Kamis, 16 Januari 2014

Laporan Lengkap Praktikum Silvikultur-Me and Friend's



                                                                                                                                                I.            PENDAHULUAN
1.1                   Latar Belakang
Hutan bukan hanya merupakan sekumpulan individu, tetapi merupakan suatu masyarakat tumbuhan yang kompleks, yang terdiri dari selain pohon, semak, tumbuhan basah, jasad renik tanah dan hewan lainnya. Mereka satu sama lain terikat dalam hubungan ketergantungan.
Untuk dapat dikategorikan sebagai hutan sekelompok pohon-pohon harus mempunyai tajuk-tajuk yang cukup rapat sehingga merangsang pemangkasan secara alami dengan cara menaungi ranting dan dahan bagian bawah dan menghasilkan tumpukan bahan organik atau serasah yang sudah terurai maupun belum. Diatas tanah mineral terdapat unsur-unsur lain yang berasosiasi antara lain tumbuhan yang lebih kecil dan berbagai bentuk kehidupan fauna.
Silvikultur merupakan metode penggarapan hutan berdasarkan silviks dengan mempertimbangkan faktor ekonomi. Dalam kehutanan praktek silvikultur berkenaan dengan aspek sosial dan aspek biologi secara bersama-sama. Secara implisit pengelolaan hutan bertujuan untuk membuat hutan berguna secara sosial atau berguna bagi manusia, sehingga semua manajemen untuk tujuan ekonomi tidak boleh mengabaikan aspek biologi.
Dewasa ini banyak ditemukan ekspoitasi pemanfaatan tumbuhan tanpa memperhatikan efeknya terhadap pelestarian lingkungan. Adapun eksploitasi tumbuhan tersebut dapat berupa pemanfaatan sebagian atau keseluruhan bagian tumbuhan tersebut. Apabila kondisi tersebut tetap dibiarkan maka akan berdampak negatif terhadap kelangkaan tumbuhan yang di eksploitasi secara besar-besaran bahkan kondisi terparah adalah terjadi kepunahan pada tumbuhan tersebut.
Salah satu tumbuhan yang dieksploitasi adalah tumbuhan Jati. Tumbuhan Jati (Tectona grandis L.f.) banyak dimanfaatkan untuk perabotan rumah tangga, bahan bagunan dan lain sebagainya. Adapun daunnya dapat dimanfaatkan untuk pembungkus makanan (misal ikan) karena merupakan polimer alami. Untuk mengetahui peranan tumbuhan Jati, maka perlu mengkaji tentang karakteristik tumbuhan Jati (Tectona grandis L.f.)  yang meliputi deskripsi, habitus dan klasifikasi ilmiah.
Secara morfologis, tanaman Jati memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30 – 45 m. Dengan pemangkasan, batang yang bebas cabang dapat mencapai antara 15 – 20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu kasar, berwarna kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Percabanganjauh dari batang utama. Pangkal batang berakar papan pendek dan bercabang sekitar empat.
Kayu Jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun. Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas.
Untuk penanaman Jati (Tectona grandis L.f.) dalam areal yang luas, maka sebagaimana tanaman perkebunan lainnya persyaratan ekologis mutlak diperlukan. Ini lebih pada tingkat keberhasilan penanaman Jati yang kita laksanakan.  Sebenarnya tanaman Jati (Tectona grandis L.f.) tidak memerlukan kondisi tanah dengan topografi yang terlalu menuntut, tetapi akan lebih baik apabila tanah pada kisaran kemiringan lereng dari datar sampai maksimum 20%. Ini juga dalam kaitan mencegah terjadinya erosi besar-besaran saat tanah diolah untuk penanaman, sehingga tanah yang memiliki kemiringan curam tidak dibenarkan untuk dibuka.
Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman Jati (Tectona grandis L.f.) adalah tanah yang memiliki tekstur lempung, lempung berpasir atau liat berpasir, meskipun untuk beberapa jenis tanah tanaman jati masih dapat tumbuh dengan baik. Tanaman jati ini sangat menyenangi tanah dengan prorositas dan drainase yang baik, dan sebaliknya akan tumbuh tidak baik pada tanah-tanah yang tergenang. Tanaman jati memerlukan curah hujan pada kisaran 750 – 2500 mm/tahun, meskipun untuk curah hujan > 3000 mm/tahun masih dapat tumbuh meskipun kekuatan kayu yang dihasilkan tidak terlampau baik. Suhu yang paling optimum untuk tanaman jati adalah sekitar 32 – 42 °C dengan kelembaban 60-80%.
1.2                   Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi pertumbuhan tanaman Jati emas (Tectona grandis L.f.) secara umum, serta pengukuran struktur tegakan dan mengidentifikasi jenis tanaman Jati emas (Tectona grandis L.f.).
Manfaat dari penelitian ini adalah agar mahasiswa mampu dalam melakukan proses identifikasi terhadap jenis tanaman Jati emas (Tectona grandis L.f.), dapat membahas kondisi pertumbuhan tanaman dari segi Silvikultur, dapat melakukan pengukuran terhadap struktur tegakannya dan memperoleh ilmu pengetahuan yang berguna dalam proses budidaya tanaman Jati emas (Tectona grandis L.f) sesuai kaidah silvikultur.
                                                                           II.            TINJAUAN PUSTAKA
Di bawah pengawasan kehutanan banyak ditanam pohon yang merupakan penutup tanah yang sangat berharga pada tanah kering secara berkala, bahkan pada daerah yang tak subur, kayu Jati yang sangat tahan lama sangat tepat untuk bangunan rumah dan pembuatan mebel. Daunnya oleh penduduk dipergunakan untuk bahan pembungkus. Dalam musim kemarau pohon tidak berdaun lamanya berbulan-bulan (Steniss, 2006: 350-351).
Ciri-ciri Jati menurut Hardjodarsono (1976) adalah sebagai berikut :
1.                       Bentuk pohon besar pada umur 100 tahun dengan tinggi 25-50 meter menurut bonitsit.
2.                       Batang dapat bulat dan lurus apabila tumbuh ditempat yang subur, tapi pada tanah-tanah yang kurang subur dan tegakan yang kurang rapat serta akibat dari kebakaran dan pengembalaanmempunyai kecenderungan untuk melengkung. Batang-batang yang besar biasanya menunjukkan penampang yang tidak rata.
3.                       Tajuk tidak beraturan, berbentuk bulat telur, terpasang agak rendah di tegakan-tegakan yang kurang rapat.
Menurut Sri Wahyuni dari KSB, agar Jati (Tectona grandis L.f.) umbuh optimal, pH 4,5-6, hindari penanaman jati emas (Tectona grandis L.f.)  di lahan bekas singkong, pisang, dan sawah.
Penjarangan adalah suatu tindakan pengurangan banyaknya tanaman untuk memberi ruang tumbuh bagi tanaman yang tersisa. Dalam penyemaian, biasa dilakukan penanaman secara agak berlebihan jumlah tanaman untuk mengompensasi kegagalan perkecambahan. Pada umur tertentu, dilakukan penjarangan agar kepadatan populasi mencapai tingkat yang paling optimal untuk mencapai hasil yang maksimum (Wikipedia, 2010).
Penjarangan merupakan tindakan pemeliharaan mengatur ruang tumbuh  dengan cara mengurangi kerapatan tegakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan kualitas pohon (Direktorat Jendral Pengusahaan Hutann, 1990). Menurut Kosasih (2002), penjarangan merupakan tindakan pengurangan jumlah batang per satuan luas untuk mengatur kembali ruang tumbuh pohon dalam rangka mengurangi persaingan antar pohon dan meningkatkan kesehatan pohon dalamn tegakan. Pada umumnya, untuk jenis pohon yang cepat tumbuh dilakukan penjarangan pada umur 3-4 tahun, sedangkan pada jenis yang lambat tumbuh dilakukan penjarangan pertama kali pada umur 5-10 tahun.
Penjarangan dilakukan agar tercipta fase-fase pertumbuhan secara baik yang meliputi fase semai (seedling/youngstage), fase sapihan (saplings/thickets), fase tiang (poles/pole stage), dan fase pohon (trees/timber and old timber stage). Tindakan penjarangan dilakukan pada fase tiang dan pohon dengan menebang sebagian pohon, sehingga produksi kuantitatif semata-mata diarahklan ke produksi kualitatif (Baker, 1979).
Penjarangan memiliki enam metode pokok, yaitu penjarangan rendah, penjarangan tajuk, penjarangann seleksi, penjarangan seleksi, penjarangan mekanis, penjarangan bebas (Baker, 1979), dan penjarangan jumlah batang (Manan, 1976; Darjadi dan Handjono, 1976).
Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan pohon. Pemangkasan cabang merupakan kegiatan membuang cabang bagian bawah untuk memperoleh batang bebas yang panjang dan bebas dari mata kayu (Kosasih, 2002). Selain itu, pemangkasan cabang dilakukan dengan tujuan memperkecil mata kayu dan memperbaiki kualitas bentuk kayu.
 Menurut Kosasih (2002), pemangkasan cabang hanya dilakukan terhadap hutan tanaman yang diperuntukan sebagai penghasil kayu pertukangan. Sedangkan hutamn tanaman yang diperuntukan untuk penghasil serat (pulp) dan kayu bakar tidak perlu pemangkasan cabang.
Pemangkasan cabang harus dilakukan pada musim kemarau dan dikerjakan pada waktu cabang pohon mempunyai garis tengah sekecil mungkin. Hal ini menghindari terjadinya luka terlalu besar pada kayu. Intensitas pemangkasan cabang setiap kali melakukan pemangkasan 30% dari tajuk dengan menggunakan peralatan, antara lain pisau pangkas, gunting pangkas cabang atau gergaji pangkas. Kemudian luka bekas pemangkasan sebaiknya ditutup dengan ter atau paraffin (Kosasih, 2002).
Jati emas merupakan varietas terbaru hasil bioteknologi kultur jaringan. Tanaman Jati (Tectona grandis L.f) termasuk famili Verbenacea, adalah salah satu jenis tanaman tropika yang sangat penting dengan reputasi internasional untuk sifat-sifat teknik dan dekoratifnya (http://jatiemas.wordpress.com/).
Hama tanaman Jati (Tectona grandis L.f) yang sudah diketahui dikelompokkan dalam bagian tanaman yang diserang, yaitu hama akar, hama batang, dan hama daun (Anonim, 1976).
          III.            METODE PRAKTEK
3.2         Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Silvikultur mengenai Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Jati Super (Tectona grandis L.f.) yaitu :
1. Tali Rapia
2.  Busur
3. Benang
4. Meteran Rol
5. Pita ukur
6. Mistar
7. Alat Tulis Menulis
8. Alat Dokumentasi
3.3         Cara Kerja
Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum Silvikultur  mengenai pengamatan pertumbuhan Jati Emas Super (Tectona grandis L.f.), yaitu :
1.             Buat plot berukuran 10 × 10 cm pada setiap tegakan
2.             Lakukan penggukuran tinggi pohon, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, diameter dbh dan diameter tajuk pada semua pohon yang ada dalam plot.
3.             Catatlah :
Jenis tanaman
Umur tanaman
Jarak tanam
Jumlah tanaman / plot dan jumlah tanah/ha
Kondisi pertumbuhan tanaman
Metode/Perlakuan
4.             Lakukan pembahasan mengenai kondisi pertumbuhan tanaman dari segi silvikultur, misalnya :
a.      Bagaimana kondisi tanaman secara umum
b.      Bagaimana kerapatan tajuknya, apakah saling overlap diantara tanaman yang ada atau antar tajuk masih ada jaraknya
c.       Apakah tanaman perlu dilakukan penjarangan atau tidak? Hubungkan dengan umur tanaman dan kondisi pertumbuhannya dengan jarak tanam yang ada
d.      Kalau mau dilakukan penjaranngan, pohon mana menurut saudara yang ditebang? Apa alasannya.
                                                                                                               IV.            HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1                   Hasil
Dari kegiatan pelaksanaa pratikum di lapangan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Struktur Tegakan Jenis Tanaman Jati Emas Super (Tectona grandis L.f)   
               di desa Sidera Kabupaten Sigi Biromaru, Palu

