus melakukan sholat tepat waktu, sampai habits kita
terbentuk, kita bisa sadari, ketika adzan berkumandang tubuh kita akan
sendirinya bergerak untuk segera mengeambil wudhu. Jadi terbentuklah habits baru
di diri kita.
Menginstall habits sama saja dengan
menginstall program komputer, awalnya mungkin lama dan sulit, namun setelah
terinstall penggunaannya akan sangat mudah dan sangat membantu kita.
Otak manusia memiliki
1.000.000.000.000 sel syaraf otak. Setiap ada aktivitas baru atau pengalaman
baru yang dilakukan, maka sel syaraf itu akan terhubung satu sama lain
membentuk sebuah pola. Artinya otak manusia dapat menyimpan informasi dan
pengalaman yang sangat banyak sekali. Bila aktivitas atau pengalaman itu
diulang kembali, maka hubungan pola antar sel syaraf itu akan bertambah tebal,
itulah yang menjelaskan kenapa seseorang akan menjadi semakin mahir bila
melakukan repetisi.
Banyak yang bertanya, “Bila seseorang sudah mengetahui islam itu
sempurna, dakwah itu keharusan, syariah dan khilafah itu wajib, lalu mengapa
kita malas berdakwah?”
Jawabannya jelas, tidak ada strong why pada dirinya, atau dia belum
meyakini pemikirannya. Karena seseorang harus meyakini dulu baru bertindak.
Oleh karena itu, bila kita melihat pengemban dakwah yang bersungguh-sungguh
dalam dakwahnya, mengerahkan segenap upaya dan daya serta harta yang dimiliknya
untuk perjuangan menegakkan islam, yakinlah bahwa dia memiliki strong why yang
benar-benar kuat.
Dia betul-betul menyadari kedzaliman
yang ditimpakan pada ummat ketika tiada aturan islam yang menaungi mereka, dan
ancaman Allah ketika dia melalaikan dakwah islam. Dia benar-benar meyakini
bahwa apa yang disampaikannya benar-benar obat satu-satunya yang mujarab bagi
ummat. Tidak ada keraguan sedikitpun baginya bahwa Allah akan memenangkan
perjuangannya pada akhirnya.
Firman Allah Swt., “Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu
sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah
berita gembira kepada orang-orang mukmin.”
Ketika kita bertanya “Berapa banyak
dan berapa lama kita harus mengulangnya?”
Sebagian ilmuwan dan peneliti
berpendapat bahwa manusia memerelukan waktu 21 hari untuk melatih satu habits
baru, sebagian lagi berpendapat 28-30 hari, bahkan ada yang berependapat 40
hari.
Dalam dakwah, kita diposisikan menjadi
qa’id (pimpinan dan contoh) bagi ummat. Oleh karenanya, harus ada sesuatu
keahlian yang dipandang oleh ummat, yang membuatnya percaya dan yakin bahwa
kita layak untuk mengarahkan perjuangan mereka, layak menyandang gelar ‘pewaris
para nabi’. Bagaimana bisa kita menjadi qa’id apabila ummat pun tidak
mengetahui siapa kita dan apa yang kita dapat lakukan, bahkan tidak dapat
mengingat kita sama sekali.
Hampir-hampir tidak ada sesuatu hal
yang mustahil untuk diraih selama Allah masih mewajibkannya kepada kita. Karena
dalam keyakinan muslim, Allah mustahil mewajibkan hal yang mustahil bagi kita.
Karena Allah tidak akan memberikan tugas kepada seseorang melainkan dia mampu
melakukannya, sesuai dalam firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah: 268.
Nah, sekarang kita sudah membuat
rencana habits yang akan kita bentuk, kita latih serta kita ulangi terus
menerus. Tantangannya sekarang terletak pada konsistensi, keistiqamahan kita menjalankan apa yang sudah kita
rencanakan.
Sumber : Buku
Habits Ust. Felix
Tidak ada komentar:
Posting Komentar