Rabu, 12 Desember 2012

Makalah KLH-Use Recycle Paper-

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apa yang bisa didaur ulang? Banyak item yang kita gunakan sehari-hari: plastik, kaca, keramik, kertas, kardus, aluminium, besi, limbah elektronik dan listrik, dan sebagainya. Kertas diperoleh dari pengolahan kayu di pabrik-pabrik dengan bantuan bahan kimia banyak. Pada saat yang sama, hutan tua dan besar menghilang dan ada risiko besar pencemaran sungai. Untuk menghindari kerusakan lingkungan, adalah mungkin untuk kembali mengumpulkan kertas yang kita tidak perlu lagi dan memberikannya kepada daur ulang. Selain itu, pengolahan limbah kertas menggunakan energi hingga 60% lebih sedikit daripada jika produk diterima dari bahan-bahan alami (kayu). Juga, pengolahan kertas sudah digunakan menggunakan air 15% lebih sedikit. Beberapa data menunjukkan bahwa dengan mendaur ulang satu ton kertas kantor kita simpan 17 pohon, menghemat 4200 kW (kilowatt) listrik dan 32.000 galon air. Selain itu, adalah mungkin untuk mendaur ulang semua jenis surat kabar, kantong kertas atau semua kemasan yang terbuat dari kertas. Jika kita mendaur ulang kertas, banyak hutan, sungai, danau serta banyak makhluk hidup lainnya disimpan. Misalnya plastik, Plastik merupakan bahan yang diperoleh dari minyak bumi. Minyak ini adalah jenis bijih yang dapat ditemukan dalam bumi. Hal ini dibuat oleh dekomposisi tumbuhan dan hewan selama jutaan tahun. Melalui eksploitasi minyak dan pengolahan ke dalam plastik, sebuah fragmen dari sejarah planet kita menghilang. Jika tingkat saat ini konsumsi minyak dilanjutkan, diperkirakan bahwa sumber minyak akan habis selama 35 tahun. Masalah lain dengan plastik adalah bahwa hal itu tidak membusuk di tanah, tetapi secara permanen disimpan dalam lingkungan. Sebuah cara yang mungkin menghancurkan dapat terbakar, namun, dalam hal tingkat polusi udara meningkat. Oleh karena itu, adalah lebih baik untuk menghindari pembelian dan penggunaan kantong plastik dan botol. Baru-baru ini, jenis, khusus baru dari plastik telah muncul yang didaur ulang. Seperti plastik memiliki tanda daur ulang di atasnya dan mereka perlu dikumpulkan dan didaur ulang. Ada banyak item yang terbuat dari logam: kaleng minuman, botol deodoran, mobil, bus, kereta api, pesawat terbang, lemari es, kompor, kotak krim dan sejenisnya. Tentu saja, logam diterima oleh pengolahan yang tepat dari bijih. Proses ini dimulai dengan pertambangan bijih, yang menghancurkan atau merusak lanskap terpisahkan (bukit, gunung, padang rumput). Kemudian, tambang dibilas dalam air sehingga air menjadi tercemar. Proses peleburan menggunakan sejumlah besar energi dan gas pembakaran berbahaya dilepaskan ke atmosfer. Pada akhir prosedur ini, logam diperoleh kemudian digunakan untuk tujuan yang berbeda. Hal ini diperlukan untuk menggali empat ton bijih bauksit dan mengkonsumsi 13.000 kWh (kilowatt jam) listrik untuk hanya satu ton aluminium. Selama proses mendapatkan aluminium dari bijih disebutkan, karbon monoksida, karbon dioksida dan hidrogen fluorida yang dilepaskan ke atmosfer. Di beberapa negara maju, digunakan mobil tua yang diberikan kepada daur ulang. Juga, peralatan listrik dapat didaur ulang. Selain itu yang sampah yang bisa didaur ulang adalah kaca. Kaca merupakan bahan yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari melalui produk yang berbeda: botol, guci, cangkir, cermin, jendela. Kaca mungkin dalam berbagai warna yang ditambahkan torecycling 300x255. Mengapa Recycle? itu (pada tahap produksi). Hal ini dilakukan selama proses peleburan pasir dengan penambahan beberapa zat lain pada suhu yang sangat tinggi. Proses ini membuang banyak energi, dan sejumlah besar gas rumah kaca yang dilepaskan ke atmosfer. Jika kita daur ulang kaca, sungai dan udara akan kurang tercemar dan konsumsi energi akan berkurang. Daur ulang hanya satu botol dapat menghemat energi yang cukup untuk menyalakan bohlam 100W (watt) selama empat jam penuh. Keuntungan dari kaca juga bahwa hal itu dapat didaur ulang tak henti-hentinya. Kontribusi pribadi kita bisa di koleksi wadah kaca dan kemasan yang tidak perlu yang terbuat dari kaca yang dapat didaur ulang atau digunakan kembali. 1.2 Rumusan Masalah  Apa sih daur ulang itu?  Apa yang dimaksud dengan daur ulang kertas?  Bagaimana cara memanfaatkan daur ulang kertas?  Apa dampak positif dan adakah dampak negatifnya? 1.3 Tujuan Penulisan Agar kita mengetahui tentang daur ulang kertas sehingga kita bisa mengaplikasikan ke lingkungan untuk memanfaatkan kertas daur ulang tersebut dan juga kita mengetahi berbagai macam dampak positif dan mencari tau dampak negatifnya. II. PEMBAHASAN 2.1 Lingkungan Hidup Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan. 2.2 Use Recycle Paper Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle). Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai proses daur ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemrosesan material baru untuk proses produksi. Pada pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus menghasilkan barang yang mirip dengan barang aslinya dengan material yang sama, contohnya kertas bekas harus menjadi kertas dengan kualitas yang sama, atau busa polistirena bekas harus menjadi polistirena dengan kualitas yang sama. Seringkali, hal ini sulit dilakukan karena lebih mahal dibandingkan dengan proses pembuatan dengan bahan yang baru. Jadi, daur ulang adalah proses penggunaan kembali material menjadi produk yang berbeda. Bentuk lain dari daur ulang adalah ekstraksi material berharga dari sampah, seperti emas dari prosessor komputer, timah hitam dari baterai, atau ekstraksi material yang berbahaya bagi lingkungan, seperti merkuri. Daur ulang adalah sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari sampah. Proses daur ulang alumunium dapat menghemat 95% energi dan mengurangi polusi udara sebanyak 95% jika dibandingkan dengan ekstraksi alumunium dari tambang hingga prosesnya di pabrik. Penghematan yang cukup besar pada energi juga didapat dengan mendaur ulang kertas, logam, kaca, dan plastik. Material-material yang dapat didaur ulang dan prosesnya diantaranya adalah: • Bahan bangunan Material bangunan bekas yang telah dikumpulkan dihancurkan dengan mesin penghancur, kadang-kadang bersamaan dengan aspal, batu bata, tanah, dan batu. Hasil yang lebih kasar bisa dipakai menjadi pelapis jalan semacam aspal dan hasil yang lebih halus bisa dipakai untuk membuat bahan bangunan baru semacam bata. • Baterai Banyaknya variasi dan ukuran baterai membuat proses daur ulang bahan ini relatif sulit. Mereka harus disortir terlebih dahulu, dan tiap jenis memiliki perhatian khusus dalam pemrosesannya. Misalnya, baterai jenis lama masih mengandung merkuri dan kadmium, harus ditangani secara lebih serius demi mencegah kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia. Baterai mobil umumnya jauh lebih mudah dan lebih murah untuk didaur ulang. • Barang Elektronik Barang elektronik yang populer seperti komputer dan handphone umumnya tidak didaur ulang karena belum jelas perhitungan manfaat ekonominya. Material yang dapat didaur ulang dari barang elektronik misalnya adalah logam yang terdapat pada barang elektronik tersebut (emas, besi, baja, silikon, dll) ataupun bagian-bagian yang masih dapat dipakai (microchip, processor, kabel, resistor, plastik, dll). Namun tujuan utama dari proses daur ulang, yaitu kelestarian lingkungan, sudah jelas dapat menjadi tujuan diterapkannya proses daur ulang pada bahan ini meski manfaat ekonominya masih belum jelas. • Logam Besi dan baja adalah jenis logam yang paling banyak didaur ulang di dunia. Termasuk salah satu yang termudah karena mereka dapat dipisahkan dari sampah lainnya dengan magnet. Daur ulang meliputi proses logam pada umumnya; peleburan dan pencetakan kembali. Hasil yang didapat tidak mengurangi kualitas logam tersebut. Contoh lainnya adalah alumunium, yang merupakan bahan daur ulang paling efisien di dunia. Namun pada umumnya, semua jenis logam dapat didaur ulang tanpa mengurangi kualitas logam tersebut, menjadikan logam sebagai bahan yang dapat didaur ulang dengan tidak terbatas. • Bahan Lainnya Kaca dapat juga didaur ulang. Kaca yang didapat dari botol dan lain sebagainya dibersihkan dair bahan kontaminan, lalu dilelehkan bersama-sama dengan material kaca baru. Dapat juga dipakai sebagai bahan bangunan dan jalan. Sudah ada Glassphalt, yaitu bahan pelapis jalan dengan menggunakan 30% material kaca daur ulang. Kertas juga dapat didaur ulang dengan mencampurkan kertas bekas yang telah dijadikan pulp dengan material kertas baru. Namun kertas akan selalu mengalami penurunan kualitas jika terus didaur ulang. Hal ini menjadikan kertas harus didaur ulang dengan mencampurkannya dengan material baru, atau mendaur ulangnya menjadi bahan yang berkualitas lebih rendah. Plastik dapat didaur ulang sama halnya seperti mendaur ulang logam. Hanya saja, terdapat berbagai jenis plastik di dunia ini. Saat ini di berbagai produk plastik terdapat kode mengenai jenis plastik yang membentuk material tersebut sehingga mempermudah untuk mendaur ulang. Suatu kode di kemasan yang berbentuk segitiga 3R dengan kode angka di tengah-tengahnya adalah contohnya. Suatu angka tertentu menunjukkan jenis plastik tertentu, dan kadang-kadang diikuti dengan singkatan, misalnya LDPE untuk Low Density Poly Etilene, PS untuk Polistirena, dan lain-lain, sehingga mempermudah proses daur ulang. Jenis kode plastik yang umum beredar diantaranya: • PET (Polietilena tereftalat). Umumnya terdapat pada botol minuman atau bahan konsumsi lainnya yang cair. • HDPE (High Density Polyethylene, Polietilena berdensitas tinggi) biasanya terdapat pada botol deterjen. • PVC (polivinil klorida) yang biasa terdapat pada pipa, rnitur, dan sebagainya. • LDPE (Low Density Polyethylene, Polietilena berdensitas rendah) biasa terdapat pada pembungkus makanan. • PP (polipropilena) umumnya terdapat pada tutup botol minuman, sedotan, dan beberapa jenis mainan. • PS (polistirena) umum terdapat pada kotak makan, kotak pembungkus daging, cangkir, dan peralatan dapur lainnya.  Kertas Daur Ulang Daur ulang kertas adalah pengolahan sampah menjadi produk baru untuk digunakan kembali. Tujuan utama dari daur ulang kertas adalah untuk melestarikan tekologi dan lingkungan . Daur Ulang kertas mempertahankan sumber daya alam yang dinyatakan akan menemukan hasil yang baik dan digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi produk baru. Proses daur ulang kertas menyebabkan mengurangi penggunaan energi, polusi lebih sedikit dan lebih rendah emisi gas rumah kaca bila dibandingkan dengan produksi pabrik. Bahan yang paling umum untuk daur ulang adalah daur ulang elektronik, kaca, logam, kertas, plastik, tekstil dan elektronik. Daur ulang kertas pengolahan limbah skrap kertas seperti pabrik pecah (kertas hiasan dan skrap kertas lainnya dari pembuatan kertas), pra-konsumen limbah (kertas dibuang sebelum dijual ke pelanggan) dan pasca-konsumen limbah ( seperti kertas bekas, majalah, koran, kertas kantor dan buku) yang akan menjadi produk kertas baru. Seperti daur ulang semua jenis, daur ulang kertas juga dilengkapi dengan banyak manfaatnya. Kertas daur ulang juga meluas ke aksesoris seperti kartrid digunakan untuk mencetak pada kertas, kerajinan membuat kertas undangan, tempat tissue, bingkai foto, dan lain-lain. 2.3 Cara pemanfaatan daur ulang kertas Belajar mendaur ulang kertas, bisa dilakukan dengan kami untuk mengetahui proses mendaur ulang kertas. Cara terbaik untuk membantu lingkungan yang indah, agar sampah tidak terlalu menumpuk, oleh karena itu daur ulang adalah solusi terbaik. Ayo ikuti kursus daur ulang kertas dengan kami, cara membuat kertas daur ulang bisa anda gunakan cara ini. Di kampus UIN Jakarta, Kelompok Pecinta Alam (KPA) Arkadia, membuat sebuah inspirasi baru bagaimana sampah kertas didaur-ulang hingga menjadi kertas baru yang berguna. Hasilnya memang tak terlalu sempurna. Namun, cara itu setidaknya dapat mengurangi tumpukan sampah kertas sekaligus menyelamatkan lingkungan dari ancaman limbah sampah organik itu. Menurut Samsul Umar, staf Arkadia, sampah-sampah organik sebenarnya sangat mudah dimanfaatkan kembali. Selain dapat dijadikan kompos atau media tanam, sampah organik seperti kertas juga bisa disulap menjadi kertas baru yang berguna. “Di lingkungan kita pasti banyak sampah kertas. Nah, jika didaur-ulang, tentu akan bermanfaat seperti untuk menulis atau sebagai alat pembungkus,” ujarnya saat ditemui UIN Online di tempat workshop peragaan kertas daur ulang di lapangan Student Center, Selasa (8/6). Namun, kata dia, pemanfaatan kembali kertas bekas tak semata untuk tujuan ekonomis, tetapi yang paling penting adalah ikut serta menyelamatkan bumi. Dengan mendaur-ulang kertas, misalnya, hal itu berarti dapat mengurangi penebangan pohon sebagai bahan baku utama kertas. “Bayangkan, jika pohon banyak ditebangi, bukan saja hutan menjadi gundul tapi bumi juga kian panas,” dalih mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora semester akhir ini. Karena itu, agar bumi terselamatkan, sejumlah langkah penghematan penggunaan kertas dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, setiap mencetak sedapat mungkin menggunakan kertas di kedua sisi (timbal balik) atau kertas bekas. Kedua, menggunakan kertas daur ulang, dan ketiga memanfaatkan alat elektronik (digital file) seperti komputer dan internet baik untuk kepentingan surat-menyurat (e-mail) maupun penyimpanan arsip. Untuk penggunaan kertas hasil daur ulang, Samsul menyarankan agar tak buru-buru dulu membeli di toko kertas yang belakangan banyak dijual. Sebab, pembuatan daur ulang kertas dapat dilakukan sendiri secara mudah dan dengan alat sederhana. Dia menjelaskan, beberapa cara untuk membuat daur ulang kertas itu dapat dilakukan sebagai berikut. Siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, seperti papan triplek kain tipis, screen (biasa digunakan sebagai alat menyablon) dengan kerapatan 36 atau 38 berukuran 25 x 25 centimeter atau 35 x 45 centimeter, rakel (alat perata), blender, bak besar berukuran 60 x 70 centimeter atau ember, kertas-lertas bekas (limbah), pewarna alami atau buatan, pemutih, dan lem kayu. Langkah pertama dalam pembuatan kertas daur ulang, kertas bekas seperti koran, hvs berbagai ukuran, atau karton terlebih dahulu disobek-sobek kecil dan direndam dalam air selama sekitar dua hingga empat jam (bergantung jenis kertas, semakin tebal semakin membutuhkan waktu lama perendaman). Untuk memperoleh hasil kertas baru yang baik, rendaman kertas juga dapat dilakukan dengan blender hingga halus dan menjadi bubur (pulp) dengan perbandingan 1 gelas kertas dan 3 gelas air. Blender juga sekitar satu setengah sendok teh lem kayu sebagai perekat. Langkah kedua, masukkan bubur kertas ke dalam bak persegi berisi air dengan perbandingan 15 liter air dan 3 liter bubur kertas. Langkah ketiga, masukkan screen yang sudah dibingkai persegi (ukuran disesuaikan) ke dalam bak hingga terendam dan angkat (tiriskan). Pastikan bubur kertas merata di atas permukaan screen. Setelah itu, siapkan dan pasang papan triplek yang sudah dibasahi air dengan kemiringan 45 derajat. Tempelkan screen pada papan tadi lalu gosok beberapa kali dengan rakel di atas permukaan screen hingga airnya turun. Jika sudah selesai jemur dan keringkan. Kemudian kertas pun siap dipergunakan. Ulangi semua langkah di atas dengan cara yang sama untuk memperoleh jumlah kertas daur ulang yang diinginkan. Hanya saja, hasil tersebut kemungkinan kurang optimal, misalnya tekstur dan permukaan kertas yang tidak merata atau halus. Jika ingin menghasilkan kertas berwarna, dapat juga diberi zat pewarna alami seperti kunyit (kuning), daun jadi (merah), gambir (hitam), daun pandan (hijau), dan pacar cina (merah muda). “Daripada dibuang, lebih baik dimanfaatkan lagi sambil berkreasi. Di samping itu, juga untuk menyelamatkan bumi yang kini sudah panas akibat hilangnya sebagian pohon karena ditebang maupun dibalak,” seloroh Samsul tanpa bermaksud mempromosikan Arkadia, lembaga kemahasiswaan yang concern terhadap lingkungan. Manfaat lingkungan dari mendaur ulang kertas: Keuntungan terbesar dari daur ulang kertas adalah konservasi lingkungan. 90 persen dari semua kertas bekas dan sekitar 35 persen dari pohon-pohon di dunia adalah untuk memproduksi kertas. Daur ulang kertas koran menyimpan jumlah yang sama dengan pencetakan kertas fotokopi. Daur ulang kertas di dunia akan menghemat 40 juta hektar (162.000 kilometer persegi) lahan hutan. Manfaat lingkungan kedua utama dari kertas daur ulang berkurang polusi. Amerika Serikat Environmental Protection Agency (EPA) memperkirakan bahwa pembuatan kertas menggunakan cara daur ulang mengurangi polusi air sebesar 35 persen dan polusi udara oleh 74 persen. Manfaat keuangan: Manfaat lingkungan dari kertas daur ulang langsung menerjemahkan untuk keuntungan finansial sebagai daur ulang yang siap menyediakan bahan baku yang tidak akan membutuhkan pengadaan. Selain itu, daur ulang kertas menyebabkan biaya energi berkurang. The Administrasi Informasi Energi AS menyatakan bahwa kertas yang dibuat dengan cara daur ulang menyebabkan penghematan energi sekitar 40 persen. Biro Internasional Daur Ulang (BIR) memperkirakan penurunan 64 persen dalam energi ketika manufaktur kertas dengan cara daur ulang. Daur ulang satu ton koran menghemat sekitar 4.000 kWh listrik, yang kira-kira listrik yang dibutuhkan untuk menyalakan sebuah rumah tiga kamar tidur selama satu tahun. Kertas daur ulang juga mengurangi kebutuhan air dan minyak. Daur ulang satu ton kertas menghemat sekitar tujuh ribu galon air, dan dua barel minyak. Daur ulang kertas mengurangi biaya hingga 50 persen dibandingkan dengan membeli kertas baru. Dengan kerusakan lingkungan dan pemanasan global itu masalah besar, dan bisnis di seluruh dunia mencari untuk memotong biaya, daur ulang kertas dan aksesoris adalah situasi yang baik menuju Negara yang hijau dan bisa menjadi peluang usaha yang bagus untuk Negara kita. Manfaat Dari Mendaur Ulang Kertas Bekas: Koran dan kertas bekas menumpuk di rumah? Mungkin yang paling mudah dilakukan adalah membuang atau membakar kertas-kertas bekas tersebut. Namun tahukah anda bahwa banyak manfaat yang signifikan dari daur ulang kertas bekas ini. Menurut penelitian, ternyata kertas daur ulang menghemat sumber daya alam, menghemat energi, mengurangi emisi gas rumah kaca , dan membuat ruang TPA gratis untuk jenis lain dari sampah yang tidak dapat didaur ulang. Daur ulang satu ton kertas dapat menghemat 17 pohon, 7.000 galon air, 380 galon minyak, 3,3 meter kubik ruang TPA dan 4.000 kilowatt energi yang cukup untuk kekuatan rumah rata-rata US selama enam bulan-dan mengurangi emisi gas rumah kaca oleh satu metrik ton ekuivalen karbon (MTCE). Daur ulang Kertas tidak memiliki batas. Setiap kali kertas daur ulang, serat menjadi lebih pendek, lebih lemah dan lebih rapuh. Secara umum, kertas dapat didaur ulang sampai tujuh kali sebelum harus dibuang. Dilain pihak, dengan sedikit sentuhan kreativitas anda dapat mengubah tumpukan kertas bekas tersebut menjadi sesuatu yang mempunyai nilai ekonomi. Anda dapat mencobanya sekaligus melakukan banyak penghematan untuk lingkungan. Kertas daur ulang adalah proses untuk mengubah limbah kertas menjadi produk kertas baru. Ada tiga kategori kertas yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kertas daur ulang: pabrik, limbah, dan sampah masyarakat. Mill pecah adalah kertas hiasan dan skrap kertas lainnya dari pembuatan kertas, dan. didaur ulang secara internal dalam pabrik kertas. Pra-konsumen limbah adalah bahan yang meninggalkan pabrik kertas tetapi dibuang sebelum siap untuk digunakan konsumen. Pasca-konsumen limbah adalah bahan dibuang setelah digunakan konsumen, seperti kontainer bergelombang tua (OCC), majalah lama, koran bekas (ONP), kertas kantor, direktori telepon tua, dan kertas campuran perumahan (RMP). Paper cocok untuk daur ulang disebut "memo kertas", sering digunakan untuk memproduksi kemasan pulp dibentuk. Proses industri menghilangkan tinta cetak dari paperfibers dari kertas daur ulang untuk membuat bubur deinked disebut deinking, penemuan ahli hukum Justus Jerman Claproth. Proses daur ulang kertas kertas yang digunakan melibatkan pencampuran dengan air dan bahan kimia untuk memecahnya. Hal ini kemudian dipotong dan dipanaskan, yang mengelompokkannya lebih jauh ke dalam helai selulosa, jenis bahan tanaman organik, campuran yang dihasilkan disebut pulp, atau bubur. Hal ini tegang melalui layar, yang menghapus lem atau plastik yang mungkin masih dalam campuran kemudian dibersihkan, de-bertinta, dikelantang, dan dicampur dengan air. Maka dapat dibuat menjadi kertas baru. Serat yang sama dapat didaur ulang sekitar tujuh kali, tetapi mereka mendapatkan lebih pendek setiap waktu dan akhirnya yang tegang keluar. Dasar Pemikiran untuk daur ulang adalah pembuatan kertas industri memiliki efek pada lingkungan baik hulu (di mana bahan baku yang diperoleh dan diproses) dan hilir (pembuangan limbah dampak). Hari ini, 90% dari pulp kertas dibuat dari kayu. Rekening produksi kertas sekitar 35% dari pohon yang ditebang, dan merupakan 1,2% dari total output ekonomi dunia. Daur ulang satu ton kertas menghemat sekitar 1 ton kayu sementara daur ulang 1 ton kertas cetak atau fotokopi menghemat sedikit lebih dari 2 ton kayu. Hal ini karena kraft pulping membutuhkan kayu dua kali lebih banyak karena menghilangkan lignin untuk menghasilkan serat berkualitas tinggi dari proses pulping mekanis. Berkaitan ton kertas daur ulang dengan jumlah pohon tidak dipotong tidak berarti, karena ukuran pohon sangat bervariasi dan merupakan faktor utama dalam berapa banyak kertas dapat dibuat dari berapa banyak pohon. Trees mengangkat khusus untuk akun produksi pulp untuk 16% dari produksi dunia pulp, hutan pertumbuhan tua 9% dan kedua-dan ketiga-dan lebih generasi hutan account untuk keseimbangan. pabrik pulp Kebanyakan operator praktek reboisasi untuk menjamin pasokan berkelanjutan pohon. Program untuk Persetujuan Sertifikasi Hutan (PEFC) dan Forest Stewardship Council (FSC) menyatakan kertas yang dibuat dari pohon yang ditebang sesuai dengan pedoman dimaksudkan untuk menjamin praktek-praktek kehutanan yang baik. Telah diperkirakan bahwa daur ulang setengah kertas dunia akan menghindari panen dari 20 juta hektar (81.000 km ²) dari hutan. Konsumsi energi berkurang oleh daur ulang, meskipun ada perdebatan mengenai penghematan energi yang sebenarnya menyadari. Administrasi Informasi Energi mengklaim pengurangan 40% energi saat kertas daur ulang terhadap kertas yang dibuat dengan pulp unrecycled, sementara Biro Internasional Daur Ulang (BIR) mengklaim penurunan 64%. Beberapa perhitungan menunjukkan bahwa daur ulang satu ton koran menghemat sekitar 4.000 kWh (14 GJ) listrik, meskipun hal ini mungkin terlalu tinggi. Ini adalah listrik yang cukup untuk sebuah rumah 3 kamar tidur Eropa selama satu tahun penuh, atau energi yang cukup untuk panas dan udara-kondisi rumah Utara Amerika rata-rata selama hampir enam bulan. Daur Ulang kertas untuk membuat bubur. Sebenarnya mengkonsumsi bahan bakar fosil lebih dari membuat pulp baru melalui proses kraft, pabrik ini menghasilkan semua energi mereka dari pembakaran limbah kayu (kulit kayu, akar) dan produk sampingan lignin pabrik Pulp memproduksi pulp mekanik baru menggunakan sejumlah besar energi, perkiraan yang sangat kasar dari listrik energi yang dibutuhkan adalah 10 gigajoule per ton pulp (2500 kW • h per ton pendek). Daur ulang pabrik membeli sebagian besar energi mereka dari perusahaan listrik lokal, dan karena pabrik daur ulang cenderung berada di daerah perkotaan, ada kemungkinan bahwa. tersebut listrik yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Sekitar 35% dari limbah padat perkotaan (sebelum daur ulang) berat adalah kertas dan produk kertas. Air dan polusi udara The United States Environmental Protection Agency (EPA) telah menemukan bahwa daur ulang menyebabkan pencemaran air 35% lebih sedikit dan 74% lebih sedikit polusi udara daripada membuat kertas perawan. Pabrik Pulp dapat menjadi sumber baik polusi udara dan air, terutama jika mereka memproduksi dikelantang pulp. Pabrik modern menghasilkan polusi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan beberapa dekade yang lalu. Kertas daur ulang mengurangi permintaan untuk virgin pulp dan dengan demikian mengurangi jumlah keseluruhan polusi udara dan air yang terkait dengan pembuatan kertas. Pulp daur ulang dapat diputihkan dengan bahan kimia yang sama digunakan untuk virgin pulp pemutih, tetapi hidrogen peroksida dan natrium hidrosulfit adalah agen pemutih yang paling umum. Pulp daur ulang, atau kertas yang terbuat dari itu, dikenal sebagai PCF (proses klorin bebas) jika tidak ada klor-mengandung senyawa yang digunakan dalam proses daur ulang. Pada pertengahan abad ke-19, ada peningkatan permintaan untuk buku dan materi penulisan. Sampai saat itu, pabrik kertas telah menggunakan kain linen dibuang untuk kertas, tapi pasokan tidak bisa bersaing dengan meningkatnya permintaan. Buku yang dibeli di lelang untuk tujuan daur ulang konten serat ke dalam kertas baru, setidaknya di Inggris, pada awal abad ke-19. Secara internasional, sekitar setengah dari semua kertas pulih berasal dari kerugian konversi (pre-consumer daur ulang), seperti serutan dan majalah yang tidak terjual, sekitar sepertiga berasal dari limbah rumah tangga atau pasca-konsumen. Beberapa statistik pada konsumsi kertas: • Rata-rata per kapita di seluruh dunia menggunakan kertas adalah 110 pound (50 kg). • Diperkirakan bahwa 95% dari informasi bisnis masih disimpan di atas kertas. [Sumber: Institut Internasional untuk Lingkungan dan Pembangunan (IIED) Kertas Diskusi (IIED, London, September 1996) • Daur ulang 1 ton pendek (0,91 t) kertas menghemat 17 pohon dewasa, 7 ribu US galon (26 m3) air, 3 meter kubik (m3 2.3) dari ruang TPA, 2 barel minyak (84 US gal atau 320 l) , dan 4.100 kilowatt-jam (15 GJ) listrik -. energi yang cukup untuk listrik rumah Amerika rata-rata selama enam bulan • Meskipun kertas tradisional diidentifikasi dengan membaca dan menulis, komunikasi kini telah digantikan oleh kemasan sebagai kategori tunggal terbesar dari penggunaan kertas di 41% dari semua kertas yang digunakan. • 115 miliar lembar kertas yang digunakan setiap tahun untuk komputer pribadi. Pengguna web rata-rata mencetak 28 halaman setiap hari. Kertas pemulihan di Eropa memiliki sejarah panjang dan telah berkembang menjadi sebuah organisasi yang matang. Para papermakers Eropa dan konverter bekerja sama untuk memenuhi persyaratan dari Komisi Eropa dan pemerintah nasional. Tujuan mereka adalah pengurangan dampak lingkungan dari limbah selama manufaktur, mengubah / mencetak, mengumpulkan, memilah, dan daur ulang proses daur ulang untuk memastikan optimal dan berwawasan lingkungan dari produk kertas dan karton digunakan. Pada 2004, tingkat daur ulang kertas di Eropa adalah 54,6% atau 45,5 juta ton singkat (41,3 Mt). [29] Tingkat daur ulang di Eropa mencapai 64,5% pada tahun 2007, yang menegaskan bahwa industri ini di jalan untuk memenuhi target sukarela dari 66% pada tahun 2010 [30]. Jepang Sejarah daur ulang kertas memiliki beberapa tanggal penting: • 1690: Pabrik kertas pertama untuk menggunakan kain daur ulang didirikan oleh keluarga Rittenhouse • 1896: The pusat daur ulang besar pertama dimulai oleh keluarga Benedetto di New York City, di mana mereka mengumpulkan kain, surat kabar, dan sampah dengan kereta dorong a. • 1993: Tahun pertama ketika kertas lebih adalah daur ulang dari yang dimakamkan di tempat pembuangan sampah. Contoh Kasus : Produk Kertas masih merupakan komponen terbesar dari sampah kota, yang membentuk lebih dari 40% dari komposisi landfill. Pada tahun 2006, rekor 53,4% dari kertas yang digunakan di Amerika Serikat (atau 53,5 juta ton) itu pulih untuk didaur ulang. Ini naik dari tingkat pemulihan 1990 dari 33,5% . Industri kertas AS telah menetapkan Tujuannya untuk memulihkan 55 persen dari semua kertas yang digunakan di Amerika Serikat pada tahun 2012. Kertas pemulihan kemasan, khusus untuk produk kertas yang digunakan oleh industri kemasan, bertanggung jawab untuk sekitar 77% dari bahan kemasan daur ulang dengan lebih dari £ 24.000.000 pulih pada tahun 2005. [37] Pada 1998, sekitar 9.000 program tepi jalan dan 12.000 didaur ulang drop-off pusat telah bermunculan di seluruh Amerika Serikat untuk mendaur ulang koleksi. Pada 1999, 480 bahan fasilitas pemulihan telah didirikan untuk memproses bahan yang telah terkumpul. Pada tahun 2008, krisis keuangan global mengakibatkan harga koran bekas untuk menjatuhkan di AS dari $ 130 sampai $ 40 per ton singkat ($ 140 / t ke $ 45 / t) pada bulan Oktober. Di Meksiko, kertas daur ulang, daripada pulp kayu, adalah bahan baku utama dalam akuntansi papermills sekitar 75% dari bahan baku. 2.4 Efek Produksi plastik juga membutuhkan minyak bumi, setiap tahunnya sekitar 2 juta liter minyak bumi. Lagi pula, ketika tambang minyak bumi diambil, harus membuka lahan di hutan kan ? belum lagi gas rumah kaca yang dihasilkan saat proses pembuatan plastik. Sumber pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya juga merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida nitrogen dan oksida belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air hujan dan turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga, menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah. Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya, tercemari zat radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah tangga, limbah rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah pertanian, dan juga, limbah deterjen, akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah daerah tempat air permukaan ataupun tanah daerah yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar tersebut. Dari pembahasan tersebut di atas, maka sumber bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi sumber pencemar yang berasal dari: a.Sampah rumah tangga, sampah pasar dan sampah rumah sakit. b.Gunung berapi yang meletus/kendaraan bermotor. c.Limbah industri. d.Limbah reaktor atom/PLTN. 1) Komponen Bahan Pencemar Tanah Komponen-komponen bahan pencemar yang diperoleh dari sumber-sumber bahan pencemar tersebut di atas antara lain berupa: a) Senyawa organik yang dapat membusuk karena diuraikan oleh mikroorganisme, seperti sisa-sisa makanan, daun, tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati. b) Senyawa organik dan senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan/ diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. c) Pencemar Udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida nitrogen (NO dan NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida karbon (CO dan CO2), menghasilkan hujan asam yang akan menyebabkan tanah bersifat asam dan merusak kesuburan tanah/ tanaman. d) Pencemar berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari limbah?industri seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah. e) Zat radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom atau dari percobaan lain yang menggunakan atau menghasikan zat radioaktif. 2) Cara pencegahan Dan Penanggulangan Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam arti biasanya kedua tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah tindakan. Namun demikian pada dasarnya kita semua sependapat bahwa tindakan pencegahan lebih baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum pencemaran terjadi, apabila pencemaran sudah terjadi baik secara alami maupun akibat aktivisas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baru kita lakukan tindakan penanggulangan. Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain: a. Penghancuran sampah di udara terbuka. b. Pemanasan tanpa udara (pirolasi). c. Penimbunan ke dalam tanah sehingga menjadi kompos. Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan penanggulangan terhadap pencemara tersebut. Tindakan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar tanah atau mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah. Langkah tindakan penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara: 1) Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi barang & barang lain yang bermanfaat, misal dijadikan mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu, kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur ulang menjadi ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah. 2). Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu bata, berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur secara berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai air bersih. 3). Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH asam berkurang. Dengan melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran lingkungan hidup (pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah) berarti kita melakukan pengawasan, pengendalian, pemulihan, pelestarian dan pengembangan terhadap pemanfaatan lingkungan) udara, air dan tanah) yang telah disediakan dan diatur oleh Allah sang pencipta, dengan demikian berarti kita mensyukuri anugerah-Nya. Mendaur-ulang kertas merupakan cara terbaik untuk menghemat energi, dan mengurangi sebagian beban pada lokasi pembuangan sampah, serta mengurangi dampak negatif lingkungan sekitarnya. Sebuah studi di sekitar tahun 2003 hingga 2004 menunjukkan bahwa hampir sepertiga limbah rumah tangga yang dikumpulkan untuk didaur-ulang di Inggris terdiri dari produk kertas dan karton. Pada saat yang sama, diperkirakan sekitar 1,3 juta ton sampah kertas mampu dikumpulkan. Angka ini mungkin terdengar signifikan, namun hanya menyumbang sebagian kecil dari jumlah keseluruhan sampah kertas. Diperkirakan bahwa sejumlah besar produk kertas dan karton berakhir di tempat pembuangan sampah pada periode ini. Banyak orang percaya bahwa mendaur-ulang kertas akan menghemat banyaknya pohon yang ditebang, namun, hal ini merupakan kesalahpahaman yang umum. Penjelasannya terletak pada pabrik kertas, yang menanam bahan baku pohon sendiri dengan sistem rotasi. Metode ini berupa menanam pohon baru sebagai pengganti pohon-pohon tua yang ditebang untuk membuat produk kertas. Mendaur-ulang kertas dapat menghemat banyak energi yang harus digunakan untuk membuat produk kertas atau kardus baru. Jika kita mendaur-ulang kertas, hal ini berarti kita mengurangi jumlah energi yang diperlukan untuk menebang, mengangkut, dan memproses pohon menjadi produk jadi. Diperkirakan untuk membuat 1 ton kertas dibutuhkan lebih dari 15 batang pohon dan sekitar 7.000 galon air. Juga telah diperkirakan bahwa produksi kertas memerlukan lebih banyak energi per ton daripada proses manufaktur kaca, dan bahkan manufaktur baja. Daur ulang produk kertas dan karton dapat menghemat sekitar 30 - 70% energi yang diperlukan untuk memproduksi kertas dari bahan-bakunya. Ketika produk kertas dikirim ke tempat pembuangan sampah, metana dilepaskan saat kertas membusuk. Gas metana berbahaya bagi lingkungan, dan banyak ilmuwan yang percaya bahwa meningkatnya jumlah metana dan karbon dioksida di udara adalah dua faktor utama penyebab perubahan iklim. Ada banyak alasan mengapa kita harus mendaur-ulang suatu produk, dan informasi di atas menggambarkan betapa banyak dampak positif daur ulang kertas bagi lingkungan kita. Apakah anda tahu? Mendaur-ulang 1 ton kertas dapat menghemat: • 17 Batang Pohon • 380 galon BBM • 3 yard kubik lahan TPA • 4000 Kw energi • 7000 galon air III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Mendaur-ulang kertas dapat menghemat banyak energi yang harus digunakan untuk membuat produk kertas atau kardus baru. Jika kita mendaur-ulang kertas, hal ini berarti kita mengurangi jumlah energi yang diperlukan untuk menebang, mengangkut, dan memproses pohon menjadi produk jadi. Diperkirakan untuk membuat 1 ton kertas dibutuhkan lebih dari 15 batang pohon dan sekitar 7.000 galon air. Juga telah diperkirakan bahwa produksi kertas memerlukan lebih banyak energi per ton daripada proses manufaktur kaca, dan bahkan manufaktur baja. Daur ulang produk kertas dan karton dapat menghemat sekitar 30 - 70% energi yang diperlukan untuk memproduksi kertas dari bahan-bakunya. Ketika produk kertas dikirim ke tempat pembuangan sampah, metana dilepaskan saat kertas membusuk. Gas metana berbahaya bagi lingkungan, dan banyak ilmuwan yang percaya bahwa meningkatnya jumlah metana dan karbon dioksida di udara adalah dua faktor utama penyebab perubahan iklim. 3.2 Saran Sebaiknya kita sebagai mahasiswa kehutanan lebih memperhatikan kelestarian hutan dengan cara memanfaatkan kembali kertas yang masi bisa digunakan dengan sebaik mungkin agar dapat menghemat 17 batang pohon.

Selasa, 04 Desember 2012

Makalah Silvikultur-Tebang rumpang-

I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen penting dalam menjaga kestabilan ekosistem di bumi adalah hutan. Hutan merupakan hamparan vegetasi raksasa yang berperan sebagai paru-paru (Soemarwoto 1991) karena mengeluarkan Oksigen (O2), menyerap Karbondioksida (CO2) sekaligus menimbun karbon (C) dalam bentuk bahan organik (Carbon pool). Penelitian terkini juga menyebutkan bahwa hutan dapat berperan sebagai jantung bumi yang dapat memompa udara yang mengandung uap air dari lautan ke daratan. Silvikultur adalah seni dan ilmu membangun dan memelihara hutan dengan menerapkan ilmu silvika untuk memperoleh manfaat optimal. Menurut PP Nomor 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, sistem silvikultur adalah sistem budidaya hutan mulai dari memilih benih atau bibit, menyemai, menanam, memelihara tanaman dan memanen. Didalam sistem silvikultur terdapat pengaturan mengenai kelas diameter atau kelas umur, riap, kegiatan penanaman/ pengayaan (enrichment planting), pemangkasan (pruning), penjarangan (thinning), siklus tebang, rotasi tebang serta informasi silvikultur jenis (Pasaribu 2008). Menurut Ditjen PH (1993) sistem silvikultur adalah rangkaian kegiatan berencana mengenani pengelolan hutan yang meliputi penebangan, peremajaan, pemeliharaan tegakan hutan untuk menjamin kelestarian produksi kayu atau hasil hutan lainnya. Sedangkan menurut Mattews (1992) dalam Mansur (2008) sistem silvikultur merupakan proses pemeliharaan, pemanenan dan penggantian dengan tanaman baru sehingga menghasilkan tegakan dengan bentuk yang berbeda. Pada hutan alam produksi sistem silvikultur dimulai dari kegiatan pemanenan sedangkan pada hutan tanaman dimulai dari kegiatan pembibitan dan perawatan tanaman. Dengan demikian definisi sistem silvikultur dapat berbeda-beda, namun semuanya mengandung tiga komponen utama, yaitu permudaan (regeneration), pemeliharaan (tending) dan pemanenan (harvesting/removing) (Mansur 2008). Sistem silvikultur yang diterapkan dalam unit manajemen dapat dibedakan berdasarkan umur tegakan maupun sistem penebangan. Berdasarkan umur tegakan terdiri dari sistem silvikultur untuk tegakan seumur (even-aged stands) seperti THPA dan THPB, sistem silvikultur untuk tegakan beberapa umur (uneven-aged stands) dan tegakan semua umur (all-aged stands) seperti tebang pilih individu (TPI, TPTI, Bina Pilih), kelompok melingkar (tebang rumpang) dan kelompok dalam jalur (TPTJ dan TPTII). Berdasarkan sistem penebangan pohon terdiri dari sistem silvikultur tebang pilih (selective cutting) dan sistem tebang habis (clear cutting). Untuk dapat diketahui suatu metode pemanenan kayu cocok untuk diterapkan atau yang harus dilakukan klasifikasi kemiringan lahan dari deliniasi areal yang di lindungi. Adapun tujuan dari peta klasifikasi kemiringan lahan ini dimaksudkan untuk memilah – milah areal utan yang aman untuk dipanen dalam satuan – satuan yang telah kecil yang dicirikan oleh metode pemanenan dan sisitem silvikultur yang dianut dan dilaksanakan. Sementara untuk daerah – daerah yang rawan atau tidak aman dilakukan, pemanenan dijadikan sebagai areal induk. Kegiatan pemanenan kayu menyebabkan meningkatnya keterbukaan lahan. Besarnya keterbukaan lahan akibat kegiatan ini antara lain dipengaruhi oleh sistem pemanenan, intensitas pemanenan, perencanaan petak tebang, perencanaan penyaradan dan kemiringan lapangan. Sistem pemanenan yang dilakukan berpengaruh terhadap besarnya keterbukaan lahan dan gangguan yang berada pada tanah (Purwodido, 1999). Unit pengelolaan pemanenan kayu perlu dibagi dalam blok kerja tahunan sesuai dengan daur tebangan. Blok kemudian dibagi ke dalam petak pemanenan. Tipe tapak atau kondisi silvikultur yang ada di tiap petak di deliniasi dan di taksir luasnya masing – masing. Unit pengelolaan harus mempunyai unit administrasi berupa petak permanen. Hutan produksi dan kebun kayu yang tidak mempunyai petak permanen bisa dikelola. Sama halnya tidak mungkin mengelola penduduk di sebuah kelurahahn yang tidak mempunyai RT atau RW. Pemonitoran luas hutan dan keadaan tegakan, pengaturan tat tempat kegiatan dan sistem informasi tidak akan dapat dilakukan bila hutan tidak dilengkapi dengan petak permanen. Blok kerja tahunan dibagi dalam petak permenen dengan luas 100 – 1000 ha. Dengan menggunakan sungai, trase jalan. Jalan dan punggung lahan sebagai pembatas. Pembutan petak tat hutan permanen paling lambat dilakukan setelah trase jalan diketahui. Karena jalan akan digunakan sebagai batas petak dan petak harus di petakan dan tidak boleh hanya di sketsa (Sagala, 1994). 1.2 Rumusan Masalah a. Apa yang dimaksud dengan tebang rumpang? b. Bagaimana teknik pengelolaan tebang rumpang? c. Bagaimana sistem tebang rumpang? 1.3 Tujuan Penulisan Makalah ini dibuat dengan tujuan agar para pembaca mengetahui tentang pengertian tebang rumpang, mengetahui bagaimana teknik pengelolaan tebang rumpang, dan bagaimana sistem tebang rumpang, sehingga sebagai seorang rimbawan kita dapat mengaplikasikan sistem silvikultur tersebut dalam proses pengelolaan hutan. II. Pembahasan 2.1 Tebang Rumpang Rumpang adalah bentuk ruang terbuka hasil dari penebangan kelompok vegetasi berbentuk melingkar dengan ukuran 1 – 2 kali tinggi pohon tepinya. Pemanenan tebang rumpang adalah tebangan berdasarkan kelompok pohon di dalam bentuk rumpang. Perapihan rumpang adalah kegiatan membuat rumpang setelah penebangan pohon-pohon besar dengan menebang semua vegetasi di dalamnya kecuali permudaan. Hutan tidak homogen, berbeda dari tempat ke tempat. Misalnya pohon Meranti masak tebang (gsd> 50 cm) relatif banyak, berkelompok dibagian punggung, namun ada yang soliter. Pohon besar cukup banyak yang berlubang, diduga karena terlalu tua. Peremajaan tingkat tiang dan pancang sangat jarang karena mati di bawah naungan tajuk.namun semai berlimpah menngerombol di sekitar induknya. Semai itu dorman, tidak berkembang. Bila tajuk hutan terbuka dan terbentuk rumpang, maka sinar akan masuk ke lantai hutan dan semai dorman tadi bergerak tumbuh bagai meloncat. Oleh karena itu, meranti disebut jenis “gap ooportunist” atau jenis rumpang. Pohon lain berkualitas tinggi yang sering ada disisi meranti adalah ulin, keruing, nyatoh, anggih, dan simpur. Petak digunakan untuk memonitor luas lahan dan kondisi vegetasi. Pada tebang rumpang ini tidak diperlukan inventarisasi pohon sebelum dan sesudah penebangan, tidak dilakukan penanaman perkayaan, tidak penunjukan pohon inti, tidak ada penanaman tanah kosong dan tidak ada petak ukur permanenan (PUP). Biaya pembinaan areal tegakan tebangan tebang rumpang amat kecil. 2.2 Teknik Pengelolaan 2.2.1 Membuat unit tegakan rumpang a. Material tegakan Material tegakan adalah berbagai semai yang telah ada di lantai hutan. Karena jenis yang digunakan beragam, maka terbentuk sosok tegakan berlapis yaitu : berbagai komposisi jenis, berbagai struktur batang dan berbagai lapisan tajuk seperti hutan primer. Daur diperkirakan 70 tahun dan riap sekitar 10 m3. b. Desain jalan sarad Rumpang diletakkan sistematik pada jalan sarad. Pada satu jalan sarad terdapat dua umur rumpung berbeda umur 35 tahun. Di dalam satu unit jalan sarad terdapat sebanyak 30-60 rumpang total luas 5-15 ha. Rumpang ini mudah dilacak karena berada dijalan sarad. Jalan sarad ini bermuara di TPK, dan TPK berada di tepi jalan. Unit jalan sarad diberi nomor. c. Rumus pembuatan unit tegakan Tegakan dinilai jadi pada umur 15 tahun. Saat itu material tegakan sudah mencapai tingkat tiang. Rumus pembuatannya sebagai berikut : Tahun Nama Kegiatan Uraian Pekerjaan T-3 Pembuatan jalan Jalan dibuat menelusuri dan menyabuk bukit dengan intensitas 20-30 m/ha T-1 Pembuatan TPK Setahun sebelum pembalakan, TPK ditetapkan. TPK tentu sepanjang jalan logging , biasanya pada jarak ½ sampai 1 km dan luas 3000 m2. T-1 Penetapan jaringan jalan sarad Jaringan jalan sarad dibuat berbentuk tanduk rusa, tidak boleh simpangsiur dan tidak boleh bercabang banyak seperti percabangan pohon untuk memperkecil jumlah pohon cacat T-1 Plotting calon rumpang Calon rumpang diletakkan sistematik pada jalan sarad. Lebar calon rumpang 1,0-1,5 kali tinggi pohon tepi. Luas antara 100 – 2000 m2. Jarak calon rumpang minimal 100 m, sehingga rumpang dan tegakan tinggal, berselang. Luas rumpang sekitar 25% dari luas petak, sisanya adalah tegakan tinggal (25%) dan kantong pelestarian (50%). Pada satu unit jalan sarad terdapat 30-60 rumpang dengan total luas 5-10 ha. Pada 1 TPK terdapat 1-3 anak petak atau unit jalan sarad. T+0 Pembalakan Semua pohon dalam calon rumpang dipanen. Volume tebangan 50-100 m3 per rumpang atau 600 m3 / ha, pohon diameter < 20 cm. T+3 Pembebasan tajuk Dari permudaan yang berkembang didalam rumpang dipilih pohon calon pengisi lapisan kanopi atas (PCA) dan dibebaskan tajuknya dengan jarak 5-7 m. PCA diberi tanda cat. Pada tegakan utuh sama sekali tidak ada perlakuan. Pembebasan menggunakan metode tebasan. T+5,8,15 Pembebasan tajuk Pembebasan tajuk dengan meneres pohon yang menaungi atau menghimpit tajuk PCA dengan menggunakan cangkul pohon. Cara ini diulangi pada tahun ke 8 dan ke 15. Dengan menggunakan cangkul seseorang mengerjakan 5 rumpang per hari. Kegitan T+3 sampai T+15 ini disebut pembinaan rumpang tebangan. Tiap rumpang ada 6-10 PCA. d. Riap tegakan rumpang Pada umur 70 tahun, diameter kanopi atas diperkirakan mencapai 115 cm dengan volume 13 m3. Didalam 1 ha rumpang ada 30 bt dengan volume sekitar 400 m3. Volume ini masih ditambah dengan pohon bonus seperti ulin dari lapisan tengah dan bawah sebanyak 200 m3/ha. Dengan demikian perolehan kayu sekit5ar 600 m3/ha. Riap unit tegakan rumpang 10 m3/ha/th. Pohon ini adalah kayu kualitas tinggi yang diproduksi dengan tetap menjaga kelestarian hutan. e. Menimgkatkan mutu genetik pohon Mutu genetik pohon pengisi lapisan kanopi atas (PCA) ditingkatkan dengan memilih material terbaik setempat yang ada di rumpang. Material tegakan untuk rotasi berikutnya adalah anak pohon ini f. Meningkatkan riap unit tegakan Untuk memacu riap tegakan rumpang dilakukan dengan pembebasan tajuk pohon calon kanopi atas. 2.2.2 Membuat unit pengelolaan tertata penuh a. Pembuatan blok kerja tahunan Unit pengelolaan hutan produksi (HPH) dibagi kedalam 35 blok kerja tahunan seperti ditetapkan pada pedoman TPTI. Pada setiap blok kerja tahunan dicetak dua unit umur tegakan. Dengan demikian didalam unit pengelolaan hutan produksi tercetak 70 unit tegakan. b. Pembuatan petak permanen Blok kerja dibagi kedala petak permanen. Areal petak terbagi sebagai berikut : R1 = rumpang tebangan tahun ini R36 = tegakan tinggal, calon rumpang tebangan 35 tahun mendatang, luas 25 % dari luas petak. KP = kantong pelestarian, tidak boleh diganggu, luasnya 50% dari peta, terdiri atas bagian lereng, bahu sungai, lembah becek, dan tegakan yang dapat dibalak antara R1 dan R36 c. Melestarikan ekosistem hutan Dalam melestarikan ekosistem hutan, diterapkan perlakuan sebagai berikut. Pertama, meninggalkan kantong pelestarian seluas 50%. Kedua, menggunakan tebang rumpang, bukan tebang pilih jenis atau limit diameter. Ketiga, menggunakan rotasi panjang 70 tahun. Keempat, tidak melakukan penebasan tumbuhan bawah (refining) dan tanaman perkayaan. Kelima, menggunakan material tegakan setempat. Keenam, dua kuvio bertetangga berbeda umur sangat nyata 35 tahun. Ketujuh, hutan produksi berdempet dengan hutan konservasi, sehingga hutan konservasi tidak merupakan satu habitat pulau. d. melestarikan produksi kayu untuk melestarikan produksi kayu, di areal unit pelestarian dicetak 70 unit tegakan yang hampir sama luasnya dan setiap tahun ditebang satu unit. Dengan demikian, jatah tebangan tahunan berdasarkan areal. e. Melestarikan luas hutan untuk melestarikan luas hutan ditempuh dua hal. Pertama, membuat batas luas dan dikukuhkan. Kedua, tidak dikonversikan kebun kayu, tanaman perkebunan, dll. Ini tugas dinas kehutanan. f. Menyediakan lapangan kerja bagi penduduk setempat pekerjaan pembinaan rumpang diserahkan kepada penduduk setempat. Pekerjaan ini sangat tepat bagi pemegang parang tajam dan mereka yang sudah terbiasa bekerja ditempat panas serta sudah mengenal jenis pohon dihutan. Pekerjaan disatuak dengan kegiatan pengendalian perladangan dan pemukiman penduduk. g. Menyediakan kayu bagi penggergajian lokal hasil tebang rumpang berkisar antara 400-600 m3/ha rumpang. Sekitar 20-30 % dari kayu ini adalah batang berdiameter 20-40 cm yang bisa dijual kepada penggergajian lokal. Semua kayu hasil tebang rumpang dibawah ke tempat pelelangan. Ditempat pelelangan, pemilik penggeregajian lokal,industri pembakaran bata merah, industri arang, pengusaha kayu bakar, dan pengeregajian alat pertanian, bisa membeli kayu yang dikehendakinya. h. Produksi tahunan Misalnya ada areal HPH dengan luas 350.000 ha dengan luas areal berhutan 340.000 ha. Bagilah areal HPH kedalam 35 blok kerja tahunan dengan luas masing-masing (340.000/35 = 9.714 ha). Didalam tiap blok dicetak dua unit tegakan rumpang berbeda umur 35 th dengan luas masing-masing 2.428 ha. Sisanya seluas 4.857 ha (50%) tidak dibalak untung kantong pelestarian. Produk kayu tahunan yang berdiameter >20 cm mencapai 2.428 x 500 m3/ha = 1.200.000 m3/th (tegakan hutan primer). Jumlah rumpang akan dibuat 2.428/5 = 12.000 unit. Didalam satu unit jalan sarad terdapat rata-rata 50 rumpang. Jadi jumlah unit jalan sarad 12.000/50 = 240 unit. Didalam 1 km jalan logging terdapat rata-rata 3 unit jalan sarad, sebab ada TPK yang mempunyai 2-3 unit jalan sarad. Jadi, panjang jalan sarad yang akan dibangun pertahun 240/3 = 80 km atau intensitas jalan 30 m/ha. i. Awas tebang ulang Penebangan disuatu petak yang tenggang waktunya dengan penebangan pertama kurang dari 35 tahun disebut tebang ulang. Hutan akan nampak buruk kalau tidak lagi berisi pohon besar. Kalau hutan nampak buruk, cukuplah alasan orang untuk mengkonversikan hutan tersebut menjadi lahan HTI, proyek transmigrasi, perkebunan, dll. Hal yang sangat ditakutkan adalah karena menurut peraturan pohon lebih dari 50 cm boleh ditebang, dan dipetak tebangan masih ada pohon masak tebang, orang lalu masuk lagi melakukan tebang ulang. Akibat tebang ulang, hutan menjadi terlalu terbuka populasi jenis pionir, semak dan alang-alang melonjak, muatan bahan bakar sangat tinggi dan hutan terbakar habis dimusim kemarau panjang. 2.3 Sistem Tebang Rumpang 1. Aspek ekologis Pembagian areal kerja sesuai dengan daur yang ditentukan dengan mempertimbangkan luasan dan kawasan lindung. Penentuan kawasan lindung yang meliputi ; PUP, plasma nutfah, tegakan benih, sempadan sungai dan kawasan konservasi dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan kondisi serta karakteristik lingkungan, edafis maupun tegakan pada lokasi setempat. Adapun pembagian luasan dalam blok adalah 40 – 60 % merupakan kawasan produksi (terdiri dari 40-50 % tegakan rumpang dan 40 – 50 % tegakan utuh) dan 20 – 50 % kawasan lindung (terdiri dari 10-20 % daerah lembah/sungai dan rawang, 20-30 % daerah berlereng curam > 40 %). Dengan adanya kawasan lindung ini diharapkan kualitas hutan tetap terjaga dan dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Pembagian blok tebangan berdasarkan batas alam sehingga kondisi ekologi pada suatu blok diharapkan sama. Pembuatan trace jalan utama dan cabang direncanakan dengan seksama dan dengan memperhitungkan potensi yang ada. Trace jalan yang dibuat dapat berfungsi juga sebagai batas blok tebangan. Intensitas jalan diperhitungkan 20 – 30 m/ha dan lokasi TPn berada di sepanjang jalan logging dengan jarak 0,5 – 2 km serta pembuatan jalan sarad yang berbentuk tanduk rusa dengan jarak 10 – 700 m sehingga kerusakan pada lantai hutan yang dapat menyebabkan erosi atau pemadatan pada tanah akibat kegiatan pembukaan jalan dan TPn dapat dikurangi. Erosi yang hebat akan menyebabkan terlarutnya unsur hara pada tanah dan pemadatan tanah akan menyulitkan sistem perakaran pada semai sehingga pada akhirnya akan mengurangi produktifitas hutan. Pelaksanaan tebang rumpang dilakukan pada anak petak tebangan dengan diameter 1 – 1,5 tinggi pohon dengan jarak ploting rumpang + 100 m dan jumlah pohon yang ditebang 3 – 8 pohon dan atau seluruh pohon dengan diameter 20 cm up. Penebangan dengan sistem rumpang diharapkan akan memberi ruang tumbuh dan sinar matahari sehingga dapat memicu pertumbuhan semai dorman yang banyak terdapat pada lapisan bawah (stratum D). Secara alami rumpang akan terbentuk akibat pohon tua yang rebah. Adopsi rumpang menjadi suatu sistem penebangan diharapkan agar kondisi ekologi tidak berubah secara drastis pada seluruh areal penebangan dan ekosistem hutan tetap terjaga. Siklus pada lokasi rumpang adalah 70 tahun, sementara siklus pada tegakan utuh pada anak petak yang sama adalah 35 tahun. Siklus ini akan memberikan kesempatan tumbuh pada tegakan sisa sesuai dengan riapnya. 2. Aspek ekonomis Penebangan dengan sistem tebang rumpang dilaksanakan pada lokasi ploting rumpang yang telah ditentukan dalam kawasan produksi pada anak petak. Luas ploting rumpang adalah 40-50 % dari kawasan produksi sebesar 40- 60 % pada blok tebangan, sehingga luas total rumpang dalam blok tebangan adalah 16 – 30 % dari luas total blok tebangan. Meskipun penebangan dilakukan terhadap seluruh vegetasi dengan diameter 20 cm up pada lokasi rumpang yang telah ditentukan dengan diameter 1 – 1,5 tinggi pohon namun secara ekonomis masih terasa kurang menguntungkan. Sebagai ilustrasi, hutan dengan potensi sebesar 50 m3/ha, pada blok tebangan seluas 100 ha, maka total potensinya adalah 5000 m3, namun yang dapat dipanen hanya sebesar 800 – 1500 m3. 3. Aspek teknis Sistem tebang rumpang menuntut suatu perencanaan teknis yang cermat dengan mempertimbangkan berbagai aspek ekologi dan karakteristik hutan setempat. Dalam pelaksanaan teknis di lapangan, operator diharapkan mengikuti perencanaan yang telah ditentukan. Peralatan eksploitasi yang digunakan hendaknya yang ramah lingkungan. 4. Aspek sosial budaya Aspek sosial budaya pada sistem tebang rumpang tidak diakomodir. 2.3.1 Penerapan Sistem Tebang Rumpang dalam Pengelolaan Hutan Prinsip-prinsip tebang rumpang dalam sistem silvikultur menggunakan tegakan tidak seumur dimana teknik pemanenan pada tebang rumpang ini memiliki konsep secara teratur yang sistematis dalam suatu jaringan jalan sarad (yang menuju ke satu TPn). TPn ini merupakan unit menejemen terkecil dalam prinsip-prinsip tebang rumpang dan merupakan unit perlakuan silvikultur. Yang dimnana tebang rumpang ini mempertahankan keanekaragaman hayati hutan serta menciptakan ruang tumbuh optimal bagi permudaan. Peningkatan produktivitas hutan tegakan tak seumur melalui tebang dalam kelompok rumpang yang memiliki sifat keseimbangan ekologi dan ekonomi serta mudah dalam pengendalian pengawasannya. Tujuan tebang rumpang adalah meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui tebang rumpang dan memanfaatkan ruang tumbuh untuk meningkatkan riap dalam memperoleh pemanenan yang lestari. Hutan alam produksi bekas tebangan menjadi sasaran kegiatan tebang rumpang. Kegiatan tebang rumpang memiliki 7 (tujuh) tahapan kegiatan, yaitu : 1. Penataan areal kerja (PAK) 2. Pembukaan wilayah hutan (PWH) 3. Risalah rumpang 4. Pembuatan rumpang 5. Pembinaan rumpang 6. Pemanenan 7. Perlindungan dan pengamanan hutan 1. Penataan Areal Kerja (PAK) • Prinsip 1. Menata areal ke dalam blok dan petak kerja tahunan berdasarkan RKUPHHK. 2. Satu petak kerja di dalam TR adalah satu TPn dengan jaringan jalan sarad dan rumpang-rumpang yang didukungnya 3. Dilakukan tidak lebih dari 4 tahun sebelum pemanenan. 4. Dibentuk sebagai satu bagian hutan khusus untuk regime TR. • Perencanaan 1) Perencanaan dalam Peta a) Pedomani RKUPHHK yang telah disahkan. b) Membagi areal kerja ke dalam blok-blok kerja tahunan dan petak-petak kerja. c) Sesuaikan jumlah blok dan petak-petak kerja dengan siklus tebang yang ditetapkan. d) Sesuaikan bentuk dan luas blok dan petak kerja dengan kondisi lapangan. e) Gunakan angka romawi untuk menandai setiap blok kerja sesuai rencana tahun penebangan, sedangkan petak kerja diberi angka secara berurutan dari petak pertama sampai petak terakhir. f) Buat rencana tata batas blok dan petak kerja. g) Buat peta rencana PAK dengan skala minimal 1 : 10.000. • Pelaksanaan Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk PAK berdasarkan prinsip pada angka 1.1. di atas. 2. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) • Prinsip Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan. • Perencanaan a) Buat rencana lokasi base camp, TPK, TPn, pondok kerja, dan lain-lain. b) Buat rencana jaringan jalan sarad pada setiap TPn, rencana jalan utama dan jalan cabang. c) Plotting semua calon rumpang untuk tahun berjalan (Ro) dan calon rumpang untuk setengah umur daur berikutnya (Ro+½daur) pada jaringan jalan sarad. d) Siapkan daftar ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil risalah. e) Buat peta rencana risalah skala 1 : 5.000. • Pelaksanaan Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk PWH berdasarkan prinsip pada angka 2.1. di atas. 3. Risalah Hutan • Prinsip 1. Risalah hutan dilakukan di dalam calon-calon rumpang tahun berjalan (Ro) pada setiap jaringan sarad. 2. Dilakukan sebelum penyusunan Usulan RKTUPHHK. • Perencanaan 1. Siapkan peta rencana TPn, jalan sarad dan plotting rumpang hasil kegiatan 2. Siapkan daftar ukur yang diperlukan untuk mencatat hasil risalah • Pelaksanaan di Lapangan Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk risalah hutan berdasarkan prinsip pada angka 3.1. di atas, dan sekaligus membuat peta jaringan jalan sarad dan sebaran rumpang pada setiap TPn dengan skala 1 : 1.000. 4. Pembuatan Rumpang • Prinsip 1. Pemanenan dengan tebang habis pada setiap rumpang 2. Memanen semua pohon kecuali anakan pohon-pohon primer 3. Efisien, efektif, tertib, dan ramah lingkungan. • Perencanaan 1. Penebangan dilakukan berdasarkan peta sebaran rumpang skala 1 : 1.000. 2. Penebangan dilaksanakan pada petak-petak kerja dalam blok RKT yang telah disahkan. • Pelaksanaan 1. Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Pemanenan berdasarkan prinsip angka 4.1. di atas. 2. Alat-alat pemanenan mengikuti peraturan yang berlaku. 5. Pembinaan Rumpang • Prinsip 1. Memberikan ruang tumbuh optimal bagi individu-individu pohon terbaik 2. Menghilangkan individu pohon dan atau vegetasi lain yang menaungi pohon terbaik. • Perencanaan 1. Pilih dan tandai anakan-anakan pohon terbaik satu tahun setelah pembuatan rumpang, jarak antar anakan 3 – 4 m 2. Plotting setiap anakan terpilih di dalam setiap rumpang untuk pembinaan dalam periode 2 tahunan sampai permudaan bebas dari naungan. • Pelaksanaan Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Pembinaan rumpang berdasarkan pedoman angka 5.1. di atas. 6. Pemanenan • Prinsip 1. TPn, jalan sarad dan rumpang sebagai satu kesatuan yang permanen. 2. Pemanenan dilakukan di setiap rumpang secara tebang habis pada daur tebang yang telah ditentukan dengan tidak membuat TPn dan jalan sarad baru. 3. Efisien, efektif, tertib dan ramah lingkungan • Perencanaan 1. Risalah rumpang yang akan ditebang berdasarkan peta kerja 2. Penebangan dilaksanakan pada petak kerja dalam blok RKT yang telah disahkan • Pelaksanaan Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja untuk Pembinaan rumpang berdasarkan prinsip pada angka 6.1. di atas. 7. Perlindungan dan Pengamanan Hutan • Prinsip 1. Perlindungan dan pengamanan dari kebakaran, perambahan, dan pencurian hasil hutan. 2. Memberikan kepastian usaha dalam pengelolaan hutan produksi. • Perencanaan Menyusun rencana perlindungan dan pengamanan hutan secara periodik dalam 1 periode RKT. • Pelaksanaan Buat Prosedur Operasi Standar (POS) Kerja Perlindungan dan Pengamanan Hutan berdasarkan prinsip pada angka 7.1. di atas. Menurut Ditjen PH (1993) sistem silvikultur adalah rangkaian kegiatan berencana mengenani pengelolan hutan yang meliputi penebangan, peremajaan, pemeliharaan tegakan hutan untuk menjamin kelestarian produksi kayu atau hasil hutan lainnya. Sedangkan menurut Mattews (1992) dalam Mansur (2008) sistem silvikultur merupakan proses pemeliharaan, pemanenan dan penggantian dengan tanaman baru sehingga menghasilkan tegakan dengan bentuk yang berbeda. Pada hutan alam produksi sistem silvikultur dimulai dari kegiatan pemanenan sedangkan pada hutan tanaman dimulai dari kegiatan pembibitan dan perawatan tanaman. Dengan demikian definisi sistem silvikultur dapat berbeda-beda, namun semuanya mengandung tiga komponen utama, yaitu permudaan (regeneration), pemeliharaan (tending) dan pemanenan (harvesting/removing) (Mansur 2008). Sistem silvikultur yang diterapkan dalam unit manajemen dapat dibedakan berdasarkan umur tegakan maupun sistem penebangan. Berdasarkan umur tegakan terdiri dari sistem silvikultur untuk tegakan seumur (even-aged stands) seperti THPA dan THPB, sistem silvikultur untuk tegakan beberapa umur (uneven-aged stands) dan tegakan semua umur (all-aged stands) seperti tebang pilih individu (TPI, TPTI, Bina Pilih), kelompok melingkar (tebang rumpang) dan kelompok dalam jalur (TPTJ dan TPTII). Berdasarkan sistem penebangan pohon terdiri dari sistem silvikultur tebang pilih (selective cutting) dan sistem tebang habis (clear cutting). Menurut Manan (1995) dalam Indrawan (2008), sistem silvukultur dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu: a. Polycyclic system, yaitu jumlah penebangan (siklus tebang) yang lebih dari satu kali selama rotasi. Sistem TPI dan TPTI termasuk polycyclic system karena menggunakan dua kali siklus tebang (2x35 tahun) selama rotasi 70 tahun. b. Monocyclic system, yaitu jumlah penebangan (siklus tebang) yang hanya sekali selama rotasi, seperti sistem THPA dan THPB. Setelah berjalan lebih dari 20 tahun, banyak hutan alam produksi yang mengalami fragmentasi (Indrawan 2008). Lanskap hutan hujan tropis telah membentuk mosaik (Pasaribu 2008; Suhendang 2008) yang terdiri dari hutan primer, hutan sekunder, hutan rawang, hutan bekas penebangan liar, hutan bekas kebakaran, semak belukar, padang alang-alang dan tanah kosong. Pada kondisi seperti ini penerapan multi sistem silvikultur menjadi keniscayaan agar setiap bagian hutan mendapatkan perlakuan silvikultur yang sesuai dengan kondisi hutannya. Menurut Indrawan (2008) multisistem silvikultur adalah sistem pengelolaan hutan produksi lestari yang terdiri dua atau lebih sistem silvikultur yang diterapkan pada suatu unit manajemen dan merupakan multi usaha dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan produksi kayu dan hasil hutan lainnya serta dapat mempertahankan kepastian kawasan hutan produksi. Suhendang (2008) menulis bahwa sistem silvikultur menurut Society of American Forester tahun 1998 adalah rangkaian perlakuan terencana terdiri dari kegiatan pemeliharaan, pemanenan dan pembangunan kembali tegakan. Skema penerapan sistem silvikultur ada dua macam yaitu sistem silvikultur tunggal (single silvicultural system) dan sistem silvikultur jamak (multiple silvicultural system). Teknik silvikultur adalah upaya mengintegrasikan atribut ekologi, ekonomi, sosial dan administrasi menjadi pendekatan yang bulat dalam rangka mengelola dan memanfaatkan sumber daya hutan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dan akan datang tanpa mengurangi kemampuan fungsi hutan (Soekotjo 2009). Teknik silvikultur dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: a. Teknik pengendalian struktur, komposisi, kerapatan, pertumbuhan dan rotasi serta kombinasi antara spesies (genetik), manipulasi lingkungan dan pengendalian hama terpadu (integrated pest management). Teknik pengendalian ini diterapkan dalam TPTI Intensif. b. Teknik perlindungan tempat tumbuh (agar permukaan tanah selalu tertutup vegetasi sehingga stabil dan terjaga kesuburannya) dan pohon (dari hama, penyakit dan kerusakan mekanis) 15 c. Teknik pelayanan eksploitasi, pengelolaan dan pemanfaatan. III. Penutup 3.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa terhadap Sistem tebang rumpang, ternyata sistem ini menitik beratkan pada aspek ekologi. Aspek ekonomi dan teknis kurang diperhatikan, sementara aspek sosial budaya masyarakat tidak diperhatikan. Dengan demikian pada pembinaan rumpang tebangan perlakuan silvikultural yang diberikan sangat minimal bahkan mendekati doing nothing, sebab kondisi klimaks mikro rumpang, jenis materil tegakan yang ada didalam rumpang dan kondisi tapak lantai tegakan dinilai sudah optimal sehingga tidak pelu diberikan lagi perlakuan silvikultur, apalagi yang bersifat spekulatif. Metode pengelolaan hutan temperatur yang ekosistemnya sederhana tidak boleh digunakan dihutan tropika basah yang ekosistemnya rumit. 3.2 Saran Setelah melakukan pembahasan maka kami sebagai penyusun ingin memberikan beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan masukan diantaranya sebagai berikut : Kami mengharapkan apa yang menjadi makalah dengan tema ‘Tebang Rumpang‘ tidak hanya menjadi suatu teori saja, namun dapat di praktekkan didalam kehidupan bermasyarakat sebagai suatu pemahaman guna mengelola dan melestarikan hutan.

Minggu, 25 November 2012

Makalah-Klimatologi-


                                                                                                                                                I.            PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Sebenarnyna radiasi matahari merupakan unsur yang sangat penting dalam bidang kehutanan. Pertama, cahaya merupakan sumber energi bagi tanaman hijau yang memalui proses fotosintesa diubah menjadi tenaga kimia. Kedua, radiasi memegang peranan penting sebagai sumber energi dalam proses evaporasi yang menentukan kebutuhan air tanaman.
Intensitas radiasi matahari akan berkurang oleh penyerapan dan pemantulan oleh atmosfer saat sebelum mencapai permukaan bumi. Ozon di atmosfer menyerap radiasi dengan panjang gelombang pendek (ultraviolet) sedangkan karbondioksida dan uap air menyerap sebagian radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang (infra merah). Selain pengurangan radiasi bumi langsung (sorotan) oleh penyerapan tersebut, masih ada radiasi yang dipancarkan oleh molekul-molekul gas, debu, dan uap air dalam atmosfer.
Energi surya adalah energi yang dapat dengan mengubah energi panas surya (matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain. Energi surya menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air, uap, angin, biogas, batubara, dan minyak bumi. Teknik pemanfaatan energi surya mulai muncul pada tahun 1839, ditemukan oleh A.C. Becquerel. Ia menggunakan kristal silikon untuk mengkonversi radiasi matahari, namun sampai pada tahun 1955 metode itu belum banyak dikembangkan.
Pada tahun 1946 dilakukan perekaman spektrum radiasi matahari untuk yang pertama kali dari ketinggian di atas lapisan ozon. Pada tahun 1949 perekaman dilanjutkan untuk daerah panjang gelombang yang lebih pendek dari ketinggian 100 km. dari eksperimen-eksperimen tersebut diperoleh bahwa untuk daerah panjang gelombang di atas 2900 Angstrom suhu radiasi matahari antara 5500 sampai 6000 oK. Untuk daerah panjang gelombang hingga mencapai sekitar 5000oK.
Daerah yang menjadi lokasi reaksi nuklir kuat yang menghasilkan keluaran energi maha besar adalah matahari. Di tengahnya berada suatu daerah yang disebut zona radiasi, di mana energi ditransfer oleh radiasi dibanding oleh pemindahan gas/panas. Istilah bagian dalam matahari sering digunakan untuk meliputi keduanya zona pemindahan gas/panas dan radiasi.
Penyinaran atau isolasi adalah penerimaan energi matahari oleh permukaan bumi, bentuknya adalah sinar-sinar bergelombang pendek yang menerobos atmosfer. Sebelum mencapai permukaan bumi sebagian hilang karena absorbsi. Adapun yang berhasil sampai ke bumi kemudian dilepaskan pula melalui refleksi; ini terutama terjadi di kedua daerah kutub bumi dan di dataran-dataran salju serta perairan.

1.2         Rumusan Masalah
1.             Apa yang dimaksud radiasi surya?
2.             Seperti apa neraca radiasi itu?
3.             Seperti apa ekosistem hutan?
4.             Hubungan apa yang terkait pada ekosistem hutan dengan neraca radiasi?

1.3         Tujuan dan Manfaat
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang radiasi surya, mengetahui tentang neraca radiasi, dan mengetahui  hubungan ekosistem hutan yang terkait dengan neraca radiasi.














                                                                                                                                               II.            PEMBAHASAN
2.1         Pengenalan Tentang Radiasi Surya
Pada prinsipnya unsur-unsur iklim seperti suhu udara dan curah hujan dikendalikan oleh keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer. Rata-rata jumlah radiasi yang diterima bumi seimbang dengan jumlah yang dipancarkan kembali ke atmosfer setelah digunakan untuk menguapkan air, memanaskan udara dan memanaskan permukaan tanah. Keseimbangan tersebut dipengaruhi antara lain oleh keberadaan gas-gas karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O).
Gas-gas tersebut memiliki kemampuan menyerap radiasi balik atau radiasi gelombang panjang dari permukaan bumi, sehingga suhu atmosfer atau udara bumi meningkat. Karena kondisi ini sama dengan kondisi di dalam rumah kaca maka gas-gas tersebut disebut gas rumah kaca (GRK) dan akibat yang ditimbulkan disebut efek rumah kaca. Tanpa GRK yang memiliki waktu tinggal (life time) yang panjang, suhu bumi diperkirakan mencapai 34 oC lebih dingin dari yang kita alami sekarang.
Masalahnya adalah bahwa konsentrasi GRK saat ini sudah mencapai tingkat yang membahayakan iklim bumi dan keseimbangan ekosistem. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer sebagai akibat kegiatan manusia (anthropogenic) dalam hal konsumsi bahan bakar fosil (BBF) sejak revolusi industri pada pertengahan tahun 1880an dan aligguna lahan. Walaupun pada dekade terakhir ini emisi CH4 mengalami penurunan hingga 22 juta Mg th-1 dari 37 juta Mg th-1 pada dekade terdahulu, dan emisi N2O juga menurun sedikit dari 3,9 menjadi 3,8 juta Mg th-1, tetapi emisi CO2 meningkat lebih dari dua kali lipat dari 1400 juta Mg th-1 menjadi 2900 juta Mg th-1 dalam dekade yang sama.
Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses thermonuklir yang terjadi di Matahari. Energi radiasi Matahari berbentuk sinar dan gelombang elektromagnetik. Spektrum radiasi Matahari sendiri terdiri dari dua yaitu, sinar bergelombang pendek dan sinar bergelombang panjang. Sinar yang termasuk gelombang pendek adalah sinar x, sinar gamma, sinar ultra violet, sedangkan sinar gelombang panjang adalah sinar infra merah.
Jumlah total radiasi yang diterima di permukaan bumi tergantung 4 (empat) faktor, yaitu:
1.             Jarak Matahari
Setiap perubahan jarak bumi dan Matahari menimbulkan variasi terhadap penerimaan energi Matahari.
2.             Intensitas radiasi
Matahari yaitu besar kecilnya sudut datang sinar Matahari pada permukaan bumi. Jumlah yang diterima berbanding lurus dengan sudut besarnya sudut datang. Sinar dengan sudut datang yang miring kurang memberikan energi pada permukaan bumi disebabkan karena energinya tersebar pada permukaan yang luas dan juga karena sinar tersebut harus menempuh lapisan atmosphir yang lebih jauh ketimbang jika sinar dengan sudut datang yang tegak lurus.
3.             Panjang hari (sun duration), yaitu jarak dan lamanya antara Matahari terbit dan Matahari terbenam.
4.             Pengaruh atmosfer
Sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diadsorbsi oleh gas-gas, debu dan uap air, dipantulkan kembali, dipancarkan dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi.selain itu, radiasi matahari bisa menangkal black hole yang bisa memerangkap cahaya.
Radiasi juga merupakan suatu istilah yang berlaku untuk banyak proses yang melibatkan pindahan tenaga oleh gejala gelombang elektromagnetik. Gaya radiatif pemindahan kalor dalam dua pengakuan penting dari yang memimpin dan konvektif gaya (1) tidak ada medium diperlukan dan (2) pindahan tenaga adalah sebanding kepada kuasa ke lima atau keempat dari temperatur menyangkut badan melibatkan (Pitts and Sissom, 2001).
Ketika kita menyebut iklim dan cuaca sebagian besar ditentukan oleh rejim embun dan temperatur. Sehingga untuk memahami bagaimana rejim ini dibagi-bagikan di atas muka bumi diperlukan untuk menguji anggaran embun dan panas di bawah yang mana sistem atmosfer bumi harus beroperasi (Petterssen, 1997).  Hukum penyinaran dasar menekankan bahwa ketika mempertimbangkan radiasi dalam sistem iklim adalah menguntungkan untuk menggunakan dua rejim radiasi yang beda: radiasi gelombang pendek (matahari) yang dipancarkan oleh bumi dan atmosfernya.
Penyinaran yang berasal dari sumber yang ada diluar tubuh dan tidak melekat kita sebut sebagai penyinaran-luar. Apabila sumber penyinaran ada di dalam tubuh, tersebar dalam jaringan, penyinaran kita sebut sebagai penyinaran-dalam. Dengan demikian teknik proteksi radiasi juga akan kita bagi menjadi dua, yaitu teknik proteksi radiasi penyinaran-luar dan teknik proteksi radiasi penyinaran-dalam. (Wiryosimin, 1998).
Ada tiga macam cara radiasi matahari/surya sampai ke permukaan bumi yaitu:
a.      Radiasi langsung (Bearn/Direct Radiation)
Adalah radiasi yang mencapai bumi tanpa perubahan arah atau radiasi yang diterima oleh bumi dalam arah sejajar sinar datang.
b.       Radiasi hambur (Diffuse Radiation)
Adalah radiasi yang mengalami perubahan akibat pemantulan dan penghamburan.
c.       Radiasi total (Global Radiation)
Adalah penjumlahan radiasi langsung dan radiasi hambur. (wikipedia, 2011).
Cahaya difusi semakin penting bilamana cahaya matahari berkurang baik oleh penghalang yang nyata (awan, daun, dan lain-lain) atau oleh karena penghamburan partikel-partikel atau molekul-molekul di atmosfer. Penghamburan cahaya dipengaruhi oleh kerapatan partikel-partikel tersebut, dan juuga oleh panjang celah cahaya matahari langsung yang melalui atmosfer, keduanya meningkatkan kemungkinan terjadinya penghamburan. Partikel-partikel seperti partikel debu dan asap, dan molekul-molekul seperti uap air, menyebabkan penghamburan yang berbanding terbalik dengan panjang gelombang;fungsi tenaga dari hubungan ini tergantung pada ukuran partikel, tetapi pengaruh netonya mengurangi kandungan cahaya difusi (Fitter dan Hay, 1991).
Distribusi radiasi surya yang tidak merata di muka bumi adalah penyebab utama timbulnya cuaca dan iklim. Tidak saja distribusi energi surya itu yang mengandalkan iklim, tetapi energi surya itu sendiri merupakan suatu unsur vital iklim. Energi itu secara langsung bertanggung jawab atas berlangsungnya proses fotosintesis; periode siang dan malam yang panjangnya bervariasi mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman. Energi surya juga penting pengaruhnya dalam evapotranspirasi (pelepasan air) dan terhadap jumlah kebutuhan tanaman akan air (Trewartha dan Horn, 1999).
Permukaan yang bersifat seperti benda hitam tidak akan memantulkan cahaya radiasi yang diterimanya, oleh karena itu kita sebut sebagai penyerap paling baik atau permukaan hitam. Jadi permukaan yang tidak memantulkan radiasi akan akan terlihat hitam oleh kita karena tidak ada sinar radiasi yang dipantulkan mengenai mata kita (Koestoer, 2003).
Pengaruh sinar matahari terhadap tanah dan tanaman menurut Kartasapoetra (1988) adalah:
·                Terhadap tanah: menaikkan suhu permukaan dan mendorong terjadinya penguapan-penguapan
·                Terhadap tanaman: mengatur fotosintesis dan mendorong terjadinya penguapan-penguapan.
Alat ukur radiasi memegang peranan yang sangat penting dalam setiap kegiatan yang memanfaatkan radiasi. Dengan alat ini setiap pekerja dapat mengetahui tingkat radiasi di tempat kerja dan dapat mengambil tindakan yang paling tepat untuk menghindari terjadinya penerimaan dosis yang berlebihan. Meskipun dalam setiap pengukuran radiasi hanya mengandalkan pada hasil pembacaan alat, namun sebagai pekerja radiasi tidak boleh begitu saja percaya terhadap informasi hasil pengukuran yang diberikan oleh alat ukur (Akhadi, 1997).

2.2         Neraca Radiasi

Kembali ke atmosfer dalam bentuk radiasi gelombang pendek maupun gelombang panjang. Jumlah radiasi netto yang diterima/diserap oleh permukaan kemudian digunakan sebagai energi untuk memindahkan panas dari permukaan ke dalam tanah (soil heat flux) (G), energi untuk memindahkan panas dari permukaan ke udara (sensible heat flux) (H), energi untuk evapotranspirasi (LE), dan sisanya digunakan untuk metabolisme mahluk hidup. Hal inilah yang sering disebut sebagai konsep neraca energi permukaan.
Terkait dengan kekeringan, konsep neraca energi sering digunakan untuk identifikasi kekeringan suatu wilayah dengan menggunakan indek bowen ratio maupun evaporative fraction (EF). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi neraca energi di beberapa penggunaan lahan, sehingga dapat diketahui di penggunaan lahan mana yang memiliki potensi kekeringan lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data LANDSAT TM bulan September tahun 2002. Metode yang digunakan adalah menurunkan parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan neraca energi seperti suhu permukaan dan albedo permukaan dengan data LANDSAT TM, sedang unsur-unsur lainnya seperti suhu udara dan radiasi surya digunakan pendugaan. Ekstraksi komponen neraca energi, bowen ratio, dan evaporative fraction di beberapa penggunaan lahan juga dilakukan dan kemudian dibuat analisa boxplot dan uji beda nilai tengah untuk melihat perbedaan setiap komponen di beberapa penggunaan lahan. Dalam penelitian ini dihasilkan model pendugaan suhu udara dengan data satelit, konstanta tahanan aerodinamik untuk penggunaan lahan dengan dominasi air, vegetasi, dan tanah, perbedaan setiap komponen neraca energi, bowen ratio, dan evaporative fraction di beberapa penggunaan lahan.
Nilai energi untuk memindahkan panas dari permukaan ke udara (sensible heat flux)(H) di perkotaan dan industri memiliki nilai yang tinggi dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya. Hal ini menggungkapkan bahwa energi panas terasa di wilayah tersebut lebih tinggi dan menyebabkan suhu udara akan tinggi, sehingga tingkat kenyamanan akan rendah. Berdasarkan bowen ratio dan evaporative fraction di penggunaan lahan perkotaan, sawah fase bera, dan industri memiliki potensi kekeringan lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan lahan lainnya.
Neraca radiasi secara global dibagi 2, yaitu:
1.             Radiasi gelombang pendek (Neraca Radiasi Matahari)
Neraca Radiasi Matahari:  100% (insolasi: incoming solar radiation)  hanya 46% yang sampai secara langsung ke permukaan bumi, 6% dipantulkan permukaan, 19% diserap udara (uap air, debu dan ozon), 4% diserap awan, 17% dipantulkan awan dan 8% dipantulkan oleh udara (bagian kiri gambar)
2.             Radiasi gelombang panjang (Neraca Radiasi Bumi)
Neraca Radiasi Bumi, bumi memancarkan radiasi dalam bentuk gelombang panjang 115% radiasi yang keluar dari bumi (outgoing radiation) diserap 106% oleh awan, uap air, CO2 dan O3 dan dikembalikan ke bumi 100%, hilang ke angkasa 9% secara langsung, emisi dari uap air, CO2 dan O3 sebesar 40%, emisi dari awan 20%.
Dari penjelasan neraca radiasi MTH DAN BUMI, permukaan mengalami surplus sebanyak 31% dari energi radiasi (+46–115+100)  sedangkan atmosfer defisit sebesar 31% (+23+106-100-60).  Bumi mentransfer surplus 31% energi radiasi ke atmosfer dalam dua bentuk:
1.             Panas terasa (sensible heat) sebesar 7%
2.             Panas tersembunyi (latent heat) sebesar 24%
Sumber energi utama untuk semua proses fisik di permukaan adalah radiasi matahari.  Neraca radiasi tidak lain adalah pernyataan dari hukum kekekalan energi.  Dalam hal ini radiasi neto, tidak lain adalah merupakan energi yang tersedia untuk semua proses-proses fisik yang berlangsung di permukaan.  Proses-proses itu adalah: pemanasan udara, penguapan air, pemanasan permukaan (tanah), dan pemanfaatan energi oleh organisme melalui proses fisiologis.
Fenomena penyusutan radiasi sinar matahari, atau lebih dikenal dengan sebut Global Dimming, telah menjadi perbincangan hangat kalangan ilmuwan dunia dewasa ini, akibat dampaknya yang sangat luas terhadap perubahan iklim global. Ratusan alat ukur radiometer yang dipasang di benua Antartika (kutub selatan) dan Artika (kutub utara) mencatat penurunan intensitas radiasi matahari yang diterima bumi sebesar 10% dari akhir tahun 1950 sampai dengan awal 1990, atau sekitar 2 – 3% untuk setiap dekade. Bahkan untuk beberapa wilayah Asia, Amerika Serikat dan Eropa, dimana industri berkembang sangat pesat, terjadi penurunan dalam jumlah yang lebih besar, seperti halnya Hongkong: 37%. (The New York Time, 13 Mei, 2004). 
Fenomena ini telah menjadi perhatian publik dunia, meskipun pada awalnya tidak ada peneliti yang percaya akan hal tersebut, ketika pertama kali dilaporkan Atsumu Ohmura dari Institut Teknologi Federal Swiss pada tahun 1985 (Science: 15 November 2002, 298, 1410-1411; The Guardian, 18 Desember 2003). 
Berbeda dengan isu pemanasan global (global warming) yang telah diketahui penyebabnya, yaitu meningkatnya kandungan karbon dioksida (CO2) di atmosfer sebagai akibat tingginya konsumsi bahan bakar minyak, batubara dan gas alam lainnya yang menahan radiasi matahari dan menyebabkan pemanasan temperatur bumi, maka fenomena global dimming masih dalam tahap awal studi dan belum banyak dipahami para ahli. 
Teori yang berkembang menjelaskan sinar matahari dapat membawa jelaga partikel (dalam bentuk aerosol dan sejenisnya) kembali ke angkasa. Polusi yang terjadi di atmosfer menyebabkan peningkatan proses kondensasi pada tetes air (droplet) di udara, menjadi awan tebal yang lebih gelap dan dapat menahan serta mengurangi intensitas transmisi sinar matahari (dimming)mencapai permukaan bumi. 
Hasil penelitian melihat pengaruh awan terhadap keseimbangan neraca energi global menunjukkan terjadi peningkatan albedo (perbedaan radiasi matahari yang dipantulkan dan yang diterima bumi) dari 15% menjadi 30%. Kuantitas yang sama dengan energi hilang sebesar 50 W/m2. Awan mengurangi emisi sinar infra merah sebesar 30 W/m2, sehingga pengaruh awan dalam sistem neraca keseimbangan global telah menyebabkan kehilangan energi sebesar 20 W/m2. Bandingkan kuantitas tersebut dengan pengaruh efek rumah kaca (green house effect) yang memicu pemanasan global sebesar 4 W/m2, meskipun diberikan penambahan kandungan CO2 di atmosfer dua kali lebih besar dari kondisi saat ini (Intergovernmental Panel on Climate Change, 2001)
Neraca Energi pada Permukaan Bumi Neraca energi pada suatu permukaan bumi ; Qn = Qs + Ql - Qs’ – Ql’ Qn : radiasi neto (Wm-2) Qs dan Qs; : radiasi matahari yang datang dan ke luar (Wm-2) Ql dan Ql’ : radiasi gelombang panjang yang datang dan ke luar n(Wm-2). Albedo merupakan nisbah antara radiasi gelombang pendek (radiasi matahari) yang dipantulkan dengan yang datang pada suatu permukaan.
Neraca Energi nQn = H + λ E + G + P Malam hari; Radiasi matahari (Qs) = 0, Radiasi neto (Qn) < n0. Qn < 0 maka akan terjadi pendinginan (- H dan n– G) Siang hari; Qs > Ql dan Qn > n0 Qn > 0 digunakan untuk (1) memanaskan udara (+H), (2) penguapan (λ E ), pemanasan lautan/tanah (+G) dan < 5% untuk fotosintesis.

2.3         Ekosistem Hutan
Ekosistem adalah suatu sistem di alam yang  mengandung komponen hayati (organisme} dan komponen non-hayati (abiotik), dimana antara kedua komponen tersebut terjadi hubungan timbal balik untuk mempertukarkan zat-zat yang perlu untuk mempertahankan kehidupan. 
Hutan adalah masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai  pohon-pohonan dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda  dengan keadaan di luar hutan. Didalam suatu hutan,  hubungan antara tumbuh-tumbuhan, margasatwa, dan alam lingkungannya demikianeratnya, sehingga hutan dipandang sebagaisuatu sistem ekologi atau ekosistem.  Ekologi Hutan adalah cabang ekologi yang khusus  mempelajari masyarakat atau ekosistem hutan, keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi, struktur dan produktivitas hutan. 
Ekologi adalah kajian mengenai interaksi timbal-balik jasad individu, di antara dan di dalam populasi spesies yang sama, atau di antara komunitas populasi yag berbeda-beda dan berbagai faktor non hidup (abiotik) yang banyak jumlahnya yang merupakan lingkungan yang efektif tempat hidup jasad, populasi atau komunitas itu. Lingkungan efektif itu mencakup kesemberautan pada interaksi antara jasad hidup itu sendiri. Kaji ekologi itu memungkinkan kita memahami komunitas itu secara keseluruhan. Guna memastikan kenyataan ini, perlu kiranya diadakan berbagai percobaan di lapangan, di laboratorium atau di kedua lingkungan itu sekaligus (Ewusie, 1990).
Dalam ekologi hutan baik pengetahuan autekologi  maupun sinekologi bersama-sama diperlukan, karena kita memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat berbagai jenis  pohon yang membentuk hutan dan pengetahuan tentang hutan sebagai suatu ekosistem.
Makhluk hidup dalam perkembangan dan pertumbuhannya tidak dapat hidup sendiri, selalu memerlukan makhluk lainnya dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Antara makhluk yang satu dengan makhluk yang lain selalu berhubungan dan mengadakan kontak yang saling menguntungkan. Tetapi ada juga sebagian kecil mahkluk hidup yang selalu merugikan makhluk lain, biasanya makhluk ini disebut dengan parasit.
Adapun ekologi sendiri mencakup suatu keterkaitan antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi, sepeti tumbuhan dan sinar matahari, tanah dengan air, yang pada umumnya dikatakan sebagai hukum alam yang berimbang dan biasa disebut ekosisitem. Komponen-komponen dalam ekosistem telah dikelolah oleh alam dan mereka saling berinteraksi. Ada komponen yang bersifat netral, bekerjasama, menyesuaikan diri, bertentangan bahkan saling menguasai. Akan tetapi pada akhirnya antara kekuatan-kekuatan tersebut terjadi keseimbangan (Arief, 1994).
Satu ciri mendasar pada ekosistem adalah bahwa ekosistem itu bukahlah suatu sistem yang tertutup, tetapi terbuka dan daripadanya energi dan zat terus-menerus keluar dan digantikan agar sistem itu terus berjalan. Sejauh yang berkenaan dengan struktur, ekosistem secara khas mempunyai tiga komponen biologi, yaitu; produsen (jasad autotrof) atau tumbuhan hijau yang mampu menambat energi cahaya; hewan (jasad heterotrof) atau kosumen makro yang menggunakan bahan organik; dan pengurai, yang terdiri dari jasad renik yang menguraikan bahan organik dan membebaskan zat hara terlarut (Ewusie, 1990).
*Disarikan dari Laporan Praktikum Ekologi Hutan
Perubahan ekosistem ada yang sifatnya lokal, regional maupun global. Bila bio-indikator dan bio-monitoring menunjukan perubahan ekosistem secara global, para ahli secara lintas disiplin bisa saling memperingatkan adanya ancaman bahaya. Setelah itu bisa dirundingkan langkah-langkah pencegahannya. Bahkan rekomendasi para pakar, bisa dijadikan acuan bagi tindakan internasional. Kini semakin disadari, perubahan lingkungan sekecil apapun, pasti menimbulkan dampak terhadap makhluk hidup di habitat tsb. Berbagai parameter atau faktor penyebab perubahan dapat dilacak, dengan memperhatikan bio-indikator lokal maupun global. Akan tetapi walaupun alam sudah memberikan peringatan, seringkali manusia tidak memperdulikannya. Sebab seringkali perubahan yang merugikan, adalah produk sampingan dari aktifitas manusia juga.
2.4         Hubungan Ekosistem Hutan dengan Neraca Radiasi
Hutan merupakan sumber daya alam yang merupakan suatu ekosistem, di dalam ekosisitem ini, terjadi hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan tempat tumbuh dari tumbuhan merupakan suatu sistem yang kompleks, dimana berbagai faktor saling beinteraksi dan saling berpengaruh terhadap masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu respon tumbuhan terhadap faktor lingkungan dimana tumbuhan tersebut akan memberikan respon menurut batas toleransi yang dimilikinya terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut (Indriyanto, 2006).
Menurut Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominansi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan merupakan penyanggah ekosistem di muka bumi ini, hal ini sangat erat kaitannya dengan Pemanasan global yang sedang menjadi isu sentral di wacana lingkungan dunia. Kurangnya hutan menyebabkan peningkatan suhu permukaan beberapa derajat per tahun sebagai dampak naiknya permukaan air laut beberapa centimeter. Kenaikan ini dipicu oleh mencairnya es di kutub utara dan selatan, yang diakibatkan oleh pemanasan global.
Perubahan iklim global pada dekade terakhir ini terjadi karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir akibat meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK), terutama karbondioksida (CO2). Indonesia sebagai negara penyumbang CO terbesar ketiga di dunia dengan emisi CO rata-rata per tahun 3000 Mt atau berarti telah menyumbangkan sekitar 10% dari total emisi CO di dunia (Seputar Indonesia, 24 Maret 2007). Meningkatnya konsentrasi CO disebabkan oleh pengelolaan lahan yang kurang tepat, antara lain pembakaran hutan dalam skala luas secara bersamaan dan pengeringan lahan gambut untuk pembukaan lahan-lahan(Hairiah dan Rahayu, 2007). Pemanasan global adalah salah satu isu lingkungan penting yang saat ini menjadi perhatian berbagai pihak. Akibat yang ditimbulkan pemanasan global antara lain meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi yang disebabkan oleh kegiatan industri dan semakin berkurangnya penutupan lahan khususnya hutan akibat laju degradasi akhir-akhir ini.
Poerwowidodo (1990) mengatakan bahwa Hutan Tanaman Industri bertujuan untuk menanggulangi masalah seperti: (a) Menurunnya kondisi kelestarian sumberdaya hutan khususnya hutan produksi; (b) Menciutnya hutan produksi akibat kebutuhan lahan hutan oleh sektor lain makin tinggi; (c) Kekurangan bahan baku akibat semakin berkembangnya industri; serta (d) Kenaikan total kebutuhan hasil hutan, akibat pertumbuhan penduduk.
Sementara menurut Departemen Kehutanan (2009), tujuan pembangunan Hutan Tanaman Industri adalah meningkatkan produktifitas hutan/lahan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku industri perkayuan dan penyediaan lapangan usaha (pertumbuhan ekonomi/pro-growth), penyediaan lapangan kerja (pro-job) terutama tenaga kerja yang tidak terampil (labo intensive), pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan/lahan (pro-poor), perbaikan kualitas lingkungan hidup (pro-enviroment) dan juga membuka isolasi daerah-daerah pedalaman yang sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi indonesia.
Eukaliptus (Eukaliptus hybrid) Menurut tatanannya taksonomi dari E. hybrid mempunyai sistematika sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Class : Dycotyledone Ordo : Myrtiflorae Famili : Myrtaceae Genus : Eucalyptus Species : Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla (Eucalyptus hybrid) Eukaliptus merupakan salah satu jenis tanaman yang dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman Industri. Kayu Eukaliptus digunakan antara lain untuk bangunan di bawah atap, kusen pintu dan jendela, kayu lapis, bahan pembungkus korek api, pulp dan kayu bakar. Daun dan cabang beberapa eukaliptus menghasilkan minyak atsiri yang merupakan produk penting untuk farmasi, misalnya untuk obat gosok atau obat batuk, farfum, sabun, detergen, disinfektan dan pestisida. Beberapa jenis digunakan untuk kegiatan reboisasi (Sutisna dkk, 1998).
Tumbuhan Bawah dan Serasah
Vegetasi merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan dalam arti luasnya. Pada umumnya, tumbuhan terdiri dari beberapa golongan antara lain pohon yaitu berupa tegakan dengan ciri-ciri tertentu. Kemudian dapat diketemukan semak belukar dan lain-lain tergantung dari ekosistem yang diamati. Tumbuhan bawah merupakan tumbuhan yang termasuk bukan tegakan atau pohon namun berada di bawah tegakan atau pohon (Odum, 1993).
Menurut Sutaryo (2009) menyatakan bahwa tumbuhan bawah merupakan tumbuhan bukan pohon yang tumbuh di lantai hutan, misalnya rumput, herba dan semak belukar atau liana. Tumbuhan bawah berfungsi sebagai penutup tanah yang menjaga kelembaban sehingga proses dekomposisi yang cepat dapat menyediakan unsur hara untuk tanaman pokok. Di sini, siklus hara dapat berlangsung sempurna, guguran yang jatuh sebagai serasah akan dikembalikan lagi ke pohon dalam bentuk unsur hara yang seperti diketahui akan diuraiakan oleh bakteri. Serasah adalah kumpulan bahan organik di lantai hutan yang belum atau sedikit terdekomposisi. Bentuk asalnya masih bias dikenali atau masih bias mempertahankan bentuk aslinya (belum hancur). Serasah memiliki peran penting karena merupakan sumber humus, yaitu lapisan tanah teratas yang subur.
Serasah merupakan bagian tanaman yang telah gugur berupa daun dan ranting-rantingnya yang terletak dipermukaan tanah serta tumbuhan yang telah mati. Serasah juga menjadi rumah dari serangga dan berbagai mikroorganisme lain. Uniknya, para penghuni justru memakan serasah, rumah mereka itu; menghancurkannya dengan bantuan air dan suhu udara sehingga tanah humus terbentuk. Di bawah lantai hutan, kita dapat melihat akar semua tetumbuhan, baik besar maupun kecil, dalam berbagai bentuk. Sampai kedalaman tertentu, kita juga dapat menemukan tempat tinggal beberapa jenis binatang, seperti serangga, ular, kelinci, dan binatang pengerat lain (Sutaryo, 2009).
Karbon Hutan Carbon sink adalah istilah yang kerap digunakan di bidang perubahan iklim. Istilah ini berkaitan dengan fungsi hutan sebagai penyerap (sink) dan penyimpan (reservoir) karbon. Emisi karbon ini umumnya dihasilkan dari kegiatan pembakaran bahan bakar fosil pada sektor industri, transportasi dan rumah tangga (Junaidi, 2009). Pada ekosistem daratan, C tersimpan dalam 3 komponen pokok menurut Hairiah, et al., 2001 yaitu:
·                Biomasa: masa dari bagian vegetasi yang masih hidup yaitu tajuk pohon, tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim
·                Nekromasa: masa dari bagian pohon yang telah mati baik yang masih tegak di lahan (batang atau tunggul pohon), atau telah tumbang/tergeletak di permukaan tanah, tonggak atau ranting dan daun- daun gugur (seresah) yang belum terlapuk.
·                Bahan organik tanah: sisa makhluk hidup (tanaman, hewan dan manusia) yang telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun seluruhnya dan telah menjadi bagian dari tanah. Ukuran partikel biasanya lebih kecil dari 2 mm.
Berdasarkan keberadaannya di alam, ketiga komponen C tersebut dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
·                Karbon di atas permukaan tanah, meliputi: Biomasa pohon. Proporsi terbesar penyimpanan C di daratan umumnya terdapat pada komponen pepohonan. Untuk mengurangi tindakan perusakan selama pengukuran, biomasa pohon dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan alometrik yang didasarkan pada pengukuran diameter batang. Biomasa tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah meliputi semak belukar yang berdiameter batang < 5 cm, tumbuhan menjalar, rumput-rumputan atau gulma. Estimasi biomasa tumbuhan bawah dilakukan dengan mengambil bagian tanaman (melibatkan perusakan). Nekromasa, Batang pohon mati baik yang masih tegak atau telah tumbang dan tergeletak di permukaan tanah, yang merupakan kompone penting dari C dan harus diukur pula agar diperoleh estimasi penyimpanan C yang akurat. Seresah, Seresah meliputi bagian tanaman yang telah gugur berupa daun dan ranting-ranting yang terletak di permukaan tanah.
·                Karbon di dalam tanah, meliputi: Biomasa akar. Akar mentransfer C dalam jumlah besar langsung ke dalam tanah, dan keberadaannya dalam tanah bisa cukup lama. Pada tanah hutan biomasa akar lebih didominasi oleh akar-akar besar (diameter >2 mm), sedangkan pada tanah pertanian lebih didominasi oleh akar-akar halus yang lebih pendek daur hidupnya.
Siklus Karbon merupakan proses penyerapan dan emisi karbon, yang hasil akhirnya adalah akumulasi atau stok karbon di tegakan atau hutan. Neraca Karbon akan menggambarkan perubahan stok karbon dari waktu ke waktu di dalam ekosistem hutan tersebut di dalam suatu ruang (Bahruni, 2010).
Siklus karbon pada ekosistem hutan menyangkut proses penyerapan dan emisi karbon ke atmosfer. Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor atau kondisi yaitu :
1.             Kondisi vegetasi yang meliputi jenis atau tipe vegetasi atau hutan;
2.             Kondisi tempat tumbuh dan lingkungan yang meliputi faktor edafis, klimatis dan faktor hayati lainnya;
3.             Kondisi pengelolaan yang meliputi pengaturan ruang (tata ruang), penentuan peruntukan/penggunaan lahan dan hutan;
4.             Kondisi gangguan seperti perubahan lingkungan, kemarau, ledakan gangguan hama dan penyakit, gangguan perbuatan manusia seperti pembakaran, eksploitasi tidak terkelola dengan baik dan lain-lain (Bahruni, 2010).
Pembahasan tentang stok atau neraca karbon ekosistem hutan tidak terlepas dari pemahaman tentang siklus atau aliran karbon itu. Ekosistem memiliki empat komponen dasar yaitu a) substansi abiotik, b) produser (autotrophic), c) konsumer, d) dekomposer. Di dalam ekosistem (termasuk ekosistem hutan) terjadi proses pertukaran materi seperti air, unsur-unsur hara, ataupun bahan kimia, polutan dll, dan perubahan energi secara terus menerus, yang mempengaruhi kelangsungan ekosistem seperti tingkat produktivitas, integritas dan kelestariannya (Bahruni, 2010).
Siklus karbon pada ekosistem hutan menyangkut proses penyerapan dan emisi karbon ke atmosfer. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Berbeda dengan hewan, tumbuhan membuat makanannya sendiri yang disebut dengan produktivitas primer yang terbagi atas produktivitas primer bersih dan produktivitas primer kotor (Heddy, dkk., 1986).
Neraca Sumber Daya Hutan adalah suatu informasi yang dapat menggambarkan cadangan sumber daya hutan, kehilangan dan penggunaan sumber daya hutan, sehingga pada waktu tertentu dapat diketahui kecenderungannya, apakah surplus atau defisit jika dibandingkan dengan waktu sebelumnya.






























                                                                                                                                                        III.            PENUTUP
3.1         Kesimpulan
Radiasi Matahari adalah pancaran energi yang berasal dari proses thermonuklir yang terjadi di Matahari. Energi radiasi Matahari berbentuk sinar dan gelombang elektromagnetik. Spektrum radiasi Matahari sendiri terdiri dari dua yaitu, sinar bergelombang pendek dan sinar bergelombang panjang. Sinar yang termasuk gelombang pendek adalah sinar x, sinar gamma, sinar ultra violet, sedangkan sinar gelombang panjang adalah sinar infra merah. Jumlah total radiasi yang diterima di permukaan bumi tergantung 4 (empat) faktor, yaitu : Jarak Matahari, Intensitas radiasi Matahari, Panjang hari, dan  Pengaruh atmosfer.
3.2         Saran

















DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada tanggal 08 November 2012
Diakses pada tanggal 08 November 2012
Wikipedia.com, 2011. Radiasi Matahari. Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Radiasi_Matahari
Diakses pada tanggal 08 November 2012
Diakses pada tanggal 08 November 2012
Diakses pada tanggal 08 November 2012
Diakses pada tanggal 08 November 2012
Diakses pada tanggal 08 November 2012
Diakses pada tanggal 08 November 2012

Diakses pada tanggal 08 November 2012


Nama-nama Kelompok 3 :
1.      Fauziah Ramadhana              L 131 11 003
2.      Riska S. Pettawali                 L 131 11 009
3.      Ulfa                                         L 131 11 010
4.      Jenny Posumah L.                L 131 11 025
5.      Irfan Bahroni                       L 131 11 023
6.      Agung Sirenda                      L 131 11 069
7.      Tito Eka                                 L 131 11 019
8.      Denny                                     L 131 11 052
9.      Faisal                                      L 131 11 030
10.  Moh. Rifa’t                            L 131 11 076
11.  Beni Firman                           L 131 11 062
12.  Dedi Kusnadi                         L 131 11 037
13.  Ikbal