Kamis, 08 November 2012
Silvika -Penyemaian Benih Ulin-
I. PENDAHULUAN
Pohon ulin atau belian (Eusideroxylon zwageri) merupakan salah satu jenis penyusunan hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan. Jenis ini dikenal dengan nama daerah : bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian. Umur kayu ulin dapat mencapai lebih dari 1.000 tahun. Nama ilmiah untuk ulin adalah Eusideroxylon zwageri.
Ulin (Eusideroxylon zwageri) umumnya tumbuh pada ketinggian 5 – 400 m di atas permukaan laut dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok dalam hutan campuran. Pohon ulin (Eusideroxylon zwageri) memiliki ciri yang khas, yaitu sifat fisik kayunya yang keras dan juga tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, dan pengaruh air laut, sehingga sering disebut juga dengan nama kayu besi.
Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) banyak digunakan sebagai konstruksi di dalam air, tiang bangunan, sirap, papan lantai, jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Dalam rangka pengembangan tanaman ulin, diperlukan informasi dan kajian budidaya yang tepat sesuai dengan karakteristik tempat hidupnya.
Dalam penelitian kelas keawetan 200 jenis kayu Indonesia terhadap penggerek di laut yang dilakukan oleh Mohammad Muslich & Ginuk Sumarni, kelas keawetan kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) ini termasuk kelas awet I dengan berat jenis 1,04, lebih tinggi daripada kayu jati yang tergolong kelas awet II dengan berat jenis 0,65.
Oleh karena keawetannya tersebut, jenis kayu ini sering digunakan untuk bahan bangunan, seperti konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, dan perkapalan.
Dalam pembuatan rumah khususnya di Kalimantan, masyarakat memanfaatkan kayu ulin sebagai bagian utama dari tiang, lantai rumah, dinding, patok-patok tanah dan atap sirap.
Sifat fisik pohon ulin yang keras tersebut ternyata tidak hanya pada bagian kayunya, namun juga bijinya. Pohon Ulin (Eusideroxylon zwageri) memperbanyak diri dengan buah dan biji.
Pada saat ini, penggunaan kayu ulin yang semakin meningkat ditambah lagi dengan pembudidayaannya yang cukup lama dan persentase keberhasilan relatif rendah, menyebabkan jenis ini dimasukkan kategori jenis langka (vulnerable) dalam IUCN Red List of Threatened Species.
Proses pemuliaan alami di hutan bekas tebangan umumnya kurang berjalan dengan baik. Perkecambahan biji Ulin membutuhkan waktu cukup lama sekitar 6-12 bulan dengan persentase keberhasilan relatif rendah, produksi buah tiap pohon umumnya juga sedikit. Penyebaran permudaan alam secara umum cenderung mengelompok. Ulin tumbuh di dataran rendah primer dan hutan sekunder sampai dengan ketinggian 500m. Biji ulin lebih suka ditiriskan baik tanah, tanah liat berpasir ke tanah liat, kadang-kadang batu kapur. Hal ini umumnya ditemukan di sepanjang sungai dan bukit-bukit yang berdekatan. Hal ini membutuhkan rata-rata curah hujan tahunan 2500-4000 mm.
II. PEMBAHASAN
TEKNIK PENANAMAN ULIN
(Eusideroxylon zwageri T.et.B)
Oleh :
Balai Teknologi Reboisasi Palembang Badan penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Departemen Kehutanan dan Perkebunan
I. PENDAHULUAN
Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et. B) merupakan salah satu jenis penyusunan hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan. Jenis ini dikenal dengan nama daerah : bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian.
Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m dpl.
Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi di dalam air, tiang bangunan, sirap, papan lantai, jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat.
Dalam rangka pengembangan tanaman ulin, diperlukan informasi dan kajian budidaya yang tepat sesuai dengan karakteristik tempat hidupnya.
II. PENGADAAN BIBIT
1. Pengadaan Benih
Pohon ulin berubah setiap tahun, pada bulan Juli – Oktober. Buah ulin berbentuk bulat lonjong dengan garis tengah 5 – 10 cm dan panjang 10 – 20 cm. Buah muda berwarna hijau dan menjadi coklat setelah masak. Daging buah akan lepas dari biji melalui proses pembusukan selama ±1-2 bulan. Biji berwarna putih gading dengan kulit biji yang keras setebal 1-2 mm.
Untuk memecahkan kulit biji yang keras, dapat dilakukan skarifikasi dengan merendam dalam air selama 2 jam, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2 hari. Cara skarifikasi dengan menggunakan bantuan alat yang tajam dapat merusak kotilendon.
2. Perkecambahan
Perkecambahan ulin dapat dilakukan langsung ke kantong plastik atau melalui bedeng tabur. Perkecambahan melalui bedeng tabur memberikan hasil yang lebih baik.
a. Bedeng Tabur
Bedeng tabur dibuat dengan menggunakan sungkup dari plastik transparan berbentuk setengah lingkaran dengan garis tengah 70 cm. Sungkup dibuat di bawah tegakan atau naungan.
Media yang digunakan untuk perkecambahan adalah pasir yang telah disterilkan, dengan cara : solarisasi, digoreng sangan atau fumigasi media dengan fungisida (Dithane M-45). Tebal pasir di bedeng tabur minimal 20 cm, mengingat pertumbuhan akar ulin sangat sepat dan panjang.
b. Penaburan Benih
Penaburan dilakukan setelah benih diskarifikasi. Benih ditabur sedalam ¾ dari ukuran benih dengan posisi mendatar.
Benih mulai berkecambah pada hari ke 33 sampai siap sapih pada hari ke 69 (umur 8 minggu). Dengan cara tersebut diperoleh hasil persen kecambah di atas 95%.
3. Penyapihan
Penyapihan bibit dari bedeng tabur ke sapihan dengan menggunakan kantong plastik ukuran 20 x 30 cm. Media yang digunakan adalah campuran tanah, pasir dan kompos dengan perbandingan 7 : 2 : 1. Penyapihan dilakukan pada pagi atau sore hari pada tempat yang teduh.
Bedeng sapih dibuat di bawah naungan dengan kondisi sebagaimana bedeng tabur. Dalam penyapihan bibit ulin, yang perlu diperhatikan adalah hal-hal sebagai berikut:
Akar tunjang jangan sampai terlipat atau patah, mengingat akar cukup panjang dan besar;
Biji jangan sampai terputus/terlepas dari bibitnya, karena terpisahnya biji dari bibit akan menyebabkan kematian bibit tanaman.
Bibit di tingkat sapihan memerlukan waktu 3-4 bulan dan bibit siap tanam di pangan. Bibit asal cabutan anakan alam yang sering digunakan untuk pertanaman, pertumbuhannya kurang baik di lapangan, karena mungkin disebabkan terlepasnya biji dari bibit.
Pemeliharaan Bibit
Penyiraman dan Pemupukan
Penyiraman dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu hari. Pemupukan diberikan apabila pertumbuhan bibit di bedeng sapih kurang baik. Pupuk yang biasa digunakan adalah NPK (15:15:15) dengan dosis 10 gr per kantong plastik.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan apabila terlihat adanya gejala serangan. Insektisida atau fungisida yang digunakan disesuaikan dengan jenis jamur ataupun serangga yang menyerangnya.
PEMBUATAN TANAMAN
Persiapan Lapangan
a. Pemilihan Lokasi
Ulin termasuk jenis semi toleran, yang pada waktu mudanya memerlukan naungan dengan intensitas tertentu. Pertumbuhan awal terbaik pada instensitas cahaya 5-25%. Penanaman pada lahan terbuka, perlu ditanami terlebih dahulu dengan jenis tanaman lain yang bertajuk rapat sehingga mencapai instensitas cahaya di bawah tegakan sebagaimana tersebut di atas.
b. Persiapan Lapangan
Areal yang akan digunakan perlu dibersihkan dari belukar yang dapat mengganggu penanaman dengan cara jalur selebar 2 m. Ajir tanaman dipasang dengan jarak 4 x 4 m. Lubang-lubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 40 cm dengan kedalaman 30 cm.
Penanaman
Penanaman dilakukan pada waktu awal musim penghujan, diikuti dengan pengairan. Pada saat penanaman, biji juga harus tetap dijaga agar jangan sampai terlepas dari bibitnya.
Pemeliharaan
a. Penyulaman
Penyulaman dilakukan satu bulan setelah penanaman. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada waktu musim hujan masih ada.
b. Penyiangan dan Pendangiran
Penyiangan dilakukan setiap 4 bulan sekali pada tahun pertama dan 6 bulan sekali pada tahun berikutnya. Penyiangan dilakukan secara jalur dengan lebar 1 m ke kanan dan kiri tanaman. Pendangiran dilakukan bersamaan dengan pendangiran.
c. Pemupukan
Jenis dan dosis pemupukan yang dipergunakan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan dilakukan satu tahun sekali. Pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 100 gr per pohon memberikan hasil yang lebih baik. Pemupukan awal dilakukan pada saat tanaman berumur satu bulan.
III. PENUTUP
Saat ini kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) sudah mulai langka. Hal ini disebabkan oleh lambatnya pertumbuhan, tingkat keberhasilan perkecambahan yang kecil, serta pembalakan liar. Dikhawatirkan jika tidak segera dilestarikan, kayu ulin akan punah.
DAFTAR PUSTAKA
Baktiawan, 2007. http://baktiawan.blogspot.com/2007/06/teknik-pembibitan-ulin-eusideroxylon.html
Diakses pada tanggal 05 Oktober 2012
Yudhi Hendro, 2012. http://yudhihendros.wordpress.com/tag/proses-perkecambahan-biji-ulin/
Diakses pada tanggal 05 Oktober 2012
http://anekaburung.blogspot.com/2007/07/budi-daya-kayu-ulin.html
Diakses pada tanggal 05 Oktober 2012
http://www.dephut.go.id/INFORMASI/PROPINSI/JAMBI/ulin.html
Diakses pada tanggal 05 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar