I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ilmu tanah adalah pengkajian
terhadap tanah sebagai sumber daya alam. Dalam ilmu ini dipelajari berbagai aspek
tentang tanah, seperti pembentukan, klasifikasi, pemetaan, berbagai
karakteristik fisik, kimiawi, biologis, kesuburannya, sekaligus mengenai
pemanfaatan dan pengelolaannya. Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi
antara litosfer (batuan yang membentuk kerak bumi) dan atmosfer. Tanah menjadi tempat tumbuh tumbuhan dan mendukung kehidupan hewan dan manusia.
Profil tanah merupakan penampang tegak tanah yang memperlihatkan berbagai lapisan tanah. Pengamatan profil sangat penting dalam mempelajari sifat-sifat tanah secara cepat dilapangan, terutama yang berkaitan dengan genetis dan klasifikasi tanah. Sidik cepat beberapa sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga biasanya dilakukan dengan bersamaan dan merupakan bagian pengamatan profil tanah. Evaluasi terhadap sifat-sifat tanah ini kemudian dilanjutkan secara lebih rinci di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah.
Contoh tanah dibedakan atas beberapa macam tergantung pada tujuan dan cara pengambilan. Bila contoh tanah diambil pada setiap lapisan untuk mempelajari perkembangan profil menetapkan jenis tanah maka disebut “contoh tanah satelit”. Contoh tanah yang diambil dari beberapa tempat dan digabung untuk menilai tingkat kesuburan tanah disebut “contoh tanah komposit”. Pengambilan contoh tanah secara komposit dapat menghemat biaya analisis bila dibandingkan dengan pengambilan secara individu. Adalagi contoh tanah yang diambil dengan pengambilan sampel (care) dan disebut dengan contoh tanah utuh, yang biasanya digunakan untuk menetapkan sifat tanah disebut contoh tanah utuh karena strukturnya asli seperti apa adanya di lapangan sedangkan contoh tanah yang sebagian atau seluruh strukturnya telah rusak disebut contoh tanah terganggu.
Setiap ahli kehutanan atau ahli
ekologi hutan telah mengetahui bahwa di dalam menilai lokasi hutan, kita harus
memperhatikan ekosistem hutan atau kawasan hutan secara keseluruhan. Interaksi di antara berbagai faktor lingkugan
terutama sifat lahan dalam kaitannya dengan produktivitas hutan sudah lama diketahui,
sehingga dalam mengevaluasi lahan hutan perlu pertimbangan terhadap
faktor-faktor lingkungan tersebut. Evaluasi lahan untuk kehutanan adalah
pendekatan sistematik pd proses mencocokkan (fitting) kehutanan ke dalam perencanaan penggunaan lahan suatu
negara atau wilayah tertentu (Van Goor, 1981).
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
Kadar air tanah
dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume
tanah. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah
dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C
untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air
yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula
menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro.
Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada
tanah.
Jumlah
air yang ditahan oleh tanah dapat dinyatakan atas dasar berat dan isi.
Begitupula pada tanah Alfisol pada umunya, dasar penentuannya adalah pengukuran
kehilangan berat dari suatu contoh tanah yang lebih lembab setelah dikeringkan
pada suhu 105oC selama 24 jam. Kehilangan berat sama dengan berat
air yang terdapat dalam contoh tanah. Kadar air (0) dihitung secara gravimetrik
dengan satuan g / g, yaitu berat air yang terdapat di dalam suatu massa tanah kering (0 = tanah
lembab-berat kering oven).
Bulk density tanah merupakan
perilaku fisik yang menggambarkan tingkat kepadatan tanah, ruang pori tanah,
kandungan bahan organik tanah, dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk porositas tanah
menggambarkan kandungan air dan udara yang terdapat pada pori-pori tanah. Dan
untuk permeabilitas tanah diartikan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan
pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum ini adalah mengetahui pH tanah pada Top Soil dan Sub Soil,
mengetahui kadar air tanah hutan pada Top Soli dan Sub Soil, mengetahui bulk
density tanah hutan pada Sub Soil, mengetahui ruang porositas tanah hutan dan
mengetahui permeabilitas tanah hutan.
Kegunaan dari praktikum ini adalah mahasiswa
dapat menentukan pH tanah pada contoh tanah Sub soil dan Top soil, dapat
menghitung kadar air tanah hutan pada Sub soil dan Top soil, dapat menghitung
bulk density tanah hutan pada Sub Soil, dapat menghitung ruang porositas tanah
hutan dan permeabilitas tanah hutan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Contoh tanah
adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah
(horizon/ lapisan/ solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan
sifat-sifat yang akan diteliti. Sifat-sifat fisika tanah, dapat kita analisis
melalui dua aspek, yaitu dispersi dan fraksinasi ( Agus, Cahyono. 1998 ).
Contoh tanah
adalah suatu volum massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah
(horizon/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan
sifat-sifat yang akan diteliti secara lebih detail di laboratorium (Agus
et.al,2008).
Pengambilan
contoh tanah dapat dilakukan dengan 2 teknik dasar yaitu pengambilan contoh
tanah secara utuh/tak terusik dan pengambilan contoh tanah tak utuh atau
terusik (Agus et.al,2008). Fraksinasi
adalah penganalisisan sifat-sifat fisika tanah dengan cara memisahkan
butir-butir primer tanah tersebut.
Menurut
JACOBS JOFFE, 1949, seorang ahli tanah berkebangsaan Amerika, mengatakan tanah
adalah bangunan alam yang tersusun atas horison-horison yang terdiri atas
bahan-bahan mineral dan organik, biasanya tidak padu (unconsolidated) mempunyai
tebal yang tidak sama dan berbeda dengan bahan induk yang ada di bawahnya dalam
hal morfologi, sifat, dan susunan fisik maupun kimia serta laksana-laksana
biologi (Bale, Anwar)
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang dinyatakan
sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand)
(berdiameter 2,00-0,20 mm), debu (silt) (berdiameter 0,2-0,002 mm), dan liat
(clay). Terasa kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket, serta tidak bisa
membentuk gulungan atau lempengan kontinyu, berarti tanah bertekstur pasiran.
Jika partikel tanah terasa halus, lengket, dan dapat dibuat gulungan atau
lempengan kontinyu, berarti tanah bertekstur liat. Tanah bertekstur debu akan
mempunyai partike-partikel yang terasa agak halus dan licin tetapi tidak
lengket, serta gulungan atau lempengan yang terbentuk rapuh. Tanah bertekstur
lempung akan mempunyai partikel-partikel yang mempunyai rasa ketiganya secara
proporsional (Ali, Kemas, 2005).
Warna tanah
yang sering kita jumpai adalah warna kuning, merah, coklat, putih, dan hitam. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas
warna tanah adalah, sebagai berikut :
Kadar lengas dan tingkat
hidratasi
Kadar bahan organik
Kadar dan mutu mineral
(Mulyani,
Mul, 2002).
Struktur tanah adalah susunan
ikatan partikel-partikel satu dengan yang lain. Ikatan partikel/zarah itu
berwujud atau dinamakan agregat.
Penggolongan
tipe sruktur :
1. Tipe
lempung: mempunyai horizontal lebih panjang daripada vertikalnya.
2. Tipe
tiang: ukuran agregat vertikal lebih panjang daripada horizontal.
3. Tipe
gumpal: ukuran agregat vertikal dan horizontal sama panjangnya.
4. Tipe
remah: agregatnya berbentuk butir-butir yang saling mengikat seperti irisan
roti.
5. Tipe
granuler: berbentuk butir-butir yang lepas-lepas, antara butir satu dengan yang
lainnya tidak ada ikatan.
6. Tipe
berbutir tunggal: tanah tidak membentuk agregat tanah, berbutir tunggal.
7. Tipe
pejal: merupakan kesatuan ikatan partikel-partikel yang mampat.
(Bale,
Anwar).
Ada beberapa macam definisi tanah,
menurut Joffe dan Marbut ( ahli ilmu tanah dari USA ), tanah adalah tubuh alam
(natural body) yang terbentuk dan berkembang sebagai akibat bekerjanya
gaya-gaya alam atau natural forces terhadap bahan-bahan alam (natural material)
dipermukaan bumi. Tanah tersusun atas :
bahan mineral, udara dan air tanah. Susunan utama tanah berdasarkan volume dari
jenis tanah dengan tekstur berlempung, berdebu dengan catatan tanaman dapat
tumbuh dengan baik yaitu udara 25 %, air 25 %, mineral 45 % dan bahan organik 5
%.
Horison adalah lapisan-lapisan tanah
yang terbentuk karena hasil dari proses pembentukkan tanah. Horison-horison
yang menyusun profil tanah dari atas ke bawah adalah :
a.
Horison O
Horison ini diketemukan pada tanah di dalam hutan yang
belum terganggu dan merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan
mineral. Horison ini terdiri dari horison O1 yang mana bentuk asli sisa-sisa
tanaman masih dapat dibedakan dengan jelas dan O2 dimana sisa-sisa tanaman
tidak dapat dibedakan dengan jelas.
b. Horison A
Horison A nerupakan horison yang berada di permukaan
tanah yang terdiri atas campuran antara bahan organik dan bahan mineral dan
merupakan horison pencucian atau eliviasi dari bahan-bahan seperti liat,
asam-asam organik serta kation-kation terutama Ca, K, Na dan Mg.
c.
Horison C
Horison ini merupakan lapisan bahan induk tanah yang
telah mengalami pelapukan. Proses pelapukkan yang terjadi pada horison ini baru
pada tahap pelapukan fisik dan belum mengalami perubahan secara kimiawi.
Pengaruh mahluk hidup belum mencapai horison ini.
d.
Horison D atau R
Horison merupakan sumber bahan penyusun tanah yang
sangat menentukan sifat-sifat tanah yang terbentuk. Tanah yang berkembang
dengan berbagai proses tersebut memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda.
Perbedaan itu meliputi : perbedaan sifat profil tanah seperti dan susunan
horison, kedalaman solum tanah, kandungan bahan-bahan organik dan liat,
Kandungan air dan sebagainya.
Batas suatu
horison dengan horison lain dalam suatu profil tanah dapat dilihat dengan jelas
atau baur. Disamping itu bentuk topografi dan batas horison dapat rata,
berombak. Tidak teratur dan terputus. Warna tanah merupakan petunjuk untuk
beberapa sifat tanah, penyebab perbedaan warna pada umumnya karena perbedaan
kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah
akan semakin gelap, warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna baku dalam
buku “Munsell Soil Color Chart” dalam warna baku disusun oleh 3 variabel yaitu
Hue, Value dan Chroma.
Tekstur tanah menunjukkan kasar
halusnya tanah. Berdasarkan perbandingan butir pasir, debu dan liat maka tanah
dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas tekstur yaitu :
·
Kasar terdiri dari pasir dan pasir berlempung
·
Agak kasar terdiri dari lempung berpasir dan lempung
berpasir halus.
·
Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung,
lempung bedebu dan debu
·
Agak halus : lempung liat, lempung liat berpasir, dan
lempung liat berdebu.
·
Halus : liat berpasir, liat berdebu dan liat.
Untuk mengukur baisanya digunakan
segitiga tekstur tanah. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir
tanah. Gumpalan struktur terjadi karena butir-butir pasir pasir, debu dan liat
terikat satu sama lain oleh perekat seperti bahan organik, oksidasi dan
lain-lain. Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir tanah atau
daya adhesi butir tanah dengan benda lain.
Bulk density, menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori tanah, dinyatakan dalam gram/cm3. Pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Terbagi atas pori makro dan mikro. Cole merupakan sifat mengembang ( bila basah ) dan mengerut ( bila kering ). Nilai-Nematoda merupakan nilai untuk menunjukkan tingkat kematangan tanah. Sifat – sifat lain dari tanah yaitu keadaan batuan pada ( pan ), kedalaman efektif dan lereng.
Bulk density, menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori tanah, dinyatakan dalam gram/cm3. Pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Terbagi atas pori makro dan mikro. Cole merupakan sifat mengembang ( bila basah ) dan mengerut ( bila kering ). Nilai-Nematoda merupakan nilai untuk menunjukkan tingkat kematangan tanah. Sifat – sifat lain dari tanah yaitu keadaan batuan pada ( pan ), kedalaman efektif dan lereng.
Menurut Hanafiah (2007)
bahwa koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang menunjukkan potensi
ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari :
a. Jenuh
atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah terisi
oleh air.
b. Kapasitas
lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai
menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih besar dari
gaya gravitasi.
c. Koefisien
layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah
lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas, dan mempertahankan
turgornya.
d. Koefisien
Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat oleh gaya
matrik tanah.
Kemampuan tanah menahan
air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar
mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh
karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah
kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan
air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan
air dalam tanah dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan
tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah
dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik tanah,
senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau
lapisan tanah (Madjid, 2010).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai
air yang terikat antara kapasitas lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang
diperlukan untuk tanaman juga bergantung pada pertumbuhan tanaman dan
beberapa bagian profil tanah yang dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi
untuk kebanyakan mendekati titik layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang
begitu cepat, dapat mempertahankan pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk
menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah ditunjukkan dengan baik
(Buckman and Brady, 1982).
Kadar air dalam tanah Alfisol dapat
dinyatakan dalam persen volume yaitu persen volume air terhadap volume tanah.
Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang
ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah tertentu. Cara penetapan
kadar air tanah dapat digolongkan dengan beberapa cara penetapan kadar air
tanah dengan gravimetrik, tegangan atau hisapan, hambatan listrik dan pembauran
neutron. Daya pengikat butir-butir tanah Alfisol terhadap air adalah
besar dan dapat menandingi kekuatan tanaman yang tingkat tinggi dengan baik
begitupun pada tanah Inceptisol dan Vertisol, karena itu tidak semua air tanah
dapat diamati dan ditanami oleh tumbuhan (Hardjowigeno, S., 1993).
Volume seluruh pori-pori dalam suatu volume tanah utuh
disebut ruang pori total dimana dinyatakan dalam %. Kesukaran biasa timbul
dalam mendapatkan berat jenis butiran karena ini merupakan fungsi dari perbandingan
antara komponen dan bahan organik tanah. Berat jenis butiran untuk tanah
mineral diambil rata-rata 2,65, sedangkan untuk tanah organik diambil rata-rata
1,45 (Lembar Modul).
Untuk dapat mengetahui
permeabilitas secara kuantitatif dalam keadaan jenuh dilakukan dengan mengikuti
cara yang dikemukakan oleh De Boodt (1967) berdasarkan hukum Darcy, dimana K =
Q/t x Tr/h x 1/A (Lembar Modul).
III.
METODE PRAKTEK
3.2
Alat
dan Bahan
Alat - alat yang
digunakan pada saat praktikum dilapangan adalah, Karung, Cangkul, Skop, Parang,
Linggis, Pita ukur, Ring, Alat tulis - menulis, Cutter, Palu - palu dan Alat
dokumentasi.
Bahan - bahan yang yang
digunakan pada saat praktikum dilapangan adalah, Plastik gula 1 pak ukuran 1 Kg
dan Karet gelang.
Alat dan bahan yang
digunakan pada saat praktikum di Laboratorium, sebagai berikut :
v pH
tanah
Alat yang digunakan adalah lumpang takar (penggerus)
dan alu.
Bahan
yang digunakan adalah Kertas, Sampel tanah, Aqua plastik dan Kertas Lakmus.
v Kadar
air tanah
Alat yang digunakan
adalah Neraca analitik, cawan alumunium atau petridish, oven listrik yang
memiliki kemampuan suhu 1100 c.
Bahan yang digunakan
adalah Sampel tanah.
v Bulk
Density (BD)
Alat yang digunakan
adalah Tabung (ring sampel), neraca analitik, oven listrik yang memiliki
kemampuan suhu 1050C penjepit, wadah/cawan, kaliper.
Bahan yang digunakan
adalah Sampel tanah.
v Porositas
tanah
Alat yang digunakan
adalah Tabung (ring sampel).
Bahan yang digunakan adalah sampel
tanah.
3.3
Cara
Kerja
Prosedur di lapangan :
1. Membuat
lubang ukuran 1 x 1 m pada kedalaman 1 m.
2. Menganmbil
sampel tanah top soil dan sob soil menggunakan ring.
3. Untuk
mengambil tanah, pertama-tama mengukur ke dalaman untuk top soil dan kedua
untuk sub soil.
4. Selanjutnya
disimpan didalam kantong plastik dan diberi label.
Prosedur di
laboratorium :
· Mencari
pH tanah untuk sob soil
1. Tanah
dimasukan kedalam wadah (lumpang takar) untuk dihaluskan dan dirumbuk hingga
halus.
2. Kemudian
mengambil kertas (dengan berat = 0,049 gram) untuk dijadikan wadah dengan
melalui proses penimbangan terlebih dahulu.
3. Sub
soil yang telah halus diletakan diatas kertas (dengan berat 5 gram, setelah
ditambahkan dengan berat kertas sebesar = 5,49 gram).
4. Setelah
ditimbang, dimasukan kedalam wadah plastik kemudian dicampurkan dengan air
sesuai banyaknya pasir.
5. Mengaduk
air dan tanah hingga tanahnya tercampur atau selama 10 menit.
6. Setelah
itu, didiamkan hingga tanahnya mengendap.
7. Kemudian
memasukan kertas lakmus kedalam wadah tersebut. Untuk mengukur pH tanahnya
hingga tercelup secara keseluruhan dan warnanya berubah atau selama 1 menit.
8. Maka
diketahui :
pH tanah sub soil = 6
Berarti indikasi
tanahnya adalah Basa.
· Mencari
pH tanah untuk top soil
1. Tanah
di letakan pada wadah (lumpang takar) untuk ditumbuk hingga halus.
2. Kemudian
mengtambil kertas (dengan berat = 0,49 gram) untuk dijadikan wadah, melalui
proses penimbangan terlebih dahulu.
3. Top
soil yang sudah halus tadi diletakan diatas (dengan berat kertas dengan berat 5
gram, setelah ditambahkan dengan berat kertas sebesar = 5,49 gram).
4. Setelah
ditimbang, kemudian memasukannya kedalam plastik , lalu mencampurkannya dengan
air sesuai banyaknya pasir.
5. Mengaduk
hingga air dan tanahnya terampur atau selama 10 menit.
6. Setelah
itu, didiamkan hingga tanahnya mengendap.
7. Kemudian
memasukan kertas lakmus kedalam wadah tersebut untuk mengukur pH tanahnya
hingga tercelup secara keseluruhan dan warnanya berubah, atau selama 1 menit.
8. Maka
diketahui :
pH tanah top soil = 7
Berarti indikasi
tanahnya adalah netral.
· Mencari
Kadar Air tanah (KA) untuk top soil
1. Mengambil
contoh tanah tidak utuh (sampel tanah) sebanyak 54 gram untuk ditimbang dengan
cawan.
2. Menimbang
contoh tanah beserta wadahnya untuk mendapatkan nilai berat basah dan berat
cawan (BB+B kl)
3. Memasukan
contoh tanah beserta wadahnya kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 1050
c.
4. Setelah
di oven selama 24 jam, kemudian mengambil contoh tanah tersebut beserta
wadahnya untuk ditimbang dan untuk mendapatkan nilai dari (BB+B kl).
5. Menimbang
wadah bersihnya untuk mendapatkan nilai Bkl.
6. Melakukan
perhitungan penetapan kadar air tanah berdasarkan persen berat.
Dengan rumus :
(Bb+Bkl) – (Bk+Bkl)

(Bk + Bkl)
Keterangan
:
Ka
= Kadar air tanah (%)
Bb
= Berat tanah basah dan wadah (g)
Bk
= Berat tanah kering dan wadah (g)
Bkl
= Berat kaleng atau wadah (g)
·
Mencari Kadar Air tanah (KA) untuk sub
soil
1.
Mengambil contoh tanah tidak utuh
(sampel tanah) sebanyak 5 gram untuk ditimbang dengan cawan.
2.
Menimbang contoh tanah beserta wadahnya
untuk mendapatkan nilai berat basah dan berat dan berat cawan (BB + Bkl).
3.
Memasukan contoh tranh beserta wadahnya
kedalam oven selama 24 jam dengan suhu 1050 c.
4.
Setelah di oven selam 24 jam, kemudian
mengambil cotoh tanah tersebut beserta wadahnya untuk ditimbang dan untuk mendapatkan
nilai (Bk + Bkl).
5.
Menimbang wadah bersihnya untuk
mendapatkan nilai Bkl.
6.
Melakukan perhitungan penetapan kadar
air tanah berdasarkan persen berat.
Dengan
rumus :
(Bb + Bkl) – (Bk +Bkl )

(Bk + Bkl ) – Bkl
·
Mencari Bulk Density (BD) untuk sub soil
1.
Mengambil contoh tanah utuh dari
lapangan dengan menggunakan ring sampel.
2.
Meratakan ujung atas-bawah ring (tabung)
sehingga didapatkan permukaan tanah yang benar-benar rata dengan permukaan
ujung tabung.
3.
Meletakkan contoh tanah basah ke dalam
cawan dan selanjutnya memasukkan ke dalam oven.
4.
Memanaskan contoh tanah selama 24 jam dengan suhu 1050C.
5.
Mengeluarkan contoh tanah secara
hati-hati dan mendiamkan contoh tanah agar suhunya stabil hingga dingin.
6.
Menimbang contoh tanah dengan wadahnya
dengan menggunakan neraca analitik hingga mendapatkan nilai (Bk + Bkl)
7.
Membersihkan contoh tanah dari dalam
tabung/ring dan selanjutnya ditimbang bersih dan didapatkan nilai Bkl (Berat
tabung + cawan)
8.
Menetapkan Bulk Density berdasarkan
rumus :
(Bk +Bkl ) – Bkl ring

V ring
Keterangan :
BD = Bulk
Density tanah (g/cm3)
Bk = Berat tanah kering oven (gr)
Bkl = Berat
tabung dan cawan (g)
V = Volume tabung (cm3)
·
Mencari Ruang Porositas Tanah (RPT)
1.
Contoh tanah diambil dari lapangan
dengan menggunakan ring sampel.
2.
Mencari nilai BD dengan rumus mencari
Bulk Density
3.
Mengambil berat jenis butiran untuk
tanah mineral, diambil dengan rata-rata 2,65.
4.
Mencari ruang pori tanah dengan rumus :

Keterangan :
RPT = Ruang
Porositas Tanah (%)
BD = Bulk Density (g/cm3)
·
Mencari Permeabilitas tanah
1.
Mempersiapkan alat penetapan
permeabilitas yang akan digunakan.
2.
Menyiapkan stopwatch/penghitung waktu
untuk menghitung nilai “Q”.
3.
Menghitung kecepatan dan jumlah pengukuran
(Q total) dalam waktu 1 jam, dengan pembagian waktu, Q 15 menit, Q 30 menit, Q
45 menit, dan Q 60 menit.
4.
Menyiapkan air sebanyak 10-15 liter.
5.
Setelah itu, lepas pentup selang untuk
mengalirkan air dan langsung menghitung waktunya dengan stopwatch.
6.
Mengambil rata-rata dari pengukuran
tadi.
7.
Menghitung nilai permeabilitas tanah,
dengan rumus :
K
=

Keterangan
:
K
= Permeabilitas (cm/jam)
Q
= Banyak air yang mengalir setiap pengukuran (ml)
t = Waktu pengukuran (jam)
Tr
= Tinggi ring = 6,5 (cm)
h
= 6,2
A
= Luas permukaan contoh tanah (cm2) =
. r2

IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Dari
pengamatan di lapangan yang telah dilakukan maka didapatkan hasil, sebagai
berikut :
1.
Pengambilan sampel kesuburan tanah,
kelompok 5 bagian arah Tenggara, untuk lapisan top soil = 0 – 15 cm dan untuk
lapisan sub soil = 15 – 30 cm.
2.
Pengambilan sampel tanah dengan ukuran 1
x 1 m, ke dalaman 92 cm adalah, sebagai
berikut:
· Tabel Pengambilan Data
Tabel 1. Tabel Pengambilan Data
No.
lapangan
|
P1 / KHT A
|
…………………
|
…………………
|
…………………
|
||||||||||||
Simbol
lapisan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||||||||||
Dalam
lapisan (CM)
|
32 cm
|
9 cm
|
28 cm
|
31 cm
|
||||||||||||
Batas
Lapisan
|
a
|
c
|
g
|
d
|
a
|
c
|
g
|
d
|
a
|
c
|
g
|
d
|
a
|
c
|
g
|
d
|
Batas
topografi
|
b
|
s
|
w
|
i
|
b
|
s
|
w
|
i
|
b
|
s
|
w
|
i
|
b
|
s
|
w
|
i
|
Warna
|
Kuning kecoklatan
|
sangat coklat
|
kuning kecoklatan
|
kuning kecoklatan
|
||||||||||||
Tekstur
|
gr
|
gr
|
gr
|
gr
|
||||||||||||
s
|
cl
|
1
|
s
|
cl
|
1
|
s
|
cl
|
1
|
s
|
cl
|
1
|
|||||
si
|
si
|
si
|
si
|
|||||||||||||
Struktur
|
0
|
0
|
0
|
0
|
||||||||||||
VF
|
p
|
VF
|
p
|
VF
|
p
|
VF
|
p
|
|||||||||
cp
|
cp
|
cp
|
cp
|
|||||||||||||
1
|
F
|
ab
|
1
|
F
|
ab
|
1
|
F
|
ab
|
1
|
F
|
ab
|
|||||
b
|
b
|
b
|
b
|
|||||||||||||
2
|
M
|
sb
|
2
|
M
|
sb
|
2
|
M
|
sb
|
2
|
M
|
sb
|
|||||
g
|
g
|
g
|
g
|
|||||||||||||
C
|
cr
|
C
|
cr
|
C
|
cr
|
C
|
cr
|
|||||||||
3
|
1
|
3
|
1
|
3
|
1
|
3
|
1
|
|||||||||
VC
|
m
|
VC
|
m
|
VC
|
m
|
VC
|
m
|
|||||||||
Konsistensi
|
B
|
L
|
K
|
B
|
L
|
K
|
B
|
L
|
K
|
B
|
L
|
K
|
||||
so
|
1
|
1
|
so
|
1
|
1
|
so
|
1
|
1
|
so
|
1
|
1
|
|||||
ss
|
vf
|
s
|
ss
|
vf
|
s
|
ss
|
vf
|
s
|
ss
|
vf
|
s
|
|||||
s
|
f
|
sh
|
s
|
f
|
sh
|
s
|
f
|
sh
|
s
|
f
|
sh
|
|||||
vs
|
t
|
h
|
vs
|
t
|
h
|
vs
|
t
|
h
|
vs
|
t
|
h
|
|||||
p
|
vt
|
vh
|
p
|
vt
|
vh
|
p
|
vt
|
vh
|
p
|
vt
|
vh
|
|||||
po
|
et
|
eh
|
po
|
et
|
eh
|
po
|
et
|
eh
|
po
|
et
|
eh
|
|||||
ps
|
ps
|
ps
|
ps
|
|||||||||||||
vp
|
vp
|
vp
|
vp
|
|||||||||||||
Karatan
|
sd
|
bi
|
ba
|
sd
|
bi
|
ba
|
sd
|
bi
|
ba
|
sd
|
bi
|
ba
|
||||
jumlah
|
||||||||||||||||
Ukuran
|
k
|
s
|
b
|
k
|
s
|
b
|
k
|
s
|
b
|
k
|
s
|
b
|
||||
Bandingan
|
b
|
j
|
n
|
b
|
j
|
n
|
b
|
j
|
n
|
b
|
j
|
n
|
||||
Batas
|
j
|
s
|
K
|
j
|
s
|
K
|
j
|
s
|
K
|
j
|
s
|
K
|
||||
Bentuk
|
bi
|
bs
|
li
|
bi
|
bs
|
li
|
bi
|
bs
|
li
|
bi
|
bs
|
li
|
||||
ap
|
pi
|
ap
|
pi
|
ap
|
pi
|
ap
|
pi
|
|||||||||
Perakaran
|
vf
|
x
|
vf
|
x
|
vf
|
x
|
vf
|
x
|
||||||||
f
|
f
|
f
|
f
|
f
|
f
|
f
|
f
|
|||||||||
m
|
c
|
m
|
c
|
m
|
c
|
m
|
c
|
|||||||||
c
|
m
|
c
|
m
|
c
|
m
|
c
|
m
|
|||||||||
vm
|
vm
|
vm
|
vm
|
Keterangan
:
·
Untuk Jarak
Lapisan
1 = 32 cm
Lapisan
2 = 9 cm
Lapisan
3 = 28 cm
Lapisan
4 = 31 cm
·
Untuk Batas Lapisan
Lapisan
1 = sangat jelas,
nyata (abrupt), lebar peralihan lapisan
< 2 cm, simbol (a)
Lapisan
2 = jelas (clear),
lebar peralihan
lapisan 2cm-5cm, simbol (c)
Lapisan
3= kabur, baur (defFuse), lebar
peralihan lapisan > 12 cm, simbol (d)
Lapisan
4 = kabur, baur
(defFuse), lebar peralihan lapisan > 12 cm, simbol (g)
·
Untuk Batas Topografi
Lapisan
1 = berombak (wavy),
simbol (w)
Lapisan
2 = patah, terputus
(broken),
simbol (b)
Lapisan
3 = tidak teratur
(ireguler), simbol (l)
Lapisan
4 = berombak (wavy)
(w)
·
Untuk Warna
Lapisan
1 = Kuning kecokelatan
Lapisan
2 = Sangat cokelat
Lapisan
3 = Kuning kecokelatan
Lapisan
4 = Kuning kecokelatan
·
Untuk Tekstur
Lapisan
1 sampai lapisan 2 semua tekstur tanahnya Pasir (Sund), simbol (s).
·
Untuk Struktur
Lapisan
1 = Kuat, telah
membuat Ped yang tahan lama, jika di pecah agak terasa ada tahanan yang di
bedakan atas kuat dan cukup kuat
F : Halus (find)
ab= Gumpal
bersudut (Angular blocky)
Lapisan
2 = Sedang, sudah
berbentuk ped dan jelas, masi dapat pecahkan
F : Halus (find)
ab= Gumpal
bersudut (Angular blocky)
Lapisan
3 = Sedang, sudah
berbentuk ped dan jelas, masi dapat pecahkan
M : Sedang ( medium)
ab= Gumpal
bersudut (Angular blocky)
Lapisan 4 = f : Halus
(find)
cr = Remah
(crumb)
·
Untuk Konsistensi
Lapisan
1 = L = lembab
F
= gembur (Frible), jika dipijat kuat
baru hancur
Lapisan 2 = L =
lembab
Vf= sangat gembur (very friable) jika di pijat
muda hancur.
Lapisan 3 = L =
lembab
F
= gembur (Frible), jika dipijat kuat
baru hancur
Lapisan 4 = L = lembab
i
= Lepas (loost), tak ada adhesi
butir-butir tanah.
Dari pengamatan di laboratorium
yang telah dilakukan maka didapatkan hasil, sebagai berikut :
·
Mencari pH tanah
-
Sub soil = pH 6, berarti Basa
-
Top soil = pH 7, berarti Netral
·
Mencari Kadar Air tanah (KA)
-
Top
soil
Diketahui : BB =
4,51 gr
Bkl = 14,74 gr
BB + Bkl = 19,25 gr
Bk + Bkl = 18,17 gr
Ditanya
: Kadar Air tanah (KA) ?
Dijawab :
(Bb + Bkl) – (Bk +Bkl )

(Bk + Bkl ) – Bkl
19, 25 – 18,17

18,17 – 14,74
1,08

3,43
Ka = 31,5 %
-
Sub
soil
Diketahui : BB =
4,51 gr
Bkl = 14,21 gr
BB + Bkl = 18,72 gr
Bk + Bkl = 18,17 gr
Ditanya
: Kadar Air tanah (KA) ?
Dijawab
:
Bb + Bkl) – (Bk +Bkl )

(Bk + Bkl ) – Bkl
18,72 – 18,17

18,17 – 14,21
0,55

3,96
Ka = 13, 89 %
·
Mencari Bulk Density (BD) untuk Sub soil
Diketahui :
Bkl ring = 198,80 gr
Bk + Bkl = 399,60 gr
BB + Bkl = 420,12 gr
V
ring =
t

=
3,14
. 5,9

=
135,05
Ditanya : Bulk
Density (BD) ?
Dijawab :
(Bk +Bkl ) – Bkl ring

V ring
399,60 – 198,80

135,
05
200,8

135,05
BD = 1, 49 gr/cm3
·
Mencari Porositas tanah
Diketahui
: BD = 1, 49 gr/cm3
Berat jenis butiran rata-rata = 2,65
Ditanya :
Ruang Porositas Tanah (RPT) ?
Dijawab :





·
Mencari Permeabilitas tanah
Diketahui : Q 15
menit = 40 ml
Q
30 menit = 38 ml
Q
45 menit = 51 ml

Q total =
174 ml
t
= 1 jam
T
ring = 5,7
h
= 6,2
A
=
. r2 = 3,14 . 7,2 = 22,89

Ditanya
: Permeabilitas tanah (K) ?
Dijawab
:
K =

K =

K = 174 x 0,92 x 0,046
K = 7,36 cm/jam
Ket : Klasifikasi permeabilitas tanah
menurut Uhland dan O’Neal (1951), adalah termasuk kelas “agak cepat”.
4.2
Pembahasan
Pada
pembahasan ini, dapat diuraikan dari hasil praktikum yang telah dilakukan bahwa
tanaman atau tumbuhan yang hidup diatasnya kebanyakan Jati Emas Super (Tectona grandis L.f). Lapisan yang ditemukan
pada praktikum ini ada 4 yaitu lapisan 1 (horison O), lapisan 2 (horison A),
lapisan 3 (horison E), dan lapisan 4 (horison B). Pembahasan masing-masing horison adalah sebagai berikut :
· Lapisan 1 (
0 - 32 cm ). Merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan
organik dan bahan mineral. Horison ini memiliki kedalaman 0-32 cm yang terletak
atau batas horison atas dan dengan batas lapisan yang jelas. Warna tanah yang
ditemukan pada horison ini adalah kuning kecokelatan artinya kandungan bahan
organiknya sedikit. Pada tanah ini drainasenya tidak begitu baik. Tekstur tanah
adalah pasir dimana rasa sangat kasar, tidak melekat dan tidak dapat dibentuk
bola atau gulungan. Struktur tanahnya : gumpal bersudut, seperti kubus dengan
sudut-sudut tajam. Konsistensi tanah pada horison ini bersifat gembur, dimana
kandungan air mendekati kapasitas lapang, dengan batasan horizon yang jelas
bergelombang.
· Lapisan 2 (32-42
cm). Merupakan horizon dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan
organik dan mineral. Horison ini memiliki kedalaman 32-43 cm yang terletak atau
batas horison atas dan dengan batas lapisan yang halus. Warna tanah yang
ditemukan pada horison ini adalah sangat cokelat artinya kandungan bahan
organiknya sangat tinggi. Tekstur tanah adalah pasir. Struktur tanahnya : gumpal
bersudut, seperti kubus dengan sudut-sudut tajam. Konsistensi tanah pada
horison ini bersifat sangat gembur, dimana kandungan air mendekati kapasitas
lapang, dengan batasan horizon yang terputus.
· Lapisan 3
(43-71 cm). Merupakan horison iluviasi dari bahan yang tercuci diatasnya (
liat, debu, Fe, Al, bahan organik ). Horison ini memiliki kedalaman 43-71 cm
yang terletak atau batas horison tengah dan dengan batas lapisan yang kasar
berwarna cokelat. Warna tanah yang ditemukan pada horison ini adalah kuning
kecokelatan artinya kandungan bahan organiknya rendah. Tekstur tanah adalah pasir.
Struktur tanahnya : medium. Konsistensi tanah pada horison ini bersifat gembur,
dimana kandungan air mendekati kapasitas lapang, dengan batasan horizon yang tidak
teratur.
· Lapisan 4
(71-92 cm). Horison ini memiliki kedalaman 71-92 cm yang terletak atau batas
horison tengah dan dengan batas lapisan yang berpasir. Warna tanah yang
ditemukan pada horison ini adalah kuning kecokelatan artinya kandungan bahan
organiknya rendah. Tekstur tanah adalah pasir. Struktur tanahnya : remah fain
yang artinya bulat sangat poros. Konsistensi tanah pada horison ini bersifat lunak,
yang gumpalan tanahnya mudah hancur bila diremas dimana tanah dalam keadaan
kering angin, dengan batasan horizon yang bergelombang.
Setelah dilakukan pengamatan pada lapisan-lapisan
tanah, dilakukan lagi pengamatan dan perhitungan pada pH tanah, Kadar air
tanah, Bulk density, Porositas tanah dan permeabilitas tanah, maka diperoleh
perbandingan perhitungan untuk lapisan Topsoil dan Subsoil pada masing-masing
pengamatan.
Yang pertama pada pengamatan pH tanah , untuk topsoil diperoleh pHnya = 7, berarti tanah untuk topsoil tersebut bersifat netral dan untuk subsoil diperoleh pHnya= 6, berarti tanah untuk subsoil tersebut bersifat basa.
Yang pertama pada pengamatan pH tanah , untuk topsoil diperoleh pHnya = 7, berarti tanah untuk topsoil tersebut bersifat netral dan untuk subsoil diperoleh pHnya= 6, berarti tanah untuk subsoil tersebut bersifat basa.
Kemudian yang kedua pada pengamatan kadar
air tanah (Ka) diperoleh perbandingan perhitungan, untuk lapisan topsoil adalah
Ka = 31,5 % dan untuk lapisan subsoil adalah Ka = 13,9%. Penetapan kadar air
tanah dilakukan dengan metode gravimetrik, menggunakan perbandingan diantar
berat air dengan berat tanah. Kandungan air tanah ditetapkan dengan cara
menimbang sejumlah sampel tanah dalam botol timbang dengan berat tertentu. Lalu
disimpan atau dilakukan pengeringan dalam oven pada suhu 100 - 110 o C
sampai beratnya tetap, selama 24 jam. Kemudian sampel tanah tersebut ditimbang
kembali (berat kering).
Kemudian yang ketiga pada pengamatan
bulk density (BD) diperoleh perbandingan perhitungan, untuk lapisan subsoil
adalah BD = 1,5 gr/cm3. Tanah dengan vegetasi hutan yang kaya akan
kandungan bahan organik cenderung mempunyai tingkat kepadatan tanah yang rendah
dengan nilai bulk density yang rendah. Bulk density adalah berat suatu volume
tanah dalam keadaan utuh. Bulk density pada tanah-tanah berpasir bisa sebesar
1,6 gr/cm3, sedangkan pada tanah agregat lempung dan tanah liat,
bulk density bisa lebih rendah mencapai 1,1 gr/cm3. Bulk density merupakan petunjuk kepadatan tanah.
Makin padat suatu tanah makin tinggi Bulk density berarti makin sulit
meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya Bulk density kurang
dari 0,85.
Kemudian yang keempat pada
pengamatan ruang porositas tanah (RPT) diperoleh perbandingan perhitungan,
adalah RPT = 43,8 %. Porositas tanah
adalah kemampuan tanah dalam menyerap air. Porositas tanah erat
kaitanya dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk Density). Semakin padat
tanah berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin
kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut memiliki
porositas yang besar. Lalu apa keuntungan kita mengetahui porositas suatu
tanah? Tinggi rendahnya porositas suatu tanah ini sangat berguna dalam
menentukan tanaman yang cocok untuk tanah tersebut.Bila suatu tanah dengan
porositas rendah dalam artian sulit menyerap air, maka bila kita menanam tanaman
yang tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan merusak.
Kemudian yang kelima pada pengamatan
permeabilitas tanah (K) diperoleh perbandingan perhitungan, adalah K = 7,4
cm/jam. Permeabilitas secara kuantitatif diartikan sebagai kecepatan
bergeraknya suatu cairan pada media yang berpori dalam keadaan jenuh. Permeabilitas adalah tanah yang dapat menunjukkan
kemampuan tanah meloloskan air. Tanah dengan permeabilitas tinggi dapat
menaikkan laju infiltrasi sehingga menurunkan laju air larian. Pada ilmu tanah,
permeabilitas didefenisikan secara kualitatif sebagai pengurangan gas-gas,
cairan-cairan atau penetrasi akar tanaman atau lewat.
V.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan diatas
adalah profil tanah disusun oleh lapisan-lapisan tanah atau lebih dikenal
dengan horison-horison. Dimana untuk lapisan top soilnya bersifat netral dan
sub soilnya bersifat basa. Kadar air yang dimiliki lapisan top soil adalah 31,5
% dan sub soil adalah 13,9 %. Pada bulk density sub soilnya memiliki nilai 1,5
gr/cm3 dan ruang pori tanahnya bernilai 43,8 %. Dan untuk
permeabilitas tanah memperoleh nilai 7,4
cm/jam.
5.2
Saran
Praktikum Ilmu Tanah dan Evaluasi Lahan
Hutan ini membutuhkan pemahaman teori yang cukup baik agar dalam pelaksanaannya
tidak terjadi kebingungan dan meminimalisir kesalahan yang terjadi. Setelah
kita mampu memahami teori tersebut, baru kita mencoba mempraktekkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Kemas . 2005 . Dasar-dasar Ilmu
Tanah . PT Raja Grafindo Persada . Jakarta .
Bale, Anwar . Ilmu Tanah Hutan Program Diploma III . Fakultas Kehutanan UGM .
Yogyakarta.
Harejowigeno,
Sarwono. 1995. Ilmu Tanah. Cv.
Akademika Pressindo. Jakarta
Hanafiah, K., A. 2007. Dasar-Dasar
ILmu Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.
Hardjowigeno. S., 1993. Ilmu
Tanah. Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
Mulyani, Mul . 2002 . Pengantar Ilmu
Tanah (Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian) . Rineka Cipta . Jakarta .
. . . ., 2013. Lembar Modul :
Penuntun Praktikum Ilmu Tanah. Fakultas Kehutanan UNTAD. Palu
Diakses pada tanggal 09 Januari 2013
Diakses pada tanggal 09 Januari 2013
http://nabilussalam.wordpress.com/2011/04/07/permeabilitas-tanah/
Diakses pada tanggal 09 Januari 2013
makasih atas infonya salam rimbawan.
BalasHapusIya sama2. Smga bermanfaat.
Hapusmakasih atas infonya salam rimbawan.
BalasHapus