Kamis, 08 November 2012

Laporan Lengkap Praktikum SilvikaQ -Fauziah and Friend's-

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan adalah kumpulan atau asosiasi pohon-pohonan yang cukup rapat dan menutupi areal yang cukup luas sehngga dapat membentuk iklim mikro dengan kondisi ekologis yang khas, yang berbeda dengan iklim mikro dan kondisi ekologis areal luarnya (Dengler, 1930). Hutan adalah suau asosiasi tumbuh-tumbuhan yang didominasi oleh pohon-pohonan atau vegetasi berkayu lainnya, yang menempati suatu areal yang cukup luas (komite Forest Terminollogy Amerika Serikat, 1950). Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No. 41 tahun 1999).Sementara tegakan adalah hutan yang mempunyai karakter lebih seragam, baik dalam komposisi jenis, umur, maupun kenampakan umumnya; missal tegakan Acacia mangium, Pinus merkusii, jati, dan sebagainya. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (UU No. 41 Tahun 1999). Status hutan menurut UU No. 41 Tahun 1999 ada 2 : Hutan negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah, termasuk didalamnya hutan adat yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat. Hutan hak adalah htan yang berada pada tanah yang dibebani hak milik atau sering disebut sebagai hutan rakyat. Hutan adat ditetapkan sepanjang menurut kenyataannya masyarakat hukum adat yang bersangkutan masih ada diakui keberadaannya. Perkembangbiakan tanaman dapat dilakukan dengan 2 cara. Yakni secara generaif dan vegetatif. Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan tanaman dengan cara peleburan santara sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina. Biasanya terjadi pada biji tanaman. Contoh : perkembangbiakan biji pada tanaman jati. Sedangkan perkembangbiakan vegetatif adalah perkembangbiakan dengan cara mengambil sebagian vegetasi untuk di tanam kembali. Contoh : menyambung, stek, mencangkok, merunduk dan lain sebagainya. Akar merupakan salah satu organ tumbuhan yang paling penting disamping batang dan daun, bagi tumbuhan yang tumbuhnya telah merupakan kormus. Asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus tumbuh sehingga membentuk akar tunggang, pada Monokotil, akar lembaga mati, kemudian pada pangkal batang akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut. Akar monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya melindungi ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra, ada yang mengandung butir-butir amylum dinamakan kolumela. Selain berkembangbiak tanaman juga melakukan fotosintesis. Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Fotosintesi terjadi hanya pada tanaman yang mempunyai klorofil yaitu zat hijau pada daun untuk berfotosintesis. Istilah toleransi sering digunakan di Kehutanan dan agak berlainan dengan istilah biasa digunakan dalam biologi pada umunya, dimana lazimnya menyebut toleransi suatu tumbuhan atau binatang terhadap keasaman, kapur, panas, dingin dan terhadap sejumlah faktor – faktor lain. Di kehutanan apabila tidak ada penunjukan khusus terhadap sesuatu tipe toleransi, istilah itu menunjukkan kemampuan dari tumbuhan itu hidup di bawah naungan tedun. Atau kata toleransi adalah istilah di Kehutanan untuk menyatakan kemampuan relatif pohon untuk bersaing pada persaingan cahaya rendah dan perakaran tinggi. Tujuan dan Kegunaan Adapun tujuan praktek Silvika ini adalah untuk mengetahui pengenalan tegakan hutan berdasarkan tipe hutan, struktur hutan, dan klasifikasi pohon. Kegunaan praktikum mata kuliah Silvika ini dapat memberikan gambaran serta informasi tentang vegetasi suatu hutan, serta menjadi acuan dalam mengambil suatu keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan, dan memberikan ilmu pengetahuan yang sangat luas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi pohon atas dasar kedudukan didalam hutan, kedudukan pohon dalam suatu hutan tidak selalu sama. Tergantung pada kemampuan pohon itu mengatasi pesaingan dengan pohon-pohon atas dasar kedudukan atau tegakan didalam hutan. Pohon-pohon tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Pohon dominan tajuk dari pohon-pohon ini terdapat paling atas dalam tajuk dalam mendapatkan cahaya matahari penuh atas dan sebagian dari samping. Pohon kodominan, pohon ini tidak setinggi pohon dominan tetapi masih mendapat cahaya penuh dari atas, meskipun dari samping terganggu oleh dominan. Pohon pertengahan, tajuknya berada dibawah tajuk-tajuk pohon dominan dengan kodominan masih mendapat cahaya dari samping. Pohon tertekan ini mendapat cahaya matahari atas melalui lubang-lubang dalam sengkuap tajuk pohon diatasnya. Pohon mati termasuk pohon-pohon yang mati dan sedang dalam proses kematian Menurut Levitt (1980) membedakan penghindaran dan toleransi tehadap suatu faktor cekaman cahaya matahari terhadap tanaman atau tumbuhan. Selama masa pertumbuhan sampai mencapai umur fisik pohon dan melalui berbagai tingkatan kehidupan yang berhubungan dengan ukuran tinggi dan diameternya baik itu untuk tinggkat semai, pancang, tiang maupun pohon. Dimana dalam suatu ilmu silvika dijelaskan bahwa adanya perilaku pohon dan tegakan dalam suatu siklus hidup serta perilaku dalam beriaksi terhadap perubahan-perubahan lingkungannya.dimana juga dijelaskan bahwa silvika merupakan ilmu yang mempelajari sejarah hidup dan ciri-ciri umum kehidupan tumbuhan atau pohon dan tegakan hutan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lingkungan dimana tumbuhan atau pohon itu tumbuh (Levitt,1980). Cahaya juga merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme dan fotosintesis untuk pohon. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan( manpu tumbuh dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering kali disebut tanaman toleran atau tanaman intoleran (Levitt,1980). Tanaman yang tahan kondisi cahaya terbatas secara umum mempunyai ciri morfologis yaitu daun lebar dan tipis, sedangkan pada tanaman yang intoleran akan mempunyai ciri morfologis daun kecil dan tebal (Levitt,1980). Tegakan menurut S.A.F (society of American forester) adalah suatu kelompok pohon-pohon atau tumbuhan lain yang terdapat pada suatu wilayah tertentu yang cukup seragam didalam susunan speciesnya, susunan umurnya dan keadaannya sehingga dapat dibedakan dengan kelompok tumbuh-tumbuhan lain yang terdapat diwilayah di dekatnya. Berdasarkan asalnya Hutan yang berkembang dari biji disebut High Forest, berproduksi secara vegetatif. Berdasarkan umur Hutan primer (hutan tua yang ditandai dengan berkurangnya proporsi pohon-pohon muda. Hutan sekunder (pertumbuhan muda) yang ditandai dengan areal hutan yang mempunyai banyak fase pertumbuhan. BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini di laksanakan pada tanggal 03 Juni 2012, pukul 10.00-13.00 Wita, bertempat di Desa Labuan (wani). 3.2 Alat dan Bahan Alat yang di gunakan adalah Teropong, Kompas, Meteran, Pengukur Diameter Pohon, dan Alat tulis-menulis. Bahan yang digunakan kantong plastik dan tali rafia. 3.3 Cara Kerja Pertama-tama yang dilakukan yaitu mengamati kondisi didalam hutan, apakah ada stratifikasi tajuk pada tegakan atau tidak lalu membuat plot ukuran 10 meter x 10 meter. Setelah itu, mengamati apakah ada stratum A, B, C, D, dan E yang strata tajuknya lengkap maupun tidak lengkap dan mengamati setiap strata tajuk, bentuk tajuk dari pohon penyusunnya serta penutupan tajuknya, pohon-pohon penyusun pada setiap stratum, serta tumbuhan penyusun lantai hutan . BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan , diperoleh hasil sebagai berikut : Terdapat stratifikasi tajuk pada tegakan-tegakan hutan . Pada plot kami terdapat stratum B, C, D, dan E. Pada stratum B , mempunyai stratum tajuk saling bertemu. Pada stratum C,D dan E rata-rata bentuk tajuknya saling bertemu akan tetapi tidak lebat (jarang-jarang) untuk spesifik cabang dan daunnya . Stratum B termasuk pohon ko-dominan. Stratum C dan D temasuk kategori pohon intermediet (pertengahan) , Stratum E termasuk pohon tertekan dan mati. 4.2 Pembahasan Stratum B termasuk pohon ko-dominan karena mempunyai bentuk batang bulat besar, warna kulit luarnya coklat muda keputih-putihan, mengelupas (kasar), tinggi bebas cabangnya >15 meter dan ukuran diameternya 3, 73 meter. Stratum C dan D termasuk pohon intermediet (pertengahan) karena mempunyai bentuk batang bulat besar, warna kulit luarnya coklat kehitam-hitaman, bersisik, tinggi bebas cabangnya >3 meter dan ukuran diameternya ≤ 40 cm. Stratum E, termasuk pohon mati karena mempunyai bentuk batang yang sudah tidak jelas . Diperkirakan tingginya ≤ 1 meter dan ukuran diameternya diketahui ≤10 cm. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan , dapat disimpulkan sebagai berikut : Pada plot terdapat stratum B,C,D, dan E Stratum B, C, dan D termasuk strata tajuk lengkap, sedangkan stratum E termasuk strata tajuk tidak lengkap. Stratum B mempunyai strata tajuk yang saling bertemu dan termasuk pohon ko-dominan dengan ukuran tinggi bebas cabang yaitu >15 meter dan ukuran diameter yaitu 3,73 meter . Stratum C dan D dan E mempunyai strata tajuk yang saling bertemu tetapi tidak tertata rapi (rapat-rapat) dan termasuk pohon intermediet . Stratum C dan D memiliki ukuran tinggi bebas cabangnya >3 meter dan ukuran diameternya ≤ 40 cm . Stratum E termasuk pohon mati dan memiliki ukuran tinggi bebas cabang yaitu ≤ 1 meter dan ukuran diameter yaitu ≤ 10 cm. Saran Saran kami, sebaiknya pada saat melakukan penelitian dilapangan harus ada pembimbing agar lebih mudah dalam melakukan pengamatan. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan adalah suatu hamparan lapangan tumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungan dan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Hutan sangat berperan dalam kehidupan manusia karena dapat menyediakan kebutuhaan dalam setiap aspek kehidupan. Dalam hutan juga kita dapat menemukan berbagai jenis pohon atau tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Namun hutan juga dapat dapat dikatakan sebagai suatu asosiasi kehidupan yang didominasi oleh pohon-pohon atau vegetasi berkayu menempati areal yang luas dengan kerapatan tertentu sehingga dapat menciptakan iklim mikro setempat. Dalam perkembangan pohon yang ada di hutan tentunya mengalami proses kehidupan yang bertahap, dimana dimulai dari biji, semai ,pancang, tiang dan terakhir adalah pohon. Dalam suatu ekosistem tersebut masing-masing individu pohon pasti mengalami yang namanya persaingan guna mempertahankan kehidupan masing individu pohon tersebut, dimana kita ketahui bahwa adanya kelas tajuk yaitu, dominan, kodominan, intermediat (tengahan), dan tertekan. Dalam pengertian silvika itu sendiri kita ketahui bahwa ilmu yang mempelajari sifat hutan dan pohon hutan, bagaiman mereka tumbuh berproduksi dan breaksi dengan lingkungannya. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dalam praktikum Silvika ini adalah untuk mempelajari tingkat/tahap pertumbuhan pohon di dalam hutan. Kegunaan dari praktikum Silvika ini adalah lebih mengetahui langsung bagaimana tingkat pertumbuhan suatu pohon tersebut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebuah pohon – apapun jenisnya – selalu bersentuhan dengan dua macam perkembangan. Yang pertama adalah perkembangan ke atas. Dan yang kedua perkembangan ke bawah. Yang pertama berkaitan dengan aktivitas batang, daun, dan buah. Dan yang kedua berkaitan dengan aktivitas akar. Dengan proses pertumbuhan semacam ini, pohon tidak pernah melihat waktu sebagai bagian yang mengancam hidupnya. Sebaliknya pohon selalu melihat waktu sebagai sahabat dan cermin pertumbuhan dirinya. Semakin lama waktunya, sebuah pohon akan semakin memiliki akar yang dalam dan kuat. Begitu juga semakin lama waktunya, sebuah pohon akan semakin memiliki batang yang kokoh, daun yang lebat, dan – mungkin – buah yang banyak. Dalam arti inilah sebuah pohon akan selalu berdamai dengan waktu. Sebuah pohon akan selalu melihat waktu sebagai cermin pertumbuhan dirinya. Proses pertumbuhan pohon ini secara analogis pada dasarnya dapat disejajarkan dengan pertumbuhan manusia. Hidup manusia pada umumnya dibedakan dalam tiga dimensi, yaitu dimensi personal, dimensi sosial dan dimensi spiritual. Tiga dimensi ini sekaligus menunjukkan arah dan tujuan perkembangan hidup manusia. Dimensi personal dan dimensi sosial merujuk pada perkembangan manusia secara horisontal. Sedangkan dimensi spiritual merujuk pada perkembangan manusia secara vertikal. Manusia – dalam proses pemekaran horison horisontal dan vertikalnya – selalu mengandaikan waktu. Waktu, selain dilihat sebagai ruang perkembangan manusia, juga seringkali dilihat sebagai cermin perkembangan hidup manusia. Bikamana kita dikatakan tidak tumbuh? Kita dikatakan tidak tumbuh tatkala secara terus menerus terkungkung dalam kesempitan cinta diri, tatkala “mandeg” dengan urusan-urusan diri sendiri, tatkala tidak punya hati terhadap sesama, tatkala buta atau menutup mata terhadap peran dan campur tangan Tuhan dalam keseluruhan hidup kita. BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini di laksanakan pada tanggal 03 Juni 2012, pukul 10.00-13.00 Wita, bertempat di Desa Labuan (wani). 3.2 Alat dan Bahan Alat yang di gunakan adalah Teropong, Kompas, Meteran, Pengukur Diameter Pohon, dan Alat tulis menulis. Bahan yang digunakan kantong plastik dan tali rafia. 3.3 Cara Kerja Pertama-tama yaitu membuat plot ukuran 10meter x 10 meter , Lalu mengamati pohon-pohon yang ada didalam plot dan mengamati jumkah individu pada setiap jenis pohon pada setiap tingkat pertumbuhannya . Setelah itu , menentukan ukuran diameter serta tinggi dari pohon, tiang, pancang , dan semai serta tumbuhan bawah . BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat diperoleh hasil sebagai berikut: Pohon (Diameter >20 cm) - Jumlah individu 3 jenis - Jenis pohon 3 pohon intoleran Tiang (Diameter antara 10-20 cm ) - Jumlah individu 7 jenis - Jenis pohon, Diketehui 1 jenis berupa pohon sejenis palem dan 1 jenis pohon intoleran. Pancang ( Tinggi >150 cm dan diameter <10 cm ) - Jumlah individu 13 jenis Semai ( Tinggi <150 cm ) - Jumlah individu kurang lebih 8 jenis - Jenis pohon Intoleran Tumbuhan Bawah Jumlah individu dan jenisnya tidak diketahui Pembahasan Pada tingkat pertumbuhan jumlah individu dan jenis yang paling banyak yaitu pada tingkat pertumbuhan pancang dan yang paling sedikit yaitu pada tingkat pertumbuhan pohon karena tingkat pertumbuhan disekitar hutan tersebut termasuk tegakan campuran sehingga untuk tingkat pertumbuhannya tidak bersamaan dan juga karena termasuk tegakan campuran maka tumbuhan disekitar tidak sama (Dominan ). Terdapat jenis pada tingkat pohon karena tergolong dalam tegakan campuran sehingga tidak semua jenis yang ada pada pohon ada juga pada tingkat tiang , pancang , dan semai . Pada jenis tumbuhan yang diamati tidak terdapat tingkat semai karena juga tergolong tegakan campuran, tidak memakai campur tangan manusia . Jika semai ada pasti butuh induknya yang akan menjatuhkan biji ke lantai hutan dan dapat menumbuhkan semai tersebut . BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan , kami dapat menyimpulkan bahwa : Untuk jenis pohon terdapat 3 jenis pohon intoleran Untuk jenis tiang terdapat 7 jenis (Diketahui 1 jenis berupa famili palmae dan 1 jenis lagi berupa pohon intoleran ) . Untuk jenis pancang terdapat 13 jenis Untuk jenis semai terdapat kurang lebih 8 jenis Untuk tumbuhan bawah jumlah individu dan jenisnya tidak diketahui Saran Saran kami, untuk praktikum selanjutnya agar diadakan asistensi untuk laporan lengkap sehingga dalam pembuatan laporan kami tidak mempunyai kesulitan. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci dapat berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman (Kramer dan Kozlowski, 1979). Setiap tanaman atau jenis pohon mempunyai toleransi yang berlainan terhadap cahaya matahari. Ada tanaman yang tumbuh baik ditempat terbuka sebaliknya ada beberapa tanaman yang dapat tumbuh dengan baik pada tempat teduh/bernaungan. Ada pula tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang berbeda sepanjang periode hidupnya. Pada waktu masih muda memerlukan cahaya dengan intensitas rendah dan menjelang sapihan mulai memerlukan cahaya dengan intensitas tinggi. Banyak spesies memerlukan naungan pada awal pertumbuhannya, walaupun dengan bertambahnya umur naungan dapat dikurangi secara bertahap. Beberapa spesies yang berbeda mungkin tidak memerlukan naungan dan yang lain mungkin memerlukan naungan mulai awal pertumbuhannya. Pengaturan naungan sangat penting untuk menghasilkan semai-semai yang berkualitas. Naungan berhubungan erat dengan temperatur dan evaporasi. Oleh karena adanya naungan, evaporasi dari semai dapat dikurangi. Beberapa spesies lain menunjukkan perilaku yang berbeda. Beberapa spesies dapat hidup dengan mudah dalam intensitas cahaya yang tinggi tetapi beberapa spesies tidak. Sebagian dari jenis-jenis dipterocarpaceae terutama untuk jenis kayu yang mempunyai berat jenis tinggi atau tenggelam dalam air atau sebagian lagi tergolong jenis semi toleran atau gap appertunist yaitu jenis-jenis yang memiliki kayu terapung atau berat jenis rendah. Kebutuhan cahaya untuk pertumbuhannya di waktu muda (tingkat anakan) berkisar antara 50 – 85 % dari cahaya total. Untuk jenis-jenis semitoleran naungan untuk anakan diperlukan sampai umur 3 – 4 tahun atau sampai tanaman mencapai tinggi 1 – 3 meter. Sedangkan untuk jenis-jenis toleran lebih lama lagi yaitu 5 – 8 tahun. Sangat sedikit jenis yang tergolong intoleran antara lain Shorea concorta Hopea gregaria yang termasuk dalam jenis Dipterocarpaceae, di tempat penuh memberikan pertumbuhan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan tempat cahaya masuk sebahagian. Dibandingkan dengan lama penyinaran dan jenis cahaya, intensitas cahaya merupakan faktor yang paling berperan terhadap kecepatan berjalannya fotosintesis. Penanaman jenis Diperocarpaceae di lapangan terbuka harus mempergunakan peneduh. Jenis tanaman peneduh yang dapat digunakan antara lain Albizia falcataria (Sengon) atau jenis lain yang memiliki tajuk ringan dan memiliki persyaratan tempat tumbuh yang sama dengan jenis Dipterocarpaceae yang akan ditanam ditempat tersebut. Pada umumnya anakan meranti khususnya pada tingkat seedling kurang tahan terhadap defisit air tanah, kecuali anakan Shorea leprosula. Pada tempat terbuka kondisi permudaan semai umumnya berdaun kecil dan lemah. Pada bagian hutan yang bercelah lebar umumnya banyak dijumpai tumbuh pancang dan tiang. Permudaan tingkat semai dari jenis-jenis meranti ringan umumnya kurang tahan terhadap naungan berat, kecuali permudaan dari jenis-jenis meranti berat/tenggelam. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari dan mengamati sifat/karakteristik dari jenis-jenis poho toleran dan intoleran. Kegunaan dari praktikum ini adalah agar kita bias membedakan antara pohon toleran dan intoleran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Di kehutanan istilah toleransi berarti kemampuan dari suatu tumbuhan untuk hidup bertahan dibawah naungan. Pohon–pohon yang mempunyai kapasitas ini dinamakan toleran, atau tahan terhadap naungan. Pohon–pohon yang tidak mempunyai sifat-sifat ini disebut intoleran, atau untuk hidup membutuhkan atau menuntut adanya cahaya. Perbedaan-perbedaan terpenting diantara pohon toleran dan intoleran Pohon-pohon toleran dapat memproduksi dan membentuk tegakan bawah dibawah atap-atap tajuk dari pohon intoleran atau bahkan dibawah naungannya sendiri, pohon intoleran hanya mereproduksi dengan sukses ditempat terbuka atau dimana atap tajuk terbuka. Apabila pohon toleran membentuk suatu tegakan bawah mereka amat ulet, dan dapat tumbuh selama bertahun-tahun meskipun riapnya amat kecil. Kalau diakhirnya mereka dibebaskan dari pengaruh naungan, meraka akan tumbuh dengan sangat baik. Pohon-pohon intoleran cepat mati dibawah naungan, dan bila dibebaskan sebelum mati, seringkali tidak menunjukan reaksi terhadap pembebasan ini. Pohon-pohon toleran mempunyai tajuk yang tebal yang terdiri dari beberapa lapisan daun, dimana lapisan daun yang paling dalam (daun – daun yang dekat pada batang) dapat berfungsi pada cahaya yang amat rendah intensitasnya. Pohon-pohon intoleran mempunyai tajuk yang tipis dan terbuka. Pohon-pohon toleran membersihkan batangnya dari ranting-ranting secara perlahan-lahan, oleh karena daun-daunya dapat berfungsi pada cahaya yang amat rendah intensitasnya. Sedangkan jenis-jenis intoleran cepat membersihkan batangnya, oleh karena itu dapat menghasilkan batang bebas cabang yang lebih tinggi propersinya. Batang dari pohon-pohon jenis intoleran adalah lebih silindris daripada batang pohon-pohon jenis toleran dalam kondisi kerapatan tegakan yang sama, sedangkan bentuk batang pohon toleran lebih banyak menyerupai kerucut. Pertumbuhan tinggi diwaktu kecil adalah lebih cepat pada pohon intoleran daripada pada pohon-pohon jenis toleran. BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini di laksanakan pada tanggal 03 Juni 2012, pukul 10.00-13.00 Wita, bertempat di Desa Labuan (wani). 3.2 Alat dan Bahan Alat yang di gunakan adalah Teropong, Kompas, Meteran, Pengukur Diameter Pohon, dan Alat tulis menulis. Bahan yang digunakan kantong plastik dan tali rafia. 3.3 Cara Kerja Pertama membuat plot dengan ukuran 10 x 10 meter, kemudian mengamati jenis-jenis pohon toleran dan intoleran, setelah itu mengamati jenis-jenis stratum, tajuk, ukuran panjang, diameter tajuk, ketebalan tajuk, serta bentuk batangnya. Dan terakhir menghitung jumlah jenis pohon toleran dan intoleran yang terdapat di dalam plot. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari pengamatan kami, di peroleh hasil sebagai berikut: Terdapat beberapa jenis-jenis pohon toleran dan intoleran (walaupun belum di ketahui nama jenis pohonnya akan tetapi bisa di ketahui dari ciri-cirinya) Pada stratum B terdapat jenis pohon toleran dan pada stratum C, D dan E terdapat jenis pohon intoleran. 4.2 Pembahasan Pada jenis intoleran untuk stratum B: Bentuk tajuknya,pagoda (bertingkat-tingkat) Panjang tajuk, 3 meter. Diameter tajuk, 6 meter. Ketebalan, tidak tebal (jarang-jarang) Bentuk batang, bulat beralur. Pada jenis toleran untuk stratum C: Bentuk tajuk,pagoda (Bertingkat-tingkat) Panjang tajuk,kurang lebih 1,5 meter. Diameter tajuk kurang lebih 3 meter. Ketebalan tidak tebal Bentuk batang, bulat bersisik. Untuk stratum D dan E: Bentuk tajuk kerucut Panjang kerucut 1 meter Diameter tajuk kurang dari 1 meter. Ketebalan tidak tebal Bentuk batang, tipis dan halus. Pohon toleran dapat mempermudah dan membentuk tegakan bawah sengkuap tajuk dari pohon-pohon yang kurang toleran. Pohon intoleran membentuk tegakan sehingga dapat tumbuh bertahun-tahun meskipun pertumbuhannya sangat lambat. Pohon-pohon toleran mempunyai tajuk yang tebal yang terdiri dari beberapa lapisan daun. Pohon-pohon toleran relatif pembersihan cabangnya yang terjadi secara perlahan-lahan karena daun-daunnya tetap berfungsi dalam intensitas cahaya yang rendah menyebabkan ranting-ranting dan cabang-cabangnya tetap hidup. Pohon-pohon intoleran dapat mempermudah secara berhasil hanya di tempat yang terang di mana sengkuap tajuknya telah terbuka luas. Pohon intoleran cepat mati di bawah naungan. Pohon-pohon intoleran mempunyai tajuk-tyajuk yang tipis dan terbuka diamana daun-daunnya mendapat cahaya yang baik. Pohon-pohon intoleranpada waktu masih muda pertumbuhannya meninggi cenderung lebih cepat daripada pohon-pohon toleran yang berasosiasi. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan kami dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: Terdapat 4 jenis pohon intoleran untuk stratum B. Terdapat kurang lebih 20 jenis pohoon toleran untuk stratum C, D dan E. 5.2 Saran Untuk praktikum selanjutnya kami menyarankan agar waktu praktikumnya lebih di perpanjang lagi agar mendapatkan hasil pengamatan yang lebih maksimal. DAFTAR PUSTAKA Dwijoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT Gramedia : Jakarta Foyer, Christine H. 1989. Photosynthesis. New York:Chapman and Hall Hopkins WG, Hϋner NPA. 2004. Introduction to Plant Physiology. Hoboken: John Wiley & Sons Lakitan, Benyamin.1993. Dasar – Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT RajaGrafindo Persada : Jakarta Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 1. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Prawirohartono S. 2005. Sains Biologi. Jakarta : Bumi Aksara.Laju Fotosintesis Pada Berbagai Panjang Gelombang Cahaya. Salisbury, Frank B, dan Cleon W Ross. 1995. Pohon toleran dan intoleran Jilid 1. ITB. Bandung Salisbury FB, Ross CW. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: Institut Teknologi Bandung Tjitrosomo, S.S. 1990. Botani Umum 2. Penerbit Angkasa : Bandung 2010. Discovery of Photosynthesis. http://www.ehow.com/about_5410325_discovery-photosynthesis.html http://web.ipb.ac.id/~tpb/tpb/files/materi/prak_biologi/LAJU%20FOTOSINTESIS%20PADA%20BERBAGAI%20PANJANG%20GELOMBANG%20CAHAYA.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar