Jumat, 13 Desember 2013

Laporan Lengkap Praktikum Teknologi Hasil Hutan



I.             PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar. Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
Hutan dan hasil hutan khususnya kayu merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang perlu dimanfaatkan sepenuhnya untuk kesejahteraan manusia di muka bumi. Hal inilah yang menyebabkan sehingga perlu lebih banyak mengkaji tentang sifat-sifat kayu dan teknik pengolahannya, agar kayu dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan.
Indonesia memiliki sumber daya hutan dengan berbagai jenis kayu yaitu sekitar 4.000 jenis. Dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil saja yang telah diketahui sifat-sifat serta kegunaannya dan jumlah inipun masih belum memenuhi sasaran tujuan pemakaian. Sebagian masyarakat masih cenderung menggunakan jenis kayu tertentu yang ada di daerahnya. Akibatnya, ada jenis-jenis kayu yang justru memiliki potensi lebih besar tetapi tidak digunakan oleh masyarakat dan ini menimbulkan masalah yang harus dipecahkan bersama agar semua jenis kayu yang telah diketahui sifat-sifatnya dapat dimanfaatkan secara menyeluruh dan terpadu.
Perkembangan umat manusia mulai dari zaman primitif sampai era teknologi saat ini selalu bergantung pada kayu. Karena kayu mudah dikerjakan dan hampir tersedia dimana-mana, maka kayu merupakan bahan penting bagi kehidupan manusia. Sejak pra sejarah, kayu dipakai sebagai pelindung, bahan bakar dan perkakas.
Pada saat ini teknologi semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan ketergantungan kita pada kayu juga semakin besar bukan hanya dalam bentuk kayunya saja tetapi juga dalam bentuk produk-produk yang berasal dari kayu seperti kertas, film, pulp dan sebagainya. Pada kenyataannya, bertambahnya ketergantungan kita pada kayu disebabkan karena kayu merupakan sumber daya yang diperbaharui.
Sejak zaman purbakala manusia telah menggunakan kayu, maka sudah barang tentu kita telah memiliki banyak pengalaman dalam pemanfaatan kayu. Pengalaman ini seharusnya dijadikan bahan informasi di dalam pemanfaatan kayu secara efisien danoptimal. Namun pada kenyataannya masyarakat hanya memanfaatkan kayu itu sebagaimana adanya, sehingga tidak nampak usaha pemanfaatan kayu secara efisien dan optimal.
Hal ini disebabkan karena demikian serbagunanya kayu itu didapatkan oleh manusia dengan kebudayaan dan kemajuan teknik yang berbeda-beda. Disatu pihak, pengerjaan dan penggunaan kayu begitu sederhana sehingga bagi pemakainya tidak membutuhkan keterampilan khusus atau pengetahuan teknik. Di pihak lain, kayu adalah bahan yang sangat kompleks dibandingkan dengan bahan lainnya, sehingga pemanfaatannya didalam teknologi modern yang penuh persaingan hanya dapat dilakukan oleh ahli teknologi kayu, dimana keahlian ini tidak dimiliki oleh para konsumen.
Keawetan kayu dibagi menjadi 5 kelas awet berdasarkan perkiraan lama pemakaian kayu pada berbagai keadaan serta perkiraan ketahananya serangan-serangga, kecuali terhadap perusak kayu binatang laut (marine borer).
Kelasawet I, II, III, IV, V, selalu berhubungan dengan tanah lembab 8 tahun 5 tahun 3 tahun sangat pendek. Hanya dipengarui oleh cuaca, tetapi di jaga agar tidak terendam air dan tidak kekurangan udara 20 tahun 15 tahun 10 tahun Sangat pendek. 
Beberapa contoh persyaratan teknis kayu untuk berbagai penggunaannya :
1.        Bangunan (Konstruksi),
Kuat, kaku, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alami yang tinggi Balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, keruing, lara, rasamala.
2.        Finir biasa (plywood),
Finir mewah Dolok berdiameter besar,bulat, bebas cacat dan beratnya sedang. Disamping syarat diatas, kayu harus bernilai demokratif Meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang, Jati, ebony, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai, weru, sonokembang
3.        Perkakas (mebel)
Berat sedang, dimensi stabil, demokratif, mudah dikerjakan, mudah di paku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat Jati, ebony, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling, sonokembang, ramin
4.        Lantai (parket)
Keras, daya abrasi tinggi, tahan asam mudah dipaku dan cukup kuat. Balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku.
5.        Bantalan kereta api
Kuat, kaku, keras dan awet Balau, bangkiraqi, belangeran, bintangur, kempas, ulin
6.        Alat musik
Tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik
Pemilihan dan pengginaan kayu untuk sesuatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan sifat – sifat kayu yang bersangkutan, terutama berat jenis, kelas awet, dan kelas kuat. Sifat – sifat ini penting diketahui setiap usahawan yang bergerak dalam bidang industry dan pengolahan kayu, sebab dari pengetahuan sifat – sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat ditentukan kemungkuinan pengisian oleh jenis kayu lainnya, apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat serta secara kontinu atau terlalu mahal.
Data sifat – sifatkayudalamdaftarterdiridari 2 macam data, yaitu:
1.    Data kuantitatif, berupaangka/nilai, meliputi:
·           Berat Jenis
·           Kelas awet
·           Kelas kuat
2.    Data kualitatif, berupa keterangan singkat, meliputi:
·           Warna kayu kering udara
·           Sifat pengerjaan
·           Sifat kembang susut
·           Daya retak
·           Kekerasan
·           Tekstur
·           Serat
·           Penyebaran
·           Kegunaan
Menurut jenis dan bentuk hasil akhir industri perkayuan dapat dibedakan dalam duagolongan yaitu : Industri Kayu Primer dan Sekunder. Dalam decade terakhir terutama dalam perkembangan industri muncullah istilah/pengertian industri terpadu.Industri kayu terpadu adalah tujuan akhir dalam rangka memaksimumkan hasil guna(efisiensi) pemakaian kayu. Semua bagian dari kayu diusahakan untuk dapatdigunakan/dimanfaatkan. Industri yang dapat dipadukan (diintegrasikan) meliputi penggergajian,chips, wood based panels, pulp dan kertas, pengeringan dan pengawetan. Dengan kata lainindustri kayu terpadu adalah di mana berbagai jenis industri dengan tingkat inventasi danteknologi yang berbeda dapat berkembang dalam waktu yang kurang lebih bersamaan.Dalam keterpaduan seperti di atas dapat diperoleh manfaat dalam bentuk operasi yangterpadu (integrated operation) dan aspek-aspek ekonomis dalam produksi yang lebihmenguntungkan antara lain dalam segi investasi, pemanfaatan bahan baku (kayu), tenaga listrik,air, tenaga kerja terdidik serta sarana-sarana lainnya.

a. Industri Kayu Primer 
Industri Kayu Primer meliputi penggergajian, finir, dan plywood, fibre board, pulp dan kertas. Golongan industri ini umumnya menghasilkan barang setengah jadi.
b. Industri Kayu Sekunder
Industri Kayu Sekunder meliputi industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri primer antara lain furniture, komponen bangunan, rumah prelab, parquet, moulding dan sebagainya. Golongan industri ini menghasilkan barang jadi.
Peran industri kehutanan menjadi begitu penting, sehingga menjadi salah satu tolok ukur seberapa besar kontribusi kehutanan dalam pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, salah satu kebijakan prioritas Bidang Kehutanan dalam Program Pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II adalah “Revitalisasi Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan” (Permenhut No.70/Menhut- II/2009 tanggal 7 Desember 2009).
Dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 41/M-IND/PER/6/2008 Pasal 1 Ayat 1 disebutkan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misalnya mesin. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam industri harus ada proses pengolahan atau peningkatan nilai tambah (value added) suatu barang.
Pengertian industri jelas berbeda dengan perdagangan. Perdagangan yaitu kegiatan usaha jual beli barang atau jasa yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang dan atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi. Jenis industri merupakan bagian dari cabang industri yang mempunyai ciri khusus yang sama dan atau hasilnya bersifat akhir dalam proses produksi, yang ditetapkan sesuai klasifikasi dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.
1.2         Tujuan dan Kegunaan
Praktikum ini dimaksudkan sebagai aplikasi dari teori-teori Tenologi Hasil Hutan yang didapatkan oleh praktikan di bangku kuliah seperti proses pengeringan kayu, pengawetan kayu, berat jenis kayu, serta pengolahan jenis kayu. Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan memahami dengan baik bagaimana proses pengeringan kayu dan cara pengolahannya sehingga kayu tersebut memilki nilai jual yang tinggi.
Kegunaan dilaksanakannya praktikum Teknologi Hasil Hutan adalah untuk dapat mengetahui proses pengolahan kayu sehingga dapat bernilai ekonomis tinggi.



II.          TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Pengeringan Kayu
Pengeringan kayu adalah proses untuk mengeluarkan air yang terdapat pada kayu. Kadar air kayu memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemakaian kayu. Untuk berbagai macam kegunaan dengan kondisi udara tertentuk kayu memerlukan batas kandungan kadar air. Oleh karena itu masalah pengeringan merupakan faktor yang penting pada kayu. Dengan adanya pengeringan akan diperoleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut :
§   Menjamin kestabilan dimensi kayu. Sebab dibawah titik jenuh serat, perubahan kadar air dapat mengakibatkan kembang susut pada kayu. Sebaliknya bila kayu dikeringkan sampai mendekati kadar air lingkungan, maka sifat kembang susut ini akan dapat teratasi bahkan dapat diabaikan.
§   Menambah kekuatan kayu. Makin rendah kadar air kayu yang dikandung maka akan semakin kuat kayu tersebut.
§   Membuat kayu menjadi ringan. Dengan demikian ongkos angkutan berkurang
§   Mencegah serangan jamur dan bubuk kayu. Sebab umumnya jasad renik perusak kayu atau jamur tak dapat hidup dibawah kadar air 20%
§   Memudahkan pengerjaan selanjutnya, antara lain : pengetaman, perekatan, finishing, pengawetan serta proses-proses kelanjutan lainnya (Ariyanti dan Erniwaty, 2000).
§   Pergerakan air pada kayu terjadi dari daerah berkelembaban tinggi ke daerah berkelembaban lebih rendah. Kayu akan mengering dari bagian luar ke bagian dalam kayu. Dengan kata lain permukaan kayu lebih cepat mengering daripada bagian dalamnya. Proses keluarnya air pada proses pengeringan disebut proses evaporasi. Evaporasi akan terjadi bila kadar air di dalam kayu lebih besar dari kadar air keseimbangan. Selama proses pengeringan kayu berlangsung, yang terlebih dahulu keluar adalah air bebas yang terdapat pada rongga sel. Setelah itu menyusul air yang terikat pada dinding-dinding sel. Keadaan titik air bebas telah habis keluar, tetapi air terikat masih dalam keadaan jenuh, dinamakan keadaan titik jenuh serat. Perubahan kadar air yang dialami kayu pada keadaan di atas titik jenuh serat ini tidak akan mempengaruhi bentuk dan ukuran kayu. Tetapi segala perubahan kadar air di bawah titik jenuh serat akan mengakibatkan perubahan bentuk dan ukuran kayu. Oleh sebab itu, perubahan-perubahan kadar air di bawah titik jenuh serat sangat mempengaruhi sifat-sifat fisika dan mekanika kayu (Ariyanti dan Erniwaty, 2000).
Pengeringan yang umum dipergunakan yaitu:
1.        Pengeringan Alam
Proses pengeringan secara alami dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
o    Iklim : besar/kecilnya curah hujan, intensitas penyinaran matahari, ada tidaknya kabut.
o    Suhu : didalam keadaan udara yang tetap, makin tinggi suhu, makin cepat kayu mengering.
o    Peredaran udara : berfungsi mengganti udara yang basah dengan udara yang kering sehingga pengeringan dipercepat.
o    Kadar air awal : jika pada awal pengeringan kayunya masih segar, maka makin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkannya.
o    Jenis kayu : pada umumnya kayu daun jarum lebih cepat mengering daripada kayu daun lebar.
o    Letak kayu : umumnya kayu gubal lebih cepat mengering daripada kayu teras.
o    Ukuran kayu : tebal atau tipisnya kayu yang akan dikeringkan.
o    Cara penyusunannya menggunakan ganjel/sticker
2.        Pengeringan Buatan
§   Pengeringan ini merupakan lanjutan dari perkembangan pengeringan alami. Dengan kemajuan dan perkembangan teknologi modern, meningkatnya permintaan akan kayu berkualitas tinggi, maka usaha pengeringan buatan yang lebih efektif dan lebih efisien dibanding dengan pengeringan alami (Ariyanti dan Erniwaty, 2000).
Pengeringan buatan terbagi atas 2 macam, yaitu :
Ø  Compartment kiln
·           Tingkat kekeringan kayu sama
·           Pintu masuk lori sama dengan pintu keluar
·           Arah pergerakan udara sama dengan arah lori
·           Tidak membutuhkan ruang yang besar
Ø  Progressive kiln
·           Tingkat kekeringan kayu berbeda
·           Pintu masuk dan pintu keluar tidak sama
·           Arah pergerakan udara berlawanan dengan arah lori
·           Membutuhkan ruang yang besar (berbentuk terowongan)
Penyusunan (penumpukan) kayu
Syarat mutlak untuk penyusunan kayu pada pengerikan buatan harus mempunyai fondasi dan lantai yang kuat dan datar, agar tidak mempengaruhi kerusakan kayu dan tumpukan kayu secara keseluruhan. Kayu yang akan dikeringkan harus diseragamkan dalam hal : jenis kayu, kualitas kayu, ketebalan kayu dan kadar air kayu awal. Dengan keseragaman ini, maka pelaksanaan pengeringan akan lebih sempurna. Kayu ada yang diletakkan langsung diatas pondasi, tapi ada pula dengan menggunakan lori. Umumnya cara terakhir lebih banyak dipakai. Agar peredaran udara merata pada seluruh bagian permukaan kayu, maka lapisan papan tingkat demi tingkat harus diberi ganjel/sticker. Tumpukan kayu secara keseluruhan hendaknya merupakan bentuk persegi panjang dengan ganjel lurus, baik secara vertikal maupun horizontal. Selanjutnya pada bagian teratas tumpukan diletakkan beban pemberat yang merata keseluruh bagian tumpukan kayu untuk menghindari kemungkinan perubahan untuk selama proses pengeringan (Ariyanti dan Erniwaty, 2000).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan buatan adalah:
o    Kadar air kayu awal
o    Kadar air kayu akhir yang diinginkan
o    Jenis kayu yang dikeringkan
o    Tebal tipisnya kayu (sortimen kayu)
o    Kipas angin (sirkulasi udara)
o    Kualitas alat
Pada garis besarnya, kerusakan yang timbul akibat proses pengeringan ada 3, sebagai berikut :
1.        Kerusakan akibat penyusutan kayu
Umumnya pengeringan buatan ataupun secara alami dapat menimbulkan kerusakan karena adanya penyusutan ini. Kerusakan karena adanya penyusutan ini yang paling banyak terjadi.
Hal ini perlu mendapatkan perhatian agar kerusakan dapat dicegah dengan jalan menurunkan suhu atau menaikkan kelembaban udara.
Cacat-cacat yang diakibatkan oleh adanya penyusutan adalah:
o  Pecah ujung (end checks) dan pecah permukaan (surface checks)
o  Pecah dimulai pada bagian ujung kayu dan menjalar sepanjang papan
o  Retak dibagian dalam kayu (honeycombing)
o  Casehardening
o  Bentuk mangkok (cupping) : perubahan bentuk melengkung pada arah lebar kayu
o  Bentuk busur (bowing) : perubahan bentuk melengkung pada arah memanjang kayu
o  Menggelinjang (twist)
o  Perubahan bentuk penampang kayu (diamonding)
Cacat-cacat seperti ini sukar dihindari tetapi dapat dikurangi dengan cara penumpukan yang lebih baik dan meletakkan beban pemberat pada bagian atas tumpukan serta tidak memberikan suhu yang tinggi selama proses pengeringan.
2.        Kerusakan akibat serangan jamur pembusuk
Kerusakan ini terjadi pada awal pengeringan. Jamur itu sendiri sebenarnya telah melekat sebelum kayu dikeringkan dalam kiln. Yang banyak diserang adalah kayu gubal. Karena jamur dapat tumbuh subur pada suhu rendah dan kelembapan yang tinggi, maka untuk mengendalikan kerusakan ini adalah dengan mempercepat pengeringan pada suhu yang lebih tinggi. Umumnya kerusakan ini hanya mengubah warna kayu, tidak menurunkan mekanik kayu.
3.        Kerusakan akibat bahan kimia didalam kayu
Kayu mempunyai kandungan beberapa zat, diantaranya zat ekstraktif. Melalui reaksi kimia zat ini dapat mengakibatkan perubahan warna atau noda kimia pada kayu. Perubahan warna ini nampak pada beberapa jenis kayu, bervariasi dari warna terang sampai ke warna gelap. Perubahan ini tidak mempengaruhi kekuatan kayu, tetapi mempunyai pengaruh yang tidak baik pada penglihatan mata. Selain pengaruh bahan kimia, juga karena pengaruh suhu yang terlalu tinggi, sehingga zat-zat ekstraktif tersebut mengadakan reaksi terhadap panas yang ditimbulkan (Ariyanti dan Erniwaty, 2000).
2.2     Pengawetan Kayu
Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakainnya. Kayu dikatakan awet apabila mempunyai umur pakai yang lama. Kayu dapat berumur pakai yang lama apabila mampu menahan bermacam-macam faktor perusak kayu. Dengan kata lain keawetan kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap faktor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Kayu dapat diselidiki keawetannya hanya pada bagian kayu terasnya saja, sedangkan kayu gubalnya kurang diperhatikan. Pemakaian kayu menetukan pula umur keawetannya. Kayu yang awet dipakai dalam kontruksi atap, belum tentu dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah.
Keawetan kayu dikatakan rendah apabila dalam pemakaian tidak tercapai umur yang diharapkan sesuai dengan ketentuan kelas awet kayu. Dalam hal ini perlu diketahui apakah faktor penyebabnya. Adapun faktor-faktor perusak kayu digolongkan sebagai berikut :
1.    Penyebab non makhluk hidup terdiri dari :
a.       Faktor fisik
b.      Faktor mekanik
c.       Faktor mekanik
2.    Penyebab makhluk hidup terdiri dari :
a.       Jenis jamur
b.      Jenis serangga
c.       Jenis binatang laut
(Ariyanti dan Erniwaty, 2000).
Untuk pengawetan kayu yang baik perlu diperhatikan prinsip-prinsip ini : pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu, penetrasi dan retensi bahan pengawet diusakan masuk sedalam dan sebanyak mungkin di dalam kayu, bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan, faktor waktu yang digunakan, metode pengawetan yang digunakan, faktor kayu sebelum diawetkan dan faktor peralatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya (Ariyanti dan Erniwaty, 2000).
Ada 2 macam pengawetan kayu, dimana ada pengawetan sementara, bertujuan menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) dan pengawetan permanen, bertujuan menahan semua faktor perusak kayu dalam waktu selama mungkin.
   Bahan pengawet kayu adalah bahan-bahan kimia yang telah ditemukan dan sangat beracun terhadap makhluk perusak kayu, seperti : arsen (as), tembaga (cu), seng (Zn), fluor (F), chroom (Cr), dan lain-lain. Tidak semua bahan pengawet akan baik digunakan dalam pengawetan kayu. Dalam penggunaannya harus diperhatikan, sifat-sifat bahan pengawet agar disesuaikan dengan tujuan pemakaian(Ariyanti dan Erniwaty, 2000).
          Hal-hal yang perlu diperhatikan pada akhir proses pengawetan adalah pembongkaran kayu dari tumpukan dalam bak celup (rendaman) harus dilakukan dengan hati-hati, untuk pengeringan kayu setelah diawetkan dapat digunakan secara alami atau buatan, dan penyimpanan sementara kayu dipakai harus dilakukan ditempat yang terlindung dan terbuka bagi sirkulasi udara.
Pada umumnya bahan pengawet kayu memiliki daya racun terhadap manusia dan binatang. Oleh karena itu pada waktu memilih bahan pengawet kayu perlu diketahui dulu sifat-sifat racun bahan pengawet tersebut. Tindakan pengaman sangat diutamakan pada waktu menggunakan bahan-bahan pengawet kayu untuk menghindarkan bahaya yang mungkin timbul akibat kelalaian, kecerobohan waktu pelaksanaannya. Para pekerja pun yang menangani hal ini dianjurkan penggunakan kelengkapan pengamanan yang baik, dan membersihkan anggota badan setelah melaksanakan pengawetan tersebut.
2.3     Jenis-jenis Kayu
Jenis-jenis kayu yang diolah pada PT. Tatehe Nusa Jaya adalah :
·                Bintangur (Calophyllum spp.)
Kayu terasnya berwarna cokelat-merah pucat, sedangkan jenis lainnya memiliki warna bervariasi, seperti merah jambu, merah muda, merah-cokelat-kelabu muda, merah-cokelat, hingga merah-lembayung. Sedangkan kayu gubalnya memiliki warna cokelat-kelabu pucat atau cokelat kuning semu-semu merah jambu, yang memiliki ketebalan 5 cm.
Tekstur kayu agak kasar sampai kasar, agak tidak merata. Kayu bintangur secara umum termasuk kelas awet II – IV. Memiliki daya tahan terhadap rayap kayu kering termasuk kelas V. Kayu bintangur secara umum agak sukar diawetkan kecuali gubalnya. Keterawetan kayu termasuk kelas sukar.
·                Bayur (Pterospermum spp.)
Kayu terasnya berwarna merah pucat, merah-cokelat muda, kadang semu-semu lembayu.Kayu gubalnya berwarna putih kotor sampai kelabu.
Tekstur kayu agak kasar. Kayu bayur secara umum, masuk dalam kelas awet IV – V. Keterawetan kayu bayur termasuk kelas sedang sampai mudah. Kayu bayur muah dikeringkan, meskipun cebderung mudah mengalami pencekungan dan pecah ujung.
·                Nyatoh (Ganua spp.)
Kayu terasnya meiliki warna yang bervariasi, dari cokelat-kuning, cokelat muda, cokelat ungu, cokelat-merah sampai cokelat atau merah tua. Kayu gubalnya berwarna lebih muda, etapi biasanya hanya sedikit berbeda dari kayu teras, tebal seringkali sampai 10 cm.
Tekstur kayu agak halus sampai agak kasar dan merata.
Kayu nyatoh secara umum termasuk kelas awet III-IV. Kayu nyatoh umumnya sukar diawetkan. Secara umum, kayu nyatoh termasuk sukar dikeringkan, mudah menggeleding dan pecah ujung.
·                Palapi (Haritiera spp.)
Warna kayu teras bervariasi dari cokelat-merah sampai cokelat, kadang-kadang sangat merah atau cokelat-merah tua seringkali dengan gari-aris berwarna gelap hampir hitam. Kayu gubalnya berwarna lebih muda dan tidak selalu dapat dibedakan dengan jelas dari kayu teras, tebal 5 – 12,5 cm.
Tekstur kayu sedikit kasar sampai cukup kasar.Kayu palapi secara umum termasuk kelas awet II-IV. Keterwaetan kayu termasuk kelas sukar. Kayu palapi dapa mengerin dengan bai meskipun ada kecenderungan mudah mengalami retak permukaan
·               Tapi-Tapi (Santiria laevigata)
Tapi-tapi memiliki nama latin Santiria laevigata Blume. Tapi-tapi merupakan salah satu spesies yang termasuk famili Burseraceae. Nama lain kayu tapi-tapi antara lain kerantai, kedondong kerantai lichin, berambang, kambajau burung, dan pegah kabu-kabu. Tinggi pohon tapi-tapi bisa mencapai 57 m dan memiliki diameter 126 cm, daunnya berbentuk alternet, biasanya ditemukan dihutan campuran tetapi juga bisa ditemukan di hutan rawa dan hutan keranga. Sebagian besar di lereng bukit dengan tanah berpasir.





















III.      METODE PRAKTEK
3.1         Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Hasil Hutan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 Januari 2013 pada pukul 13.30 WITA sampai selesai bertempat di PT. Tatehe Nusa Jaya, di Jalan Sarovele, Kelurahan Kayumalue Ngapa, Kecamatan Palu Utara, Palu, Sulawesi Tengah.

3.2         Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan selama praktikum adalah alat tulis menulis dan alat dokumentasi

3.3         Cara Kerja
1.             Menyiapkan beberapa pertanyaan sebagai bahan wawancara kepada narasumber.
2.             Meninjau lokasi yang akan dijadikan tempat praktek.
3.             Mengajukan pertanyaan mengenai proses pengerjaan kayu, mesin-mesin yang digunakan dan lain sebagainya.
4.             Mengambil gambar pada lokasi tersebut.





IV.      GAMBARAN UMUM LOKASI
PT. Tatehe Nusa Jaya. Beralamat dijalan Sarovele Kel. Kayumalue Ngapa Kec. Palu Utara Kota PaluTelp. (0451) 491149, Fax (0451) 491728, berdiri sejak tahun 2001 pada lahan seluas 20.358 M² (2.036 Ha), dibawah pimpinan (Direktur) Bapak / Mr. RECKY WENTINUSA yang bergerak dibidang pemanfaatan hasil kayu hutan alam yang memiliki hak, hasil produksi di Export ke berbagai Negara bagian Asia dan Eropa. Semua hasil produksi dijual/diperdagangkan atas nama sendiri dan jenis produk – produk kayu olahan yang tersetifikasi antara lain :
  • Door Jamb
  • E2e
  • Finger Join Solid
  • Finger Join Laminated Board
  • Finger Join Laminated Block
  • Moulding Profile
  • Shutter Board TC







4.1         Pembahasan
4.1.1             Proses produksi kayu
Sebagai produk alam yang dipengaruhi oleh berbagai faktor internal maupun eksternal selama pembentukannya, kayu memiliki variasi yang sangat tinggi. Variasi tidak hanya terjadi antar species, tetapi juga antar pohon dalam satu species, bahkan antar bagian dalam satu batang pohon. Variasi kekuatan kayu antar bagian dalam satu batang pohon sebagian besar disumbangkan oleh cacat-cacat kayu selain posisinya di sebatang pohon.
Proses produksi dikerjakan oleh orang-orang yang berpengalaman sebagai tukang kayu maupun sebagai pengrajin seni ukir yang sudah ahli, dan para tenaga kerjanya merupakan penduduk asli Desa Kayumalue yang sudah terkenal sebagai pengrajin kerajinan kayu. Barang-barang yang dihasilkan berbahan dasar dari kayu bintangur, bayur, tapi-tapi, palapi, nyatoh yang memiliki kualitas tinggi dibandingkan dengan jenis kayu yang lain.
Kualitas yang baik merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh industri kayu, apabila produk tersebut akan dipasarkan kepada konsumen dalam dan luar negeri. Dalam kaitan ini proses produksi sangat erat kaitannya dengan bahan-bahan yang dipergunakan, peralatan serta keterampilan tenaga kerja yang terliat dalam proses produksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kayu antara lain adalah kualitas bahan kayu yang digunakan dalam proses produksi, proses pengeringan kayu yang tidak sempurna, dan finishingnya kurang halus atau rapi.

          Diagram alur proses produksi :
Kayu log/glondong dimasukkan ke dalam mesin Saw  Mill untuk diolah menjadi papan à pengeringan (Kiln Dried) à mesin Sercle (pembelahan) à mesin Cutter Saw (pemotongan) à mesin Scrall Band Saw à mesin Moulding à mesin : ten oner, mortizer, boor, profil à mesin Sanding à Asembling (pengeleman, pemasangan hardware/aksesories) à Finishing à Packing à Pengiriman.
          Di dalam pembuatan furniture ada beberapa tahapan proses, adapun tahapan dalam proses produksi tersebut adalah sebagai berikut :
1.     Kayu glondong/log masuk mesin Saw Mill yaitu proses pembelahan/penggergajian dari bahan baku dasar menjadi bahan baku yang sudah berupa papan.
2.     Proses pengeringan (Kiln Dried) dengan sistem pemanasan tertentu agar kadar air yang terkandung di dalam kayu bisa dikurangi sampai dengan kadar kelembaban 12-15 %. Hal ini dimaksud untuk mengurangi resiko kayu menjadi pecah dan melengkung, dan juga kayu tidak akan mengalami penyusutan lagi.
3.     Proses pembelahan menjadi komponen sesuai dengan lebar yang dikehendaki dengan mesin SERCLE.
4.     Proses pemotongan dengan mesin potong/Cutter Saw : kayu dipotong-potong sesuai dengan panjang yang dibutuhkan.
5.     Proses pembuatan komponen furniture dengan memakai mesin Scrall Band Saw.
6.     Proses penyerutan agar kayu lapis halus dan sama ukuran tebal lebarnya dengan mesin Planner/mesin serut atau juga bissa dengan mesin Moulding.
7. Proses pemasukankedalammesin yang meliputi :
a. Mesin TENONER yaitu proses pembuatan pen untuksistempertemuan.
b.Mesin MORTIZER yaitu proses pembuatan lubang boor guna penempatan baut ataupun dowel-dowel yang bersifat barang knock down.
c. Mesin Profil yaitu proses pembuatan variasi profil apabila diperlukan.
8. Proses memasukkan ke dalam mesin SANDING untuk semua komponen yang sudah selesai diproses, sehingga akan diperoleh komponen yang sudah halus dengan ukuran yang sama sebelum dilakukan penyetelan.
9. Proses ASSEMBLING atau penyetelan yaitu proses menyetel/merangkai dari komponen menjadi barang jadi yang meliputi pengeleman dan pemasangan hardware atau aksesoris lain yang dibutuhkan.
10.Proses Finishing, yaitu proses pengamplasan terakhir dengan sistem manual. Proses finishing ini juga bisa meliputi proses politu atau cat apabila diperlukan.
11.Proses packing, yaitu proses pengepakan dengan box agar barang-barang yang akan dikirim tidak mengalami kerusakan.
12.Proses pengiriman produk kepasaran di dalam negeri maupun luar negeri (ekspor).
4.1.2             Latar belakang perusahaan

Profil Perusahaan
PT. Tatehe Nusa Jaya (PT. TNJ) awalnya berdiri dengan nama UD. Maka’ampo, pada tahun 1996. UD. Maka’ampo bergerak dalam perdagangan kayu local dan antar pulau. Pada tahun 1999, UD. Maka’ampo mulai mengembangkan usahanya dengan mengeksport kayu keluar Indonesia. Seiring dengan perkembangan usaha, pada tanggal 28 Mei 2001, UD. Maka’ampo berubah nama menjadi CV. Tatehe Nusa Jaya (TNJ).
Dengan wilayah pasar yang semakin luas, CV. TNJ mempunyai banyak peluang untuk lebih maju dan berkembang. Dalam rangka mengakomodir peluang tersebut, pada tanggal 3 Februari 2007 CV. TNJ berganti status hukum menjadi PT. Tatehe Nusa Jaya, yang bergerak tidak hanya dalam perdagangan kayu ekspor, tetapi juga kontraktor dalam bidang pembangunan.
1.    Fasilitas
Dalam memproduksi kayu eksport, PT. TNJ memiliki fasilitas perlengkapan, peralatan, juga bersumber dari hutan yang didukung dengan administrasi perizinan dari pemerintah setempat yang legal.
2.    Sumber Kayu
Produk kayu PT. TNJ berasal dari hutan yang dengan izin yang telah dilegalisasi oleh pemerintah, dapat dikelola sendiri oleh pemilik PT. TNJ, yang selanjutnya disebut hutan IPKHH (Izin Pemanfaatan Kayu Hutan Hak, no. 522.1/361.a/VII/BID.PPH) dan pembelian bebas resmi di kabupaten Parimo, Poso, Morowali, Luwuk Banggai dan Proponsi. Gorontalo.
3.    Pabrik
Dalam rangka efisiensi aktivitas produksi, PT. TNJ memiliki pabrik pengolahan kayu sendiri.
·  Pabrik untuk memproduksi kayu gergajian.
Berlokasi di desa Sibayu, kecamatan Balaesang. Berjarak sekitar 130 km dari ibukota propinsi (Palu).
·  Pabrik Finishing / Pengolahan.
Berlokasi di kel. Kayumalue, kec. Palu Selatan. Berjarak +16 km dari Palu, dan digunakan untuk mengerjakan kayu finishing dan persiapan export. Dengan jarak 30 menit dari ibukota propinsi, memudahkan pengiriman dan pengurusan dokumen serta administrasi pengiriman.
·  CV. Produksi
PT. Tatehe Nusa Jaya (TNJ) juga mendirikan perusahaan baru yang bergerak di bidang penggergajian kayu untuk mendukung produksi PT. TNJ, atas nama CV. SOJOL JAYA, yang bertempat di Desa Bou, kec. Sojol, kab. Donggala, Sulawesi Tengah. Berjarak + 230km dari Palu.
4.    Wilayah Pemasaran
Selama ini, PT. TNJ telah menyuplai kayu ke berbagai negara di Eropa Barat, Asia, Afrika, dan Australia. Beberapa perusahaan dari negara-negara tersebut telah menjadi pelanggan tetap PT. TNJ, seperti sebagai berikut :
·  Aimpex Pte. Ltd (Singapore)
·  France Timber s.a.r.l (France)
·  J H Industries
·  SM Wood Industries
·  Seo Hae Mozes Co.Ltd
·  Dongjing Trading


V.               KESIMPULAN DAN SARAN
5.1         Kesimpulan
          Berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
·               Kegunaan kayu sangat tergantung pada sifat – sifat kayu yang bersangkutan.Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.
·               Proses mengenai pengeringan, pengawetan, pemotongan, penghalusan, penyambungan dan tahap pengangkutan kayu menggunakan mesin-mesin teknologi yang telah canggih dan berkualitas tinggi. Seperti saat pengepresan menggunakan mesin laminating, pemotongan kayu menggunakan mesin prostcut, penghalus kayu menggunakan mesin blendur, penyambungan kayu menggunakan mesin fingerjoint.
·                Kayu-kayu yang diolah di PT. Tatehe Nusantara ini kebanyakan jenis kayu Bintangur (Calophyllum inophyllum L.), Palapi (Heritiera javanica sp.), Nyatoh (Palaquium xanthoxhymum P.), Bayur (Pterospermum spp.)dan masih banyak lagi. Kayu-kayu tersebut diekspor sesuai dengan permintaan saja dan hanya diekspor diluar Sulawesi saja.




5.2         Saran
Sebaiknya asisten dosen dapat memandu dalam berjalannya praktikum agar proses praktikum dapat berjalan dengan baik sehingga meminimalisir kesalahan atau kebingungan yang terjadi pada praktikan. Dan sebaiknya waktu yang diberikan dapat diperpanjang lebih sedikit lagi berhubung praktikan tengah dalam proses pengerjaan laporan praktikum pada mata kuliah yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti dan Erniwaty, S.hut. 2000. Hand out : Dasar-dasar Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Pertanian UNTAD. Palu
Diakses pada tanggal 12 Januari 2013
Diakses pada tanggal 12 Januari 2013
http://www.scribd.com/doc/39610569/Industri-Hasil-Hutan
Diakses pada tanggal 15 Januari 2013
http://tatehe.com/profile.php
Diakses pada tanggal 15 Januari 2013





Tidak ada komentar:

Posting Komentar