Pohon
Tinggi Pohon
TBC
Tinggi Tajuk
dbh
Diameter Tajuk
Ket.
1.
15 m
6 m
9 m
17,8 cm
5 m

2.
15 m
4 m
11 m
17,8 cm
3 m

3.
16 m
6 m
10 m
13,1 cm
2 m

4.
15 m
4 m
11 m
16,8 cm
2 m

5.
16 m
6 m
10 m
7,6 cm
3 m

6.
15 m
4 m
11 m
10,8 cm
2 m

7.
16 m
4 m
12 m
19,1 cm
3 m

8.
16 m
4 m
12 m
19,1 cm
3 m

9.
16 m
4 m
12 m
17,2 cm
3 m

10.
16 m
6 m
10 m
16,3 cm
2 m

11.
16 m
6 m
10 m
17,2 cm
4 m

12.
15 m
4 m
11 m
11,8 cm
2 m

Untuk Mencari,
·         Tinggi Tajuk  = Tinggi Pohon – TBC
·         Diameter dbh  =
Dari plot ukuran 10 x 10 m yang telah kami buat, diketahui :
1.             Jenis tanaman                            = Jati Emas Super (Tectona grandis L.F)
2.             Umur tanaman                           = 13 tahun
3.             Jarak Tanam                               = 4 x 3 m
4.             Jumlah tanaman/plot                  = 14 pohon
Jumlah tanaman/Ha                   = 990 pohon
5.             Kondisi pertumbuhan                = Tanaman tersebut tertekan. Daunnya berlubang, menguning, dan meranggas karena serangan hama.
6.             Metode/ perlakuan                     = Dilakukan pemangkasan tiap perbulannya.

4.2                   Pembahasan
   Gambar 1. Tanaman Jati Emas Super (Tectona grandis L.F)
Kerajaan                        : Plantae
Divisi                 : Magnoliophyta
Kelas                  : Magnoliopsida
Ordo                  : Lamiales
Famili                 : Lamiaceae
Genus                : Tectona
Spesies               : Tectona grandis L.f
Nama Daerah   : Dedeg, Dodolan, Jate, Jatih, Jatos, Kiati, Kulidawa (Jw)
Secara morfologis, tanaman Jati (Tectona grandis L.F)  memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30 – 45 m. Dengan pemangkasan, batang yang bebas cabang dapat mencapai antara 15 – 20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu kasar, berwarna kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Percabanganjauh dari batang utama. Pangkal batang berakar papan pendek dan bercabang sekitar empat.
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu Jati yang berbatang bengkok-bengkok.
Pohon  Jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9-1,5 meter. Pohon Jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus, dan sedikit cabangnya. Kayu Jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang berumur lebih daripada 80 tahun.
Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm × 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm. Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol di buku-bukunya.
Buah berbentuk bulat agak gepeng, 0,5 – 2,5 cm, berambut kasar dengan inti tebal, berbiji 2-4, tetapi umumnya hanya satu yang tumbuh. Buah tersungkup oleh perbesaran kelopak bunga yang melembung menyerupai balon kecil.
Tata daun berbentuk opposite dengan bentuk daun besar membulat seperti jantung, berukuran panjang 20-50 cm dan tebal 15-40 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul dan tepi daun bergelombang. Permukaan atas daun kasar sedangkan permukaan bawah daun berbulu. Pertulangan daun menyirip. Tangkai daun pendek dan mudah patah serta tidak memiliki daun penumpu (Stipule). Tajuk tidak beraturan. Daun muda (Petiola) berwarna hijau kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna hijau tua ke abu- abuan.
Bunga majemuk terletak dalam malai besar, 40 cm × 40 cm atau lebih besar, berisi ratusan kuntum bunga tersusun dalam anak payung menggarpu dan terletak di ujung ranting; jauh di puncak tajuk pohon.
Sebenarnya tanaman Jati (Tectona grandis L.F) tidak memerlukan kondisi tanah dengan topografi yang terlalu menuntut, tetapi akan lebih baik apabila tanah pada kisaran kemiringan lereng dari datar sampai maksimum 20%. Ini juga dalam kaitan mencegah terjadinya erosi besar-besaran saat tanah diolah untuk penanaman, sehingga tanah yang memiliki kemiringan curam tidak dibenarkan untuk dibuka.
Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman Jati adalah tanah yang memiliki tekstur lempung, lempung berpasir atau liat berpasir, meskipun untuk beberapa jenis tanah tanaman Jati masih dapat tumbuh dengan baik. Tanaman Jati ini sangat menyenangi tanah dengan prorositas dan drainase yang baik, dan sebaliknya akan tumbuh tidak baik pada tanah-tanah yang tergenang.
Tanaman Jati memerlukan curah hujan pada kisaran 750 – 2500 mm/tahun, meskipun untuk curah hujan > 3000 mm/tahun masih dapat tumbuh meskipun kekuatan kayu yang dihasilkan tidak terlampau baik.
Karakteristik dari kayu Jati yang paling dikenal orang adalah karena keawetannya dan daya tahannya terhadap perubahan cuaca dibandingkan dengan jenis kayu lain. Selain itu pula karakter serat dan warnanya memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itulah harga kayu jati lebih mahal.

1.           Marfologi Pohon
Tinggi pohon bisa mencapai 50 meter dengan Ø hingga 1,2 meter. Umur pohon jati yang ideal untuk mendapatkan kualitas terbaik adalah di atas 40 tahun. Kecepatan tumbuh pohon Jati relatif lambat sehingga densitas kayunya pun lebih baik. Untuk memperoleh Ø 40 cm dibutuhkan minimal 50 tahun masa tumbuh.

2.                       Warna Kayu
Coklat dan emas warna gelap pada kayu terasnya. Bagian kayu gubal berwarna krem atau bahkan putih kecoklatan. Pada beberapa jenis kayu Jati terdapat warna kemerahan pada saat baru saja dibelah. Setelah beberapa lama di letakkan di udara terbuka dan terutama di bawah sinar matahari, warna tersebut akan berubah coklat muda.

3.           Keawetan
Kayu Jati tergolong pada kayu dengan kelas awet I-II. Kayu Jati termasuk kelas kuat II dan kelas awet I-II. Penyebab keawetan dalam kayu teras Jati adalah tectoquinon (2-methylanthraquinone). Kayu Jati mengandung 47,5% sellulosa, 30% lignin, 14,5% pentosan, 1,4 % abu dan 0,4-1,5% silika.
Memiliki daya tahan yang kuat terhadap jamur, busuk karena udara lembab atau serangan serangga. Kayu Jati juga memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca dan perubahan suhu.
Dengan karakteristik khusus yang dimiliki kayu Jati yaitu kandungan minyak pada kayu Jati membuat kekuatan.
Kayu teras jati berwarna coklat muda, coklat kelabu hingga coklat merah tua. Kayu gubal, di bagian luar, berwarna putih dan kelabu kekuningan. Meskipun keras dan kuat, kayu jati mudah dipotong dan dikerjakan, sehingga disukai untuk membuat furniture dan ukir-ukiran. Kayu yang diampelas halus memiliki permukaan yang licin dan seperti berminyak. Pola-pola lingkaran tahun pada kayu teras nampak jelas, sehingga menghasilkan gambaran yang indah. Dengan kehalusan tekstur dan keindahan warna kayunya, Jati digolongkan sebagai kayu mewah. Oleh karena itu, Jati banyak diolah menjadi mebel taman, mebel interior, kerajinan, panel, dan anak tangga yang berkelas.
Sumber induk Jati emas plus dari pohon jati genjah tertua di Indonesia. Saat diambil, batang itu baru berumur 5 tahun tetapi tingginya 10-15 m dan berdiameter 25 cm. Terhitung setelah 6 bulan pertama penanaman, diameter meningkat 0,7 cm dan tinggi 12 cm/bulan. Pada penjarangan pertama pada umur 7 tahun, tinggi Jati emas plus mencapai 15 meter dan diameter 27,5 cm. Setelah 15 tahun, jati emas plus siap dipanen dengan diameter 34 cm dan tinggi 17 meter.
Teksturnya kuat dan kokoh, mirip Jati konvensional. Itu didapat jika dirawat secara teratur seperti pemupukan pada awal tanam, pembersihan gulma di sekeliling tanaman, dan pemetikan daun-daun tua.
Hama Benih
·                Hama di Persemaian
·                Hama di areal Pertanaman
·                Hama yang menyerang batang atau hama penggerek batang 
Jenis Penyakit potensial yang biasanya menyerang beberapa pohon hutan termasuk Jati (Tectona grandis L.f ) dalam suatu areal hutan yaitu :
·                          Penyakit akar
Jenis gangguan pada akar tanaman Jati yang sering dijumpai adalah Pseudomonas Tectonae. Penyakit ini ditandai dengan adanya daun yang menguning dan kemudian berubah menjadi coklat. Penyakit ini sulit diberantas. Selain itu juga dijumpai jamur akar Armilaria melea, Phellinus hellinus, Phellinus lamaonsis, Phellinus noxius, Helicobasidium compactum, Phellinus rhizomorpho, Ustulina deusta, Xylaria thwaittesii, Polyporus zonalis, Polyporus shoreae serta jenis cendawan akar merah Rigidoporus lignosus.
·                          Penyakit Batang
Jenis penyakit yang menyerang batang tanaman Jati di antaranya Corticium salmonicolor dan Nectria haematococca sebagai penyebab kanker batang. Serangannya ditandai dengan daun layu dan berwarna hitam gelap, muncul tubuh buah jamur yang menebal berwarna putih hingga merah jambu pada kulit luar, timbul benjolan lapisan gabus pada permukaan batang, kulit kayu pecah-pecah kemudian terjadi luka dan berlubang-lubang arah memanjang.
·                          Penyakit pucuk daun
Jenis penyakit yang menyerang pucuk daun yaitu Stemphyllum sp, dan Phomopsi tectonae serta jenis Ganoderma applanatum dan Phellinus lamoensis yang menyebabkan akar berwarna coklat. Jenis lain yang menyerang daun di antaranya Cercospora sp, Mycosphaerella sp, Sphaceloma sp, Sclerotium sp, Podospora sp, Xanthomonas sp, Rhizoctonia sp, Marasmius sp serta Phyllactinia sp. Adapun serangan  penyakit pucuk daun dapat dilihat dari tanda-tanda munculnya bercak-bercak coklat tua, daun mengering dan kehilangan turgor, daun layu dan rontok, bila dicabut jaringan kayu berwarna gelap sampai hitam serta batang pada permukaan tanah menjadi lunak dan basah.
Pertumbuhan tanaman Jati perlu diawasi agar mencapai hasil panen yang maksimal. Mulai dari pemupukan hingga penjarangan. Dalam hal ini adalah melakukan penebangan cabang atau ranting pada tanaman Jati.
Salah satu tanaman Jati yang bagus hasil panenya adalah memiliki kayu yang lurus. Agar dapat memiliki kayu yang lurus adalah dengan pemilihan bibit unggul yang baik (karena bibit jati yang baik adalah tidak memiliki cabang dan memiliki kayu yang lurus). Tiada gading yang tak retak maksudnya adalah tidak semua bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang sama. Bila salah satu tanaman Jati kita memiliki cabang untuk memaksimalkan hasil panen nantinya adalah dengan melakukan penebangan pada cabang-cabang atau ranting tanaman jati tersebut.
Kenapa penebangan atau pemotongan ranting itu perlu dilakukan? Pertama agar tanaman Jati pada usia dini dapat fokus berkembang pada satu batang saja, sehingga pertumbuhan dapat dengan cepat. Kedua agar kayu yang dihasilkan dapat lurus atau tidak bercabang.
Dengan mengontrol perkembangan tanaman Jati secara berkala bermaksud memaksimalkan hasil panen Jati nantinya.
Tanaman Jati emas (Tectona grandis L.F) tidak banyak beda dengan tanaman Jati lokal dalam hal penanaman dan pemeliharaanya.
Hama jati yang banyak ditemukan antara lain adalah bubuk jati (Xyleborus destruens Bldf) yang menyerang batang hingga berlubang-lubang, ulat daun Jati (Hiblaea puena Cr, Pyrausta machoeralis Wlk) yang mampu memakan daun hingga gundul, rayap atau inger-inger (Neotermes tectonac Damm) dan oleng-oleng (Duomitus ceramicus Wlk) yang menyerang batang melalui akar. Penyakit yang lazim terdapat pada jati antara lain disebabkan oleh bakteri (Pseudomonas solanacearum Smith), jamur upas (Corticium salmonicolor Berk and Br) dan benalu (Loranthus spp).
Bisa dibayangkan bahwa lahan-lahan kritis akan bertambah luas dan rehabilitasinya membutuhkan waktu yang sangat  panjang. Luas lahan kritis di Indonesia saat ini mencapai luasan 56 juta hektar. Dari sudut ekologis, penanaman Jati emas membantu konservasi alam di sekitar lahan karena sistem perakarannya menjaga tanah dari kemungkinan erosi air muka tanah.
Kehadiran tanaman Jati emas merupakan terobosan baru dalam mengantisipasi kelangkaan bahan baku industri kayu, rehabilitasi lahan kritis, dan pencegahan kerusakan hutan tanaman Jati. Tanaman Jati emas merupakan bibit unggul hasil budidaya sistem kultur jaringan dikembangkan pertama kali dalam laboratorium, yang tanaman induknya pada mulanya berasal dari negara Myanmar.  Jati emas sudah sejak tahun 1980 ditanam secara luas di Myanmar dan Thailand.  
Tanaman Jati emas sudah bisa dipanen mulai umur 5 – 15 tahun, yang selain keuntungan berupa pertumbuhan yang cepat, juga tumbuh dengan seragam dan lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Apabila tanaman Jati konvensional berumur 5 tahun baru berdiameter 3,5 cm dan tinggi 4,0 m maka Jati emas pada umur yang sama (5 – 7 tahun) sudah mempunyai kayu yang berdiameter 27,0 cm dan tinggi pohon 16 m. Dibandingkan dengan jenis kayu pertukangan lain, kualitas kayu Jati emas lebih baik, lagi pula volume penyusutan hanya 0,5 kalinya.  Penanaman Jati emas cocok untuk daerah tropis terutama pada tanah yang banyak mengandung kapur. Tanah yang ideal adalah tanah jenis aluvial dengan kisaran pH 4,5 sampai 7.
Dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di daerah dataran rendah (50 – 80 m dpl) sampai dataran tinggi dengan ketinggian 800 m dpl. Tanaman ini diketahui sangat tidak tahan dengan kondisi tergenang air, sehingga area pertanaman Jati emas mutlak membutuhkan sistem drainase yang baik.
Kisaran curah hujan antara 1.500 – 2.000 mm/tahun. Pola tanam untuk Jati emas biasanya dilakukan secara monokultur dengan jarak tanam 2 x 2,5 m. Dalam satu hektar lahan bisa ditanam sebanyak 2.000 tanaman. Apabila diterapkan pola tanam tumpang sari, dengan jarak tanam 3 x 6 m maka dalam satu hektar bisa ditanam 555 pohon. Lubang tanam dibuat berukuran panjang, lebar dan dalam sebesar 60 cm.
Tingginya animo penanaman Jati emas didorong oleh faktor-faktor seperti analisa keuntungan yang menggiurkan, cepatnya pengembalian modal, nilai investasi yang relatip rendah, dan tingkat produktivitas tanaman yang sangat tinggi.
Menurut narasumber Pemilik pohon Jati Emas Super ini (Tectona grandis L.f.), pertumbuhannya lebih cepat ketimbang Jati lokal atau Jati jawa. Apalagi batang yang lurus menjulang ke atas dan ditambah dengan daunnya yang lebar-lebar. Sehingga baru berumur 8 bulan saja, telah berdiameter 4 cm dengan catatan diberikan pupuk organik dan mendapat sinar matahari yang penuh. Kemudian juga, karena ukuran jarak tanamnya sudah sesuai dengan kapasitas penjarangan yaitu 4 x 3 m maka tidak perlu lagi dilakukan penjarangan.
Proses penanaman dan pemeliharaan tergolong mudah serta tidak menyita banyak waktu. Cukup sekali tanam, kemudian tinggal melakukan pengontrolan rutin agar terhindar dari ketidaksuburan karena kurang pupuk atau ganggguan tangan-tangan jahil. Apalagi hutan makin gundul akibat pembalakan liar yang membuat stok kayu kian menipis dan berujung pada melambungnya harga kayu. Apalagi kayu Jati sudah dikenal dengan kualitas dan ketahanannya tak perlu diragukan lagi.
Guna mendapatkan Jati yang kokoh dan tidak mudah roboh diterjang angin besar, ada baiknya dimulai dari sejak pemindahan dari poliy back ke lubang tanam. Dimana pada bagian bawah lubang tanam tersebut diberikan lubang lagi menggunakan kayu sebesar jari tangan. Kemudian, akar tunggang bibit Jati tadi dimasukan ke dalam lubang itu. Dengan begitu, akar tunggangnya langsung menancap ke dalam tanah.
                         V.            PENUTUP
5.1                   Kesimpulan
Dari hasil pengamatan kami, dapat disimpulkan bahwa areal tanaman jenis Jati tersebut merupakan jenis Jati Emas Super (Tectona grandis L.f) dimana merupakan tegakan seumur yang telah berumur 13 tahun. Dan  juga kerapatan tajuknya saling overlap (tumpang tindih) diantara tajuk yang satu dengan tajuk yang lainnya. Akan tetapi karena ukuran jarak tanam sudah sangat baik yaitu 4 x 3 m maka tidak perlu lagi melakukan penjarangan, hanya saja dilakukan pemangkasan tiap bulannya. Kondisi pertumbuhan tanaman terlihat tertekan karena terjadi serangan hama dan penyakit, ciri-cirinya : daun berlubang, menguning, dan meranggas. Dan dapat diketahui rata-rata tinggi pohon mencapai 15 m ke atas.
5.2                   Saran
Praktikum Silvikultur ini membutuhkan pemahaman teori yang cukup baik agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi kebingungan dan meminimalisir kesalahan yang terjadi. Setelah kita mampu memahami teori tersebut, baru kita mencoba mempraktekkannya. Realitasnya, kadang antara teori dan praktek dalam praktikum ini belum tentu sama, jadi kreativitas dan pemahaman kita terhadap materi silvikultur harus benar-benar muncul saat kita terjun ke lapangan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan. 1997. Hand Book Os Indonesia Forestry. Jakarta
Direktorat Jendral Pengusahaan Hutan. 1990. Pedoman petunjuk Teknis Pemeliharaan. Jakarta.
Eliyani. The identification dises. University Jakarta : Jakarta
Kosasih, A. S., et al. 2002. Petunjuk Teknis Pemeliharaan dan Perlindungan pada Introduksi Jenis Pohon Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Supriatno, Jajang. 2002. Inventarisasi Hama dan Penyakit Jati Emas (Tectona grandis L.f). IPB : Jawa Barat.

Diakses pada tanggal 07 Januari 2012
http://investasi-jati.blogspot.com/
Diakses pada tanggal 07 Januari 2012

Diakses pada tanggal 07 Januari 2012
Diakses pada tanggal 07 Januari 2012

Diakses pada tanggal 07 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